Dewa berjalan pelan menusuri jalan tanah setapak di depannya. Di tangannya terdapat sebuket bunga anyelir merah dan juga sebotol air bunga mawar yang tadi ia beli di depan pemakaman.
Namun langkah pria itu terhenti begitu mendapati siluet seseorang yang tengah berjongkok di sisi makam yang akan ia sambangi. Seseorang yang membuatnya muak, bahkan melebihi apapun.
"Ngapain lo di sini?" Tanya Dewa dingin.
Orang itu berbalik begitu mendapati Dewa di sampingnya. Menatapnya penuh murka.
"Hanya nyekar ke makam istriku. Apakah tidak boleh?"
Dewa berdecih sinis mendengarnya, "Masih ingat punya istri lo?"
Orang itu hanya bisa terdiam akan pertanyaan Dewa. Dia tidak perlu membuat keributan di pemakaman dengan meladeni cibiran Dewa. Lagian, dia sangat bisa memahami sebagaimana Dewa membenci perbuatannya.
"Aku permisi"
Dia segera beranjak dari sisi makam itu, mempersilahkan Dewa untuk bergantian menyekar. Namun belum ada 5 langkah orang itu berjalan, Dewa menahan lengannya. Mencengkramnya dengan tatapan yang semakin sinis.
"Jangan pernah datang lagi, lo gak berhak sedikit pun atas dia!"
Orang itu menghela nafasnya pelan, dengan sabar melepas cengkraman tangan Dewa. Namun Dewa malah ganti menarik kerah kemejanya.
"Gue gak paham sama pemikiran lo! Setelah dia udah terkubur lo baru mau datangi dia, DULU DULU KEMANA HA BANGS*T?!"
Namun orang itu tetap diam tidak melawan. Membuat Dewa menjadi muak dan menghempaskan tubuh orang itu yang langsung terjatuh ke tanah pemakaman.
"Memuakkan!"
Dewa memilih melenggang pergi dari pemakaman itu terlebih dahalu. Niat baiknya untuk menyekar sudah lenyap karena dia bertemu dengan orang itu.
Sementara orang itu menatap kepergian Dewa dengan tatapan yang terdefiniskan.
"Aku minta maaf, Wa."
°°°
"Kak Rara, Ana boleh gak bobok bareng kakak?"
Gira yang baru ingin memasuki kamar setelah makan malam, teralihkan dengan seorang anak perempuan berusia 5 tahun dengan boneka beruang coklat di pelukannya. Menatap dirinya penuh harap.
"Ana kepengen tidur bareng kak Rara. Cuma malam ini aja kok. Boleh ya ya ya?"
Mendengar permintaan anak kecil yang tak lain adik tirinya itu hampir saja Gira mendengus. Apakah anak ini tidak bisa membaca keengganan di wajahnya selama di rumah ini? Bisa-bisanya dia meminta tidur bersama Gira dengan wajahnya yang polos itu.
Baru Gira ingin menjawab, suara Geana menginstrupsi.
"Ana, jangan gangguin kak Rara, sayang!"
Jiana memberengut mendengarnya, "Kan kak Rara nginapnya cuma malam ini aja. Ana nanti kangen!"
"Tapi kak Rara kan mau tidur. Besok juga kita semua harus bangun pagi. Kalo kak Rara tidurnya gak nyenyak gara-gara Ana, gimana?" Ujar Geana sabar memberi pengertian kepada putrinya.
"Pokoknya Ana malam ini tidurnya mau sama kak Rara, bunda!"
Gira menghela nafasnya. Sepertinya Jiana adalah anak yang ngotot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cek Apartemen Sebelah [END]
RomanceSetelah lima tahun, Gira kembali dipertemukan dengan mantannya, Sadewa, yang tiba-tiba muncul menjadi tetangga sebelah apartemennya. Tak hanya itu saja, Dewa juga bertransformasi menjadi bos baru di tempatnya bekerja. Hubungan yang dulunya seerat na...