Sugar D 25

4.5K 364 31
                                    

JANGAN LUPA VOTE!

FLASHBACK ON

Tatapan pedih dari ia, sang pujangga, membuat Tunas ikut merasakan kepedihan itu. Cinta memang bisa membuat seseorang bahagia dalam hitungan detik—pun hancur dalam hitungan detik. Sungguh pengaruh besar dari satu kata 'cinta' cuma kan membawa seseorang pada dua persimpangan: luka dan bahagia. Dia terlihat sangat kurus. Baju dia juga compang-camping. Siapapun yang melihatnya mungkin kan berkata, “Orang gila!“, tetapi tidak bagi Tunas. Hati kecil ia berkata, pria ini normal, dan sangat sangat normal. Entah dari mana keyakinan itu didapat.

Tunas pun berdiri. Beruntung tangan kiri yang terluka jikalau tangan kanan, maka ia kan jadi sulit mengendarai mobil. Ia pun menghampiri Galih. “Kita pulang sekarang,“ ucap Tunas. Sungguh ia ingin menjadi rumah bagi pria lusuh di hadapan ia ini. Hati ini terenyuh melihat dua mata itu berlinang air mata. “Heh, aku normal. Dasar pembohong!“ ucap Galih ketus. Dia pasti berbohong. Dia pasti sama jahatnya seperti Linda, batin Galih. “Pulang sekarang,“ ucap Tunas tegas dan mengintimidasi—pun memberi penekanan pada tiap kata yang ia ucapkan. Pria ini sungguh sangat keras kepala sekali, batin Tunas.

Tiba di rumah; Tunas mempersilahkan pria itu masuk ke dalam lebih dulu. Galih terdiam sembari sorot mata itu berpendar ke seluruh ruangan rumah; memandangi tiap interior nan indah serta bingkai-bingkai foto dan lukisan yang menempel di dinding. Orang ini pastilah bukan orang biasa, batin Galih. Dilihat-lihat lagi lebih dalam, rumah ini pasti seharga miliaran rupiah. Galih mana sanggup membeli rumah semahal itu? “Bi, tolong siapin baju di kamar aku, ya?“ ucap Tunas. Sutimah terlihat sangat terkejut, melihat Tunas membawa seorang tamu lusuh dan compang-camping—pun tidak terawat. “Baik, pak,“ sahut Sutimah.

“Uhm, aku musti panggil kamu apa?“ tanya Tunas tiba-tiba merubah bahasa bibir menjadi aku kamu. Lama ia mendiamkan Tunas. Entah Tunas sedang bercanda atau apa, tetapi saat ini ia memanglah sedang menginjakkan di rumah besar dan megah ini. Tunas pun mendorong tubuh itu pelan agar mau maju ke depan, berjalan menaiki anak tangga satu per satu menuju kamar Tunas. “Ini kamar aku, mulai hari ini kamu tinggal di sini, dan tidur bareng sama aku,“ ucap Tunas. Galih masih diam tidak bergeming. Tunas gemas—pun aroma tak sedap dari tubuh Galih juga menguar. Tunas pun membimbing tubuh itu menuju kamar mandi. Benar. Tunas akan membantu Galih mandi.

Galih pasrah dibantu mandi oleh Tunas. Galih seperti seorang anak balita saja. Begitu penurut. Saat sorot mata itu menatap sendu lantai kamar mandi; Galih pun mengangkat wajahnya; memandang wajah Tunas. Galih masih berpikir; Tunas sedang mempermainkan dirinya. Oh, pasti dia cuma kasian aja, kan?, batin Galih. Tunas pun menghela nafas; menatap bibir itu, lalu ia usap pelan dengan lembut. Ia pun memiringkan kepala, dan mencium bibir ia. Tunas hisap bibir itu dalam-dalam. Ia cium bibir bagian atas dan bawah bergantian, meski Galih sama sekali tidak membalas ciuman tersebut.

“Puas? Mau bilang aku pembohong lagi?“ ucap Tunas menohok. Galih cepat-cepat menggelengkan kepala. “Trus?“ tanya Tunas. Galih terus menatap Tunas lurus. Ingin sekali bibir ini mengatakan satu dua patah kata, tetapi entah mengapa terasa begitu kelu. “Galih,“ gumam Galih menyebut nama ia sendiri. Ini adalah pertanyaan dari Tunas—yang belum ia jawab sebelumnya. Tunas pun tersenyum sembari mengusap pucuk kepala ia gemas. “Hm, calon istriku udah wangi,“ gumam Tunas mengendus-endus aroma—yang menguar dari tubuh Galih. Ia cuma ingin memastikan saja, bahwa Galih sudah benar-benar bersih. Sial! Galih jadi deg-degan.

FLASHBACK OFF

Thoriq sengaja membeli sebuket bunga untuk Igo. Ia pun menghirup aroma harum dari bunga itu diiringi senyuman manis di bibir. Hari ini adalah hari di mana Igo mengikuti lomba cerdas cermat. Thoriq berniat ingin mengucapkan selamat secara langsung. Sungguh hati ini merindu. “Igo, semoga kamu bisa masuk final, ya?“ batin Thoriq. Ia menunggu di luar gedung dengan alasan di dalam gedung pasti sangatlah panas. Dua mata ini berpendar; mencari sosok Igo di antara keramaian. Itu dia Igo!, batin Thoriq. Namun, langkah kakinya tiba-tiba terhenti.

Sugar D [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang