Adara terduduk di balkon kamar nya sambil memegang handphone nya yang menampilkan sebuah laman berita. Tatapan mata nya kosong. Lama gadis itu melamun sampai, satu bulir air mata jatuh dari mata nya.
Adara menangis sambil mata nya menatap menerawang ke luar sana.
Dia melihat kembali ke arah handphone nya, membaca berita yang sedikit menyentil hati nya. Berita seroang anak di bawah umur yang di jual oleh abang dan ayah nya. Adara menangis membayangkan bagaimana anak yang bahkan belum masuk ke jenjang SMA itu bisa survive dengan kehidupan nya yang sangat keras.
Mata adara kembali mengeluarkan air mata saat membaca jika anak di bawah umur itu sudah pernah hamil dua kali namun, bayi yang di kandung nya di gugur kan oleh orang-orang yang memakai nya dengan cara di pukul dan di tendangi sampai ia keguguran.
Hati adara mencelos membayangkan beban mental yang harus di tanggung anak itu. Iya, adara tau, berita ini belum tentu kebenaran nya karna belum ada konfirmasi dari pihak berwajib. Tapi, hal tersebut tidak menutup kemungkinan bukan jika saat ini, ada 'orang-orang' yang mengalami hal tersebut.
Adara rasa nya ingin mengutuk abang dan Ayah dari anak itu. Mereka bukan lagi manusia, tapi iblis. Sejahat-jahat nya papa nya, adara yakin papa nya tidak akan pernah melakukan hal-hal sebajingan itu kepada nya. Apalagi dengan alasan klise, uang.
Adara sedikit menyayangkan hukum di Indonesia yang masih sangat lemah tentang hal-hal seperti ini. Mata orang-orang itu seperti di tutupi dengan iming-iming uang dan jabatan tinggi seseorang. Mereka tidak memikirkan bagaimana psikis dari si korban yang bisa saja terganggu. Yang mereka pikirkan hanya uang dan jabatan.
Seandainya adara bisa melakukan sesuatu untuk anak itu, sudah pasti akan ia lakukan.
Adara tersadar dari lamunan nya saat sebuah ada sebuah panggilan telfon dari managernya.
"Halo mba wid"ujar Adara saat panggilan tersebut tersambung.
"Hah? Oh aku hari ini ada jadwal pemotretan? Oke deh, bentar lagi aku otw ke lokasi ya"panggilan tersebut pun langsung terputus.
Adara bangkit dari duduk lalu berjalan masuk kedalam kamar nya. Tadi managernya mengatakan jika hari ini adara ada jadwal pemotretan.
Setelah mendapatkan baju yang cocok untuk ia pakai ke lokasi pemotretan, adara lantas duduk di depan cermin rias di kamarnya. Adara menatap pantulan wajah nya di cermin dengan tatapan malas.
Ia berdecih pelan saat melihat mata sembab nya terpampang dengan jelas di sana. Inilah kenapa adara benci menangis. Setiap ia menangis, mata nya pasti akan langsung berubah menjadi sembab.
Masa bodoh dengan mata sembab nya, adara memilih untuk memainkan handphone milik nya untuk menghubungi seseorang. Soal mata sembab itu, dia nanti bisa minta MUA di sana untuk menutupi nya dengan make up.
Mata adara berseri senang saat melihat nomor seseorang yang akan di telfon nya.
"Halo calon pacar nya adaraa"sapa adara saat panggilan tersebut tersambung. Orang di sebrang sana hanya diam membuat adara mendecih pelan.
"Ga, anterin aku pemotretan yuk"pinta adara.
"Gak"
"Ya allah, jahat nya calon pacar ku ini"ujar adara mendramatisir.
"Gak usah lebay. Punya kaki sama tangan kan?"
"Kamu jangan solimi! Astagfirullah arga, anterin dong ihhh"ujar adara kesal.
"Gak"
"Ih arga mah malesin. Awas aja nanti kalo ak ketabrak mobil lagi"ujar adara.
"Mulut!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa ✔2
Novela JuvenilSequel of adkel vs kakel "Arga itu sempurna. Ganteng, Pinter, Populer, Anak orang kaya, sayang orang tua, jagoan lagi! Gimana gue gak jatuh cinta coba sama dia?! Duh calon imam gue"-Adara Kirana "Terkadang harapan yang terlalu tinggi lah yang membua...