Sugar D 01

55.3K 1.3K 126
                                    

NOTE: KALO CERITA INI ANEH DAN GAK SESUAI EKSPEKTASI LU. SKIP AJA DARIPADA KOMEN ANEH. GUE DAH NERIMA KOMENAN YG NGERASA GAK SEJALAN AMA INI CERITA. INGET! INI TUH FIKSI! IMAJINASI!

Sebuah kota seribu taman—yang juga disebut sebagai Switzerland Van Java. Malang, dikenal sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur—pun dikenal sebagai surganya kuliner, wisata, dan pendidikan. Siapa yang tidak ingin tinggal menetap di sini? Hampir seluruh orang dari penjuru Indonesia ingin mengadu nasib di sini. Entah karna ingin melanjutkan pendidikan sekolah, menikah dengan asli orang sini, atau membuka bisnis sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kalian tau? Malang juga terkenal sangat dingin, karna dikelilingi oleh gunung-gunung, seperti: Gunung Arjuno, Gunung Bromo, Gunung Kawi, Gunung Semeru, dan masih banyak lagi.

Suara takbir menggema di seluruh jantung kota hingga pelosok. Inilah momen—yang sangat ditunggu-tunggu oleh umat muslim di dunia setelah menunaikan ibadah puasa, selama kurang lebih satu bulan lamanya. Semua orang bangun subuh hari; membuat berbagai macam jenis masakan dan kue; tidak lupa mempersiapkan diri untuk mengikuti salat idul fitri berjamaah di masjid. Satu lagi. THR! Benar. THR adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh anak kecil hingga dewasa. Hm, kira-kira bakalan dapet THR berapa ya? Hihihi, batin Sandi cekikikan.

“Kenapa kamu, San?“ tanya sang ibu, Isma. Sandi yang tengah bersiap-siap ingin berangkat ke masjid itu pun menoleh sembari membetulkan peci. “Nggak papa, ma. Lagi pengen senyum aja hehe,“ sahut Sandi. Lalu, ia pun keluar dari pintu menuju halaman depan rumah. Di sana juga sudah ada sang ayah, Satrio. “Mama kamu mana?“ tanya Satrio. “Biasa~ Lagi benerin jilbab,“ sahut Sandi. Sembari menunggu sang ibu; ia selfie sebentar; lalu di upload ke instagram dengan caption 'otw salad id'. “Selfie mulu kamu,“ tegur Satrio. Sedangkan yang ditegur cuma nyengir saja.

Isma, Sandi, dan Satrio pun berangkat ke masjid bersama-sama jalan kaki. Toh, juga dekat dari rumah, jadi tidak harus naik mobil atau motor. Kalau dihitung-hitung sekitar 700 meter dari rumah. Tetangga lain juga ramai berbondong-bondong ke masjid. Sehingga akhirnya mereka pun rombongan jalan kaki. “Woy! San! Duluan!“ seru Gama saat ia naik motor berboncengan dengan Jodi, lalu mendahului Sandi. “Siap bro! Jagain tempat gue, jangan lupa!“ ucap Sandi. “Yoi!“ sahut Gama, lalu menaikkan kecepatan.

Setelah jalan kaki sepuluh menit lebih, akhirnya Sandi dan sekeluarga pun tiba di masjid. Di sana sudah ada Gama dan Jodi melambaikan tangan. Sandi pun menyusul dua tetangganya itu. Sahabat satu sekolah sekaligus tetangga. Haha multifungsi sekali, bukan? “Lu tau nggak? Kira-kira tadi liat cewek cantik~ Trus itunya gede pula~ Aseeeek,“ ucap Gama. “Hadeuh, salat dulu cuy baru ngeghibah,“ ucap Sandi. Jodi geleng-geleng kepala melihat keanehan dua sahabatnya itu.

“Btw abis ini gue ke tempat kakek nenek gue. Lima hari gue di sono,“ ucap Sandi sedikit melotot. Dia terlihat sebal. “Lu bayangin aja dah, gimana frustasinya gue nggak bisa online! Streaming! Live!“ ucap Sandi protes. Sandi turun dari masjid sambil menggerutu. “Sabar~ Lu tinggal ngehospot aja sama orang yang ada kuotanya. Nah, trus hp lu tuh diubah dulu ke mode pesawat, ngerti nggak?“ ucap Gama menjelaskan. Sandi malah menatap Gama dengan tatapan bingung.

“Lu mah, muka doang ganteng, teknologi nggak paham,“ ucap Gama mencibir. “Nah, makanya lu gunain dah waktu libur lu buat belajar. Jangan cuma taunya foto selfie sana-sini nggak jelas. Lu kira followers lu yang 50rb itu ngaruh sama pehaman teknologi lu? Nggak, kan?“ timpal Jodi sarkasme. Sandi menghela nafas. “Serah lu dah,“ ucap Sandi, lalu melangkahkan kaki lebih dulu. “Jiiaaah ngambek dia, Jod,“ ucap Gama. “Serah dia mo ngambek kek apa kek, yang penting gue udah ngasih tau,“ ucap Jodi.

Dalam perjalanan ke Lowokwaru—tempat sang kakek dan nenek tinggal. Sandi memutar MP3 dari hp keras-keras. Hal itu ia lakukan demi mengusir rasa bosan. Coba kalian bayangkan sendiri. Dari Jl. Soekarno Hatta ke Lowokwaru membutuhkan waktu setidaknya 5 jam 7 menit untuk sampai di tempat tujuan. Entah apa jadinya pinggang Sandi nanti harus melalui perjalanan selama itu. “San, pelanin hp nya, nanti papa nggak bisa denger klakson mobil di belakang,“ tegur Satrio. Sandi mendengus. Ia memberengut kesal, lalu mengurangi volume MP3 di hp.

Sugar D [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang