"Kau tahu, sekolah rasanya hampa karena kau tidak ada, nona Lee."Ucapan Hani yang baru saja mendudukkan dirinya di samping ranjang inap, membuat A Yeong menahan senyum gelinya.
Entahlah. Pilihan kata Chae Hani begitu menggelikan di telinga A Yeong, walaupun hal itu mungkin saja benar adanya.
"Anggap saja begitu." Gadis yang tengah bersandar di sandaran ranjang itu berucap seadanya.
Gadis yang seminggu yang lalu begitu membuat semua orang khawatir karena kondisinya itu, hari ini nyatanya sudah merasa lebih baik, walau perban masih menghiasi kepalanya.
Hanya hari ini mood seorang Lee A Yeong cukup membaik. Karena pasalnya, sejak ia siuman, gadis itu benar-benar tak banyak bicara. Tempramen nya juga sesekali akan kambuh apabila ada hal-hal yang tak sesuai dengan suasana hatinya.
Taeyong yang tengah memperhatikan sang putri dan sahabatnya dari sofa ruang rawat merasa sedikit lega. Setidaknya A Yeong tak seperti beberapa hari yang lalu karena kedatangan Hani.
A Yeong memperhatikan Hani yang tengah mengupas apel di depannya tanpa ekspresi yang berarti. Hani yang menyadari dirinya tengah diperhatikan pun menatap bertanya pada sang sahabat "Ada apa?"
"Tidak ada." Balas A Yeong mengalihkan pandangannya ke arah jendela besar di samping kanannya.
"Bagaimana gadis itu?"
"Siapa?" Hani balik bertanya dengan tangan yang masih mengupas.
"Alisa."
Hani seketika menghentikan kegiatannya dan menatap wajah A Yeong "Sekarang bukan saatnya kau mengkhawatirkan orang lain, Lee A Yeong."
"Aku tahu. Kau tak perlu meninggikan suaramu begitu, Hani-ya." Ujar A Yeong datar.
Hani berdehem pelan dan hanya menatap dua benda yang tengah berada ditangannya kini "Gadis itu sekarang sudah terbebas dari Bona dan teman-temannya karena mereka semua sudah dikeluarkan."
Perkataan Hani sontak membuat A Yeong menatapnya.
Hani memejamkan matanya sebentar, lalu berbalik untuk memastikan bahwa Taeyong sudah tidak ada lagi di belakang mereka, dan kembali beralih pada A Yeong.
Hani tak mau ayah sahabatnya itu mendengar apa yang akan ia katakan untuk menjawab keingintahuan A Yeong.
"Ayahmu mengeluarkan Bona dan teman-temannya dari sekolah. Kau tahu sendiri bagaimana Taeyong samchon, A Yeong-aa."
Setelah perkataan Hani, keduanya tak ada lagi yang mengeluarkan suara.
A Yeong hanya diam tanpa ekspresi, dan Hani yang memperhatikan gadis itu dalam diam.
"Kenapa kita jadi membahas si perundung itu? Bukannya itu kabar bagus? Mereka jadi tak bisa berulah lagi." Hani berusaha mengalihkan pembicaraan saat menyadari A Yeong yang terus terdiam.
"Ah! Tadi Sunghoon sempat menanyakan kabarmu padaku."
"Sunghoon?"
Hani mengangguk "Ehm. Saat kelas berakhir, dia menghampiriku dan menanyakan keadaanmu. Jarang sekali dia seperti itu. Tak seperti biasanya."
"Mungkin dia khawatir sebagai teman sekelas?" Ucap A Yeong seperti tak yakin.
"Mungkinkah?" Hani turut bingung, sambil menyodorkan sepotong apel pada A Yeong, dan kembali berucap "Padahal dia bukan tipe yang ingin tahu tentang orang lain selama ini."
"Orang bisa saja berubah, Hani-ya."
"Mungkin juga." Hani turut memakan apel yang ia potong. Gadis itu awalnya biasa saja, sebelum sesuatu singgah di benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The And For Our Story (VRENE)
RomanceSEQUEL OF IT'S YOU Pernahkah kalian memikirkan akhir yang bahagia setelah mengalami berbagai masalah kehidupan? Mungkin dalam drama akan di sebut sebagai happy ending, jika pemeran utamanya berakhir bahagia. Namun bagaimana dengan real life? Orang...