Sugar D 65

2.3K 167 29
                                    

Pengumuman! Gue abis ini lanjut up di Area, baru di Embun, baru di Sugar D lagi.

Tubuh ia seolah terhempas ke dasar bumi. Jika ia remuk. Dia tak lagi dapat mengendalikan tubuhnya yang seolah bergerak ke segala arah hingga ia pun meluluhlantakkan se-isi rumah dengan tangannya sendiri. Suara ia menggelegar memenuhi seluruh lini di dalam rumahnya. Bagaimana bisa Igo bersama pria seperti Triangga kemarin? Demi apa pun hanya dengan melihatnya tersenyum bersama pria lain saja telah dapat membuat dirinya bak dihancurkan oleh palu godam.

Thoriq hancur.

Sore hari kemarin warna langit belum begitu jingga.

Igo hampir saja mengeluarkan se-isi lemarinya tuk mencari baju mana—yang sekiranya pas untuk ia kenakan sore hari ini. Igo tak ingin jika dirinya terlihat lusuh terlebih di depan Triangga. Uh, kepalanya mendadak terasa ingin pecah hanya karna memikirkan cara untuk memadupadankan baju, celana, hingga aksesoris. Duduk sejenak di tepi ranjang sembari menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya kembali mungkin akan membuat dirinya sedikit lebih tenang.

“Googling bentar coba,“ gumam Igo.

Igo tak dapat menampik jika dirinya tak begitu mengerti tentang mode. Selama apa yang ia kenakan rapi, bersih, dan wangi, maka tak masalah baginya apa pun desain baju yang ia kenakan. Namun, entah mengapa ia merasa jika kali ini terasa jauh berbeda dari ia hang biasanya tak begitu memperdulikan tentang mode sampai-sampai harus pusing googling ini dan itu. Setelah menjelajahi internet, akhirnya ia pun menemukan mode berpakaian yang menurutnya termasuk ke dalam salah satu mode yang ia sukai.

Igo pun mulai merias diri mulai dari mengenakan celana jeans hitam, kaos hitam polos, dan kemeja oversize motif stripe biru-putih yang ia jadikan sebagai outernya. Lalu, tak lupa jua ia semprotkan parfum di leher dan pergelangan tangan. Igo terkejut melihat pantulan dirinya di depan cermin. “Bagus ato nggak, ya? Gimana kalo gue keliatan jelek coba?“ gumam Igo tak begitu percaya diri terlebih dengan aksesoris anting jepit di telinga kirinya yang berbentuk rantai. Igo pun berusaha rileks dengan menghembuskan nafas pelan.

“Semangat!“ gumam Igo.

Dia amat dinanti oleh dua orang panglima dan satu raja. Dia menuruni anak tangga dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa. Dia hanya ingin menanyakan pendapat kedua orang tuanya mengenai penampilannya  sore hari ini. “Pa, menurut papa aku gima—“ ucap Igo terhenti seketika.

Seorang pria yang duduk di antara mereka pun menoleh. Derap langkah kakinya rupanya menarik perhatiannya. Sungguh ekor matanya menyiratkan sesuatu yang ia sendiri tidak dapat menafsirkannya. Sepasang bola mata yang tatapannya hanya menyiratkan kehangatan yang mungpin tak semua orang punya. “Igo?“ seru Tunas. Lamunannya pun buyar seketika. “Lama banget?“ cetus Tunas terheran-heran. Pasalnya Triangga berkata, bahwa ia dan Igo sudah berjanji akan jalan-jalan pukul empat sore, tetapi jarum jam telah menunjukkan pukul empat lepat tiga puluh menit. Itu artinya Igo terlambat selama setengah jam, sedangkan Triangga sudah datang lebih awal.

Igo malu.

“Errr maafin aku, ya, kak? Soalnya aku telat dan malah bikin kakak nunggu lama,“

Igo deg-degan tanpa sebab tatkala bertatap muka dengan Triangga begini dekat.

Sungguh ingin dirinya menghindari tatapannya itu, tetapi bukankah ia akan dianggap tidak sopan?

Triangga pun tersenyum.

“Santai aja~ Gimana kalo kita berangkat sekarang aja? Takut kemaleman ntar,“

Sejurus kemudian Igo pun berpamitan dengan Tunas dan Galih. Igo sempat gugup kalau-kalau Tunas mengomentari dirinya soal penampilan ia yang mungkin bertentangan dengan prinsipnya, tetapi Igo tak menemukan guratan amarah pada air mukanya yang nampak tenang sedikit pun. Igo tertegun. Tunas dikenal berpendirian teguh dan mempunyai prinsip pang kuat. Tak mudah meruntuhkan prinsipnya, karna Tunas tak pernah sekali pun bertindak tanpa berpikir.

Sugar D [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang