Angkasa 40

767 44 14
                                    

Keadaan Adara sudah mulai membaik. Ia sudah bisa di temui oleh beberapa orang. Seperti bunda Nayra, para perawat, dan beberapa teman-teman perempuan nya.

Saat ini, Adara masih belum bisa di mintai keterangan oleh polisi. Adara akan tetap histeris jika di tanyai soal kejadian beberapa hari lalu itu. Ia memiliki trauma yang mendalam soal kejadian kemarin. Adara saat ini juga belum bisa bertemu dengan teman-teman lawah jenis nya. Ia masih merasa sangat takut pada semua cowo yang berada di dekat nya, kecuali arga.

Arga saat ini sedang menunggu Adara yang sedang melakukan konsul dengan seorang psikiater di dalam ruangan rawat inap nya.

Arga sendiri tidak masuk kedalam ruang rawat inap Adara dan memilih untuk diluar saat sang Psikiater yang menangani Adara datang. Ia sebenarnya bisa saja berada di sana karna Adara terus menahannya. Namun, ia pikir sopan santu nya harus di pertanyakan lagi jika ia melakukan itu.

Bagaimana pun, prosedur penanganan di rumah sakit sudah di buat. Dan seorang dokter atau pun psikiater pasti memiliki cara sendiri dalam menangani pasien nya. Arga hanya takut, bila ia ada di sana, maka ruang sang Psikiater akan sedikit terbatas. Ia ingin kesembuhan Adara berjalan dengan cepat maka ia harus sedikit tega untuk membiarkan cewe itu melawan ketakutan nya dan langsung berhadapan dengan sang Psikiater.

Arga memejamkan matanya saat mendengar suara tangisan Adara dari dalam ruang rawat inap milik cewe itu. Ia menghela nafas berat saat memikirkan bagaimana keadaan Mental Adara, bagaimana beban berat yang harus di tanggung oleh cewe itu, bagaimana hari-hari berat yang harus cewe itu jalani. Rasanya sedikit sesak saat memikirkan hal-hal itu.

Arga menoleh kearah pintu ruang rawat milik Adara saat seseorang membuka pintu itu dan keluar dari sana. "Saya sudah selesai melakukan konsul kepada nona Adara. Saya akan memberikan obat untuk di konsumsi Nona Adara. Obat ini akan membantu nya sedikit dalam proses pemulihan dari trauma. Keadan nya sudah cukup membaik dari hari pertama saya bertemu dengan nya. Nanti saya akan menyuruh suster untuk membawakan obat milik Nona Adara ke sini"jelas Dokter Melati selaku psikiater Adara saat ini.

Arga tersenyum tipis lalu mengangguk paham pada penjelasan Dokter Melati. "Baik dok terima kasih"seru nya.

Setelah nya, arga langsung masuk kedalam ruangan Adara saat dokter melati memutuskan untuk pamit. Ia memasuki ruanh rawat milik adara dan menemukan cewe itu sedang berbaring menyamping. Adara terlihat masih sedikit sesegukan saat ini.

Arga berdiri tepat di samping bed pasien milik Adara. Ia mengelus rambut Adara pelan membuat atensi Adara sepenuhnya langsung beralih pada Arga. "You did a great job." Ujar nya membuat senyum tipis itu hadir di bibir Adara.

"Laper ngga? Abis nangis biasa nya energi nya abis karna ngeluarin air mata"ujar arga random sambil mengambil bubur yang berada di meja samping bed pasien milik adara.

Adara mengangguk lalu membuka mulutnya saat arga menyodorkan satu sendok bubur kehadapan mulut nya.

Suapan demi suapan bubur masuk kedalam mulut Adara sampai cewe itu menggeleng pelan saat Arga menyodorkan satu sendok bubur lagi di hadapan mulut nya. Ia sudah kenyang bahkan hampir muntah karna terlalu kenyang.

"Minum"ujar arga sambil menyodorkan air mineral dengan sebuah sedotan di atas nya. Adara meminum air mineral itu sedikit lalu kembali berbaring setelah selesai minum.

Ia memperhatikan arga yang sedang membereskan bekas makan nya dan membersihkan nakas di samping tempat tidur adara. Mata adara memanas dan bulir-bulir air mata itu akhirnya keluar lagi dari sana.

Arga menoleh saat mendengar suara seseorang menangis. Ia mengerutkan keningnya bingung lalu detik berikutnya Panik saat melihat Adara menangis.

"Kenapa? Badan lo sakit?"tanya nya panik. Adara menggeleng lalu tiba-tiba saja memeluk Arga dengan pelan.

Angkasa ✔2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang