7. Tidak Lagi Satu Tujuan

10.1K 1K 13
                                    

Sudah sebulan tak terasa Gira tinggal di Miracle Residences. Tak ada yang berubah setiap harinya. Hanya seperti yang kalian tahu ada hama berupa masa lalu yang masih tetap membuatnya kesal. Selebihnya tidak ada perubahan.

Untuk masalah Nakula, dia belum berani untuk mengontak nomor pria itu. Bahkan sampai detik ini dan hanya menyimpan nomornya tanpa ada keberanian untuk menghubunginya sama sekali.

Dia sebenarnya sangat ingin, namun gengsinya terlalu tinggi untuk melakukannya. Jadi, sekarang Gira hanya akan berserah kepada Tuhan untuk dipertemukan lagi dengan duda beranak satu itu.

"Daripada diem gini mending gue jogging aja." Gira segera membuang ponselnya asal ke atas sofa. Beranjak menuju kamar untuk mengganti bajunya. Kebetulan dia sudah lama tidak jogging semenjak pindah ke Miracle Residences.

Setelah mengganti bajunya dengan pakaian jogging, Gira langsung berlalu. Namun tanpa dia sadari ada seseorang yang baru saja ia lewati. Siapa lagi jika bukan Dewa. Pria itu mengerjapkan matanya, melihat kepergian Gira sampai memasuki lift.

"Dia mau jogging juga?"

Sesaat Dewa tersenyum. Segera menutup pintu unitnya juga. Pergi mengikuti sang tetangga.

Sementara Gira yang belum menyadari jika Dewa mengikutinya di belakang, berjalan dengan santai menuju taman di bawah. Segera melakukan pemanasan kecil sesampainya di sana. Bahkan sudah hampir 5 putaran, gadis berambut coklat itu belum menyadari jika ada seseorang tengah memperhatikanya.

Lucu, ketika kau dan aku kembali berada di satu gerbong yang sama, namun sudah tidak ditujuan yang sama.

Perih, ketika aku terlalu pecundang untuk duduk kembali di sampingmu seperti dahalu.

Dulu kita pernah di satu kereta yang sama. Namun kau malah turun terlebih dahalu sebelum tiba di kota tujuan kita. Dan aku melanjutkan perjalanan ini sendirian.

Dan sakit, ketika aku menghadapi kenyataan bahwa akulah yang menjadi alasanmu tidak melanjutkan perjalanan ini.

Dewa duduk dengan cekikan di salah satu bangku ketika melihat Gira yang sudah ngos-ngosan. Gadis itu tampak memegang lututnya lelah. Nafasnya pendek dan keringat bercucuran. Sedari dulu gadis itu memang selalu payah dalam berlari dan hanya bisa maksimal 5 putaran saja. Bahkan terkadang 3 putaran saja sudah kelelahan. Namun jika tidak keras kepala bukan Gira namanya. Dia tetap keukeh memaksakan untuk jogging walaupun tahu kemampuannya.

"Samperin lah jangan dilihatin mulu ege!"

Dewa dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang tiba-tiba saja duduk di sebelahnya.

"Maneh rupanya! Gue kira siapa 'sesosok' tiba-tiba muncul di samping gue di pagi-pagi gini."

Orang itu mencibik, hampir saja memukul pria berketurunan Sunda asli itu.

"Lo pikir gue apa sesosok? Kunti?"

"Terlalu high class kalau kunti mah! Jurig mungkin..."

"Sleding mau gak sih, Wa?"

Dewa terkekeh, kembali memperhatikan Gira yang sudah duduk di salah satu bangku taman yang kebetulan membelakanginya.

"Ngapain lo ke sini, Sa? Minjem duit?"

Pria yang dipanggil 'Sa' itu melotot, "Enak aja! Ya kali CEO kek gue pinjem duit!"

Cek Apartemen Sebelah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang