Tanpa Sandi semua jadi terasa hambar. Padahal baru tadi pagi ia bertatap muka. Hah, mendengar dia ingin menginap satu minggu di rumah Isma dan Satrio saja; sudah membuat ia begitu gusar. Ia mencoba memastikan hal itu sekali lagi. Tepat jam dua siang. Ia tiba di depan sekolah Sandi, dan bertanya kepada satpam bernama Yanto. “Permisi, maaf mengganggu, apa Sandi masih ada di dalem, pak?“ tanya Frederick. “Sandi? Udah pulang dari tadi, pak. Boncengan sama Gama,“ sahut Yanto.
Sandi, kamu beneran berhasil ngerusak mood om, batin Frederick. Setelah mengucapkan terima kasih; Frederick pun melajukan mobilnya menuju rumah Sandi. Huft, tidak melihat Sandi sebentar saja, Frederick jadi segusar ini. Bagaimana kalau dalam 1X24 jam tidak melihat Sandi sama sekali? Uh, bisa-bisa Frederick tidak bisa tidur barang sebentar. “Assalamu'alaikum,“ ucap Frederick setelah tiba di rumah Sandi. “Wa'alaikumussalam,“ sahut Isma dan Satrio bersamaan.
“Baru pulang kerja, Erick?“ seru Isma. “Iya, mba,“ sahut Frederick. Dia terlihat sangat letih. “Oh iya, mba. Uhm, boleh nggak aku nginep di sini? Di rumah sendirian rasanya serem tau,“ ucap Frederick beralasan. Boro-boro merasa seram; tidak ada Sandi di sisi Frederick lebih seram dari apapun. Di dalam kamar; Sandi masih belum mengganti seragam sekolah dengan baju rumahan. Dia malah merekam video tiktok dengan lagu berjudul 'know me too well'. Sreet. Pintu kamar Sandi pun terbuka. Pun Sandi langsung menoleh ke belakang.
“Om?“ gumam Sandi gugup. “Om mau ngomong sama kamu, San. Bisa udahan dulu nggak? Main tiktoknya?“ ucap Frederick lemah lembut. Sandi pun menurut dengan patuh, lalu menyudahi rekaman video itu, dan langsung mempostingnya begitu saja. “Om mau ngomong apa?“ tanya Sandi berdiri di hadapan Frederick dengan kedua tangan bersedekap di d a d a. “Sini deket-deket sama om,“ ucap Frederick. Saat dirasa jarak antara dirinya dan Sandi terlalu jauh. “Sandi? Sayang?“ ucap Frederick lagi. Njiirr gue dipanggil sayang, bikin dag dig dug aja nih om, batin Sandi.
Frederick pun menarik pergelangan tangan Sandi. Hingga mereka berdua pun rebahan dengan posisi saling berhadap-hadapan. “Om, jangan terlalu deket,“ gumam Sandi mencoba mendorong tubuh Frederick sedikit. Sandi gugup. Benar-benar gugup. Sandi juga mencoba menghindari tatapan mematikan Frederick. “Kenapa? Kenapa kamu nggak mau deket-deket sama om, San?“ tanya Frederick menatap Sandi lurus. Saat Sandi lengah. Frederick pun m e n c i u m leher Sandi. “Ngh,“ gumam Sandi. Deru nafas Frederick sangat terasa di permukaan kulit lehernya.
“Om nggak bakalan berenti c i u m kamu, sebelum kamu mau ngomong sama om,“ ucap Frederick terus menyerang l e h e r Sandi. Sandi pun meremas p u n d a k Frederick. “Eungh ohm udah stohp. Iya Iyah a-aku mau ngomong sama om,“ ucap Sandi menyerah. Perlahan-lahan ia pun memberanikan diri menatap Frederick, tepat di kedua matanya. “Om tau kamu lagi kesel sama om, San. Tolong kasih tau alesan kamu kesel sama om, ampe kamu nggak mau tidur di rumah om lagi,“ ucap Frederick meminta penjelasan dari Sandi.
Belum sempat Sandi menjawab. Sang ibu pun tiba-tiba bersuara. “Sandi? Kamu mau titip apa, nak? Mama sama papa mau keluar beli lauk buat makan malem ntar,“ ucap Isma dari luar kamar. “Mmh,“ gumam Sandi. Frederick benar-benar usil. Dia m e n c i u m leher Sandi tiba-tiba. “Terserah mama aja mhh. Itu.. Ti-titip kentang balado sama usus sambel goreng, ma,“ sahut Sandi. “Om!“ seru Sandi sebal—pun mendorong tubuh Frederick. “Om mau tau alesannya, kan? Karna aku nggak suka nyium aroma parfum cewek di baju om,“ ucap Sandi kemudian. Frederick pun menatap Sandi lamat-lamat sambil memainkan jari-jemarinya di rambut Sandi.
Cup. Frederick c i u m bibir Sandi dengan lembut selama kurang lebih sepuluh detik. “Om janji om nggak bakalan jajan lagi, Sandi. Om sayang kamu, maafin om,“ ucap Frederick. Sayang? Sandi mendadak jadi bingung harus memberi tanggapan bagaimana. “Om, uhm aku kan cuma ponakan om doang, jadi—“ ucap Sandi langsung dipotong oleh Frederick. “Nggak, kamu bukan cuma ponakan om doang, Sandi. Om, om sayang kamu, dan om mau kamu jadi orang yang paling om sayang. Om janji om bakalan jadi orang yang lebih baik lagi dari sekarang,“ ucap Frederick. Dia tidak begitu pandai dalam merangkai kata-kata. Sungguh jauh dari kata romantis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar D [BL]
RomanceBercerita tentang percintaan seorang pria ber-usia 47 tahun dengan seorang pelajar ber-usia 17 tahun. Cerita ini ditulis berdasarkan imajinasi penulis aja. Jadi, se-umpama alur cerita ini kurang berkenan di hati pembaca, boleh skip, dan jangan komen...