Sandi uring-uringan di atas kasur. Padahal saat ini sedang turun hujan deras. Tapi, ia tidak merasa mengantuk sama sekali. Tring. Sebuah notifikasi pertanda sms masuk pun muncul. Dari Frederick. “Nginep di rumah om dua hari dua malem mau nggak? Nanti om kasih uang jajan deh? Hp iPhone kamu juga udah om beliin,“ tulis Frederick. Kedua mata Sandi pun langsung berbinar. Dari uring-uringan; ia pun jadi lebih bersemangat secara tiba-tiba. Hp baru hp baru yey, gumam Sandi merasa amat sangat gembira. “Mama? Ma?“ seru Sandi—pun keluar dari kamar.
“Hm? Kenapa?“ tanya Isma sambil memasak. “Hari ini sama besok aku mau nginep di rumah Om Erick,“ sahut Sandi. Satrio berusaha mempertajam pendengarannya. Ini adalah salah satu strategi—yang telah disusun oleh Frederick untuk dirinya. Saat dia datang nanti; dia akan memberikan obat tahan lama tersebut kepada Satrio. Itulah mengapa Frederick meminta Sandi untuk menginap di rumahnya, karna Satrio akan menggunakan dua hari ini sebaik mungkin, untuk mencoba kemanjuran obat tersebut. “Mudah-mudahan abis itu istri ku bisa isi aamiin,“ batin Satrio penuh harap.
“Ngapain nginep di sana? Toh kamu juga ada rumah, San?“ ucap Isma. “Ya nginep aja gitu. Lagian cuman dua hari doang. Trus abis itu sekolah lagi deh, huft,“ ucap Sandi menghela nafas. “Terserah, capek ngasih tau kamu mah, San,“ ucap Isma. Satrio pun berpura-pura tidak mendengar sambil memindah channel TV. Sandi kembali ke kamar, lalu membuka lemari, dan memilah-milah baju mana—yang akan ia bawa nanti. Setelah selesai memasukkan beberapa lembar baju ke dalam tas; tinggal menunggu Frederick menjemput saja.
Beberapa saat kemudian. Frederick pun mengirim sms kepada Sandi. “Om udah di depan, San. Maaf, om nggak ke dalem, soalnya males turun hehe,“ tulisnya. Sandi pun mengambil tas berisi pakaian miliknya, lalu keluar rumah setelah mencium tangan Isma dan Satrio—pun mengucapkan salam. Sandi membuka pintu mobil, lalu meletakkan tasnya di belakang. “San, bisa tolong kasihin ini ke papa kamu nggak? Jangan dibuka, ya? Awas!“ ucap Frederick. “Bentar om,“ ucap Sandi mengambil paper bag hitam itu, lalu ia pun turun dari mobil, dan masuk ke dalam sebentar; memberikan paper bag tersebut kepada Satrio.
“Udah?“ tanya Frederick. “Udah~“ sahut Sandi. “Oh iya om, aku sekalian bawa barang-barang endorse gitu, nanti kita bikin VT berdua, ya?“ ucap Sandi. “Bisa diatur~ Tenang aja~“ sahut Frederick sembari memutar setir. Sandi membuat boomerang di instagram; memamerkan jalan raya lewat kaca mobil. Frederick teringat akan sesuatu. Saat ia mengadakan kunjungan ke salah satu mall ternama; ia tidak sengaja membeli sepasang gelang mini clous dari Hermes. “San, coba kamu buka dashboard deh. Tadi om beli gelang couple di mall. Buat kita berdua,“ ucap Frederick.
Sandi pun membuka dashboard. Di sana ada sebuah kotak berwarna oranye, dengan aksen pita berwarna coklat. Sandi pun membuka kotak tersebut. Ia benar-benar sangat terkejut; melihat isi dari kotak tersebut—yang ternyata berisi sepasang gelang mini clous berwarna rose gold. “Ini beneran buat aku om? Lengkap sama surat-suratnya lagi?“ ucap Sandi sembari melihat gelang tipis nan elegan itu. “Beneran~ Om satu kamu satu. Tau nggak? Itu per gelangnya sekitar 46,6jt, San. Haha jadi total om beli sepasang itu sekitar 93,2jt,“ ucap Frederick.
“Mahal banget?“
“Makanya dijaga~“
“Kalo patah gimana?“
“Tinggal beli yang baru,“
Saat malam hari; setalah urusan makan malam selesai; Frederick dan Sandi pun ke kamar berdua untuk istirahat. Keduanya berada dalam selimut yang sama. Sambil rebahan; Sandi sambil siaran langsung di instagram. “Gue lagi nginep di rumah om gue. Ini lagi pada mau tidur. Tapi, gue sempetin live dulu,“ ucap Sandi. Salah satu penonton pun bertanya, kenapa Sandi gelap-gelapan di kamar itu? “Jangan salah paham dulu ya gaes? Sebenernya nggak gelap-gelapan. Lampu tidur di nakas nyala juga kok. Gue sih takut gelap, takut pake banget malah, cuman om gue bilang kalo lampunya nggak dimatiin om gue nggak bisa tidur,“ ucap Sandi panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar D [BL]
RomanceBercerita tentang percintaan seorang pria ber-usia 47 tahun dengan seorang pelajar ber-usia 17 tahun. Cerita ini ditulis berdasarkan imajinasi penulis aja. Jadi, se-umpama alur cerita ini kurang berkenan di hati pembaca, boleh skip, dan jangan komen...