NOTE: JUJUR GUE MEWEK PAS PART JIDDAN TT
----- 🌟 ----- 🌟 ----- 🌟 ----- 🌟 ----- 🌟 -----
Sinar mentari membuat bebatuan itu terus mencair; membasahi tiap aspal dipijak sengit. Suara riuh insan di bumi berlalu-lalang di hadapan seolah membuat tuli. Cuma ada sepi dan pilu berdengung di telinga. Tampang serta pancaran netra nan terperangah mereka saat melihat sebuah video asusila berdurasi lima menit lebih itu membuat hati ia puas. Puas? Benar; Jiddan merasa lebih puas setelah ia dengan sikap berani sekuat dan sekeras baja; memposting video itu—yang di mana di sana Sigit dan Garini bercumbu tanpa sehelai benang pun menempel di badan.
Dinda sebagai istri dari Sigit langsung meminta cerai. Hubungan terlarang seperti itu—pun tiada maaf bagi dua sejoli—yang tengah memadu kasih tanpa rasa malu di atas derita seorang istri, putera, dan puteri. Sampai hati demi nafsu sesaat. Sehingga membuat belahan jiwa ia menjadi korban egoisme dalam diri. Gairah nafsu berbisa itu benar-benar telah menggerogoti Sigit dan Garini. Jiddan juga telah meninggalkan rumah dan memilih tinggal di apartemen milik Ira. Dia, Sigit, berjalan menyeberangi jalan, dan perlahan mendekat. Sigit tiada amarah membuncah di hati. Dia cuma ingin memastikan Jiddan baik-baik saja.
Tatapan nanar Jiddan adalah gambaran betapa hancur hati ia saat ini. Sungguh tatapan itu membuat Sigit iba. “Jiddan? Hari ini kamu ganti warna rambut?“ ucap Sigit bernada tenang dan lembut. Jiddan terlihat mewarnai rambut ia dengan warna blue-black. Sigit benar-benar sedang berbicara dengan hati teramat sangat tulus pada Jiddan. “Om sempet ngira kamu idol oppa-oppa, lho? Haha,“ ucap Sigit lagi diiringi suara tawa nan pahit terdengar. Jiddan terus diam, termangu, menatap lurus Sigit tanpa mengalihkan pandangan mata ia ke objek lain. “Udah sarapan? Jangan telat sarapan, ya?“ ucap Sigit menahan sesak di dada.
“Om sama Tante Dinda udah cerai, Jiddan. Tenang aja, om nggak papa, kok,“ ucap Sigit. Jiddan menggertakkan gigi. Ia marah entah pada siapa. Pada diri sendiri atau Sigit? Suara Sigit berubah parau. “Sa-sarapan bareng sama om, ya, Jiddan? Om traktir kamu di restoran bintang lima, ya? Hm? Jiddan?“ cerca Sigit berusaha meminta Jiddan tuk bicara barang sebentar saja. Jiddan urung bergeming jua. Sungguh tetesan air mata Jiddan seolah menjadi jawaban dari semua apa yang ia rasa saat ini. “Om peluk kamu, ya?“ ucap Sigit lirih—pun perlahan mendekap tubuh Jiddan hangat. Sigit pantang mengucapkan maaf, karna ia tau. Semua tiada berarti. Sigit mengusap punggung Jiddan pelan diiringi linangan air mata jua. Maafin om, sayang, batin Sigit penuh sesal.
Di ruang kelas; Fahrizal sedang menonton drama romantis. Tiba-tiba terdapat secercah harap di hati. Berharap ia bisa begini mesra dengan Gerrald (?). Penderita OCD seperti dia mana bisa begini? Huh, ngimpi, batin Fahrizal. Hp ia berdering. “Hotel Grand Mercure Malang, aku tunggu kamu di sana, di kamar nomor 000,“ tulis Gerrald di sms. Hotel? Dia mau ngapain ketemuan di hotel? Jangan bilang kalo dia mau—nggak nggak nggak nggak mungkin. Gerrald itu O.C.D, batin Fahrizal saat terlintas di benak ia jikalau Gerrald berniat ingin menjamah tubuh ia.
Perasaan gugup itu benar-benar telah menghantui Fahrizal. Ia sampai gemetaran. Padahal ia sendiri baru berdiri di depan pintu kamar hotel. Ia pun menelan ludah susah payah. Gagang pintu pun ia putar perlahan. Ia terperangah melihat seisi kamar ini tampak megah. Tentu saja karna ini adalah tipe kamar deluxe seharga 1,5jt lebih per malam. Di sana; Gerrald terlihat sedang minum-minum dalam keadaan setengah mabuk. Sore-sore gini udah mabuk aja? Ini orang lagi ada masalah apa gimana, sih?, batin Fahrizal. “Jangan bediri di situ aja. Sini, Ical,“ ucap Gerrald.
Gelas carbenet itu (baca: berbentuk cukup tinggi dengan bagian bawah lebar, dan bagian atas mengerucut berfungsi untuk memperkuat aroma khas wine) hampir saja kembali menyentuh bibir ia, tetapi Fahrizal dengan sigap merebut gelas itu dari genggaman Gerrald. Fahrizal protes. “Ini masih sore, om!“ ucap Fahrizal. Gerrald menatap Fahrizal datar. Jujur; ia sendiri sedang dirundung rasa bersalah teramat sangat sebab ciuman beberapa hari yang lalu. Saat itu, setelah berciuman; Gerrald langsung ke kamar mandi; menggosok gigi sampai bersih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar D [BL]
RomanceBercerita tentang percintaan seorang pria ber-usia 47 tahun dengan seorang pelajar ber-usia 17 tahun. Cerita ini ditulis berdasarkan imajinasi penulis aja. Jadi, se-umpama alur cerita ini kurang berkenan di hati pembaca, boleh skip, dan jangan komen...