"A Dewa~"
Gira diam-diam terkekeh melihat Dewa yang keluar walaupun terlihat masih bingung kenapa dirinya tiba-tiba malah menyuruh suaminya itu ke unitnya dan keluar ke balkon setelah mendengar panggilan darinya. Ah, iya memang selama ini mereka menetapnya di unit milik Gira. Sementara unit Dewa memang dikosongkan dan menjadi tempat penyimpanan beberapa barang mereka. Karena memang keduanya berniat akan menyatukan kedua unit mereka nanti ketika akan memiliki buah hati. Dan sepertinya sebentar lagi hal itu akan dilakukan.
"Kenapa sih aku disuruh ke balkon kamar ini?" Tanya Dewa masih bingung.
"Aku mau bicara aja." Kata Gira santai sembari menyenderkan tubuhnya di pembatas balkon.
"Ck, bicara mah tinggal bicara atuh, neng. Ngapain a'a disuruh kamari."
"Aku mau bicara seperti dulu sama tetangga apartemen sebelah. Boleh 'kan?"
Pada akhirnya, Dewa pun mengalah. Sepertinya istrinya merindukan kebersamaan mereka ketika masih bertetangga. Dia jadi ingat sejengkel apa Gira ketika melihatnya keluar dari pintu balkon dengan senyum tengil yang paling dibenci oleh wanita itu dulu. Mungkin kalau saja dirinya adalah barang, pasti sudah sedari dulu ia ditelan bulat-bulat. Untung saja Dewa terlahir sebagai hooman, bukan tahu bulat yang digoreng dadakan.
"Jadi, gimana pembicaraan tadi sama Mas Kula? A Dewa udah baikan, 'kan?" Tanya Gira memulai percakapan.
"Ya... Begitu... Seperti yang kamu harapkan."
"Syukurlah, aku senang dengarnya. Lagian, nggak cuma aku aja yang mau kalian baikan, tapi, Tiara disana juga pasti menginginkan itu, A'. Buat apa juga 'kan memendam emosi terus-terusan, kalau orang yang kita lindungi aja bisa memaafkan."
Perkataan Gira ada benarnya. Tiara memang tidak suka ia bertengkar dengan Nakula karena dia. Mungkin secara tidak kebetulan, Tiara mengutus Gira untuk memperbaiki pertengkaran ego diantara Dewa dan Nakula yang tidak dapat Tiara perbaiki sendiri. Ya... Walaupun caranya sangat membangongkan dengan membuat dirinya cemburu sampai seperti orang kesetanan.
"Iya, makasih ya, Ra. Tapi, bisakan lain kali jangan buat aku cemburu gitu? Nggak tau segila apa aku pas lihat instastory kamu bareng dia, ha?!" Tanya Dewa jengkel. Ini kalau mereka tidak dibatasi balkon, sudah ia cubit pipi wanita kecilnya itu.
Gira tertawa terbahak-bahak karena kekesalan Dewa, "Emangnya kalo nggak begitu, A' Dewa mau ketemu secara baik-baik dengan Mas Kula?" Tanyanya.
"Ya nggak gitu juga atuh caranya!"
Gira kembali terkekeh apalagi ketika melihat Dewa semakin ngambek bahkan mengalihkan pandangannya. Dia pun segera mengeluarkan sesuatu yang sudah sedari tadi ia pegang. Mengulum senyumnya dan bertanya lagi, "A', Marah?"
Dewa tetap mengalihkan pandangannya, "Au ah, gelap!"
"A'a Dewa, lihat sini dong~"
"Males! Pundung!"
"Ihhh, A'! Lihat sini, bentarrrr... aja!"
Pada akhirnya Dewa menyerah. Pria itu pun mengalihkan pandangannya lagi kepada Gira yang tangannya terangkat. Sama sekali tidak kosong karena wanita itu tengah memegang sebuah tespack dan juga foto USG-nya beberapa saat lalu.
"Suprise! We're officially going to be parents soon, A'!!" Ucap Gira dengan senyuman senangnya, membuat Dewa mengerjapkan matanya tak percaya.
"Ra...? BENERAN?!"
"Yaiyalah! Masa iya aku ngibul sih?!" Kesal Gira berkacak pinggang kepada Dewa yang malah PPKM a.k.a Planga Plongo Kek Monyet. Masih tidak percayala dengan berita yang baru saja ia dengarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cek Apartemen Sebelah [END]
RomanceSetelah lima tahun, Gira kembali dipertemukan dengan mantannya, Sadewa, yang tiba-tiba muncul menjadi tetangga sebelah apartemennya. Tak hanya itu saja, Dewa juga bertransformasi menjadi bos baru di tempatnya bekerja. Hubungan yang dulunya seerat na...