PART 16

323 45 1
                                    

"Sunghoon-aa, kau belum mendapatkan teman kelompok?"

Ucapan sang guru, sontak membuat para siswa perempuan didalam kelas menatap serempak ke arah Sunghoon yang masih berdiri.

"Sseam! Sunghoon bisa masuk kelompok ku."

"Tapi kelompok kita sudah pas, Rachel." Ucap seorang remaja laki-laki di samping sang teman kelompok, seakan menolak gagasan tiba-tiba gadis bule itu.

"Kalau begitu, kau saja yang keluar." Sungut Rachel kesal.

"Sudah-sudah! Kelompok yang anggotanya sudah cukup, tak perlu di rombak lagi. Sseam akan mencari kelompok lain untuk Sunghoon." Ujar pria berkacamata di depan kelas untuk menengahi. Jika ia tak mengambil tindakan, bisa-bisa jam pelajarannya hanya akan habis dengan perdebatan para siswi yang merebutkan Sunghoon.

"Sunghoon-aa, kau bisa bergabung dengan kelompok A Yeong."

Mendengar namanya disebutkan, A Yeong langsung menatap bergantian sang guru dan juga Sunghoon tentunya.

Dalam diam, Sunghoon melangkah mendekati meja kelompok yang sudah diisi oleh A Yeong sendiri, Hani dan juga Samuel.

"Kau bisa duduk disini." Ujar A Yeong dengan senyumannya, lalu bergeser ke kursi yang lain untuk memberikan tempat kepada teman kelompok barunya. Sunghoon pun langsung mendudukkan bokongnya di kursi samping A Yeong. Lelaki itu menyerngit pelan menyadari A Yeong yang terus memandanginya "Kenapa?"

"Tidak apa-apa." Jawab A Yeong, masih konsisten dengan senyum manisnya.
.

"Pelajaran hari ini sseam akhirnya. Dan ingat, jangan lupa mengerjakan tugas kelompok kalian. Mengerti?" Ujar sang guru setelah membenahi buku-buku di meja guru.

"Ne, sseam."

Setelah mendapatkan jawaban serempak dari para anak didiknya, pria jangkung itupun berjalan ke arah pintu untuk meninggalkan kelas.

"Kapan kita mengerjakan tugasnya? Bagaimana jika sepulang sekolah saja?" Usul Samuel pada ketiga tempat kelompoknya.

"Aku tak masalah kapan saja. Tapi bagaimana dengan Sunghoon? Kau tidak memiliki jadwal latihan nanti pulang sekolah?" Tanya Hani yang otomatis menjadikan sang topik pembicaraan sebagai pusat perhatian.

Sunghoon beberapa saat hanya terdiam sejenak. Jujur, lelaki itu sedikit merasa risih saat ketiga teman kelasnya ini terus memperhatikan dirinya. Walaupun lelaki tampan itu sudah sering menjadi pusat perhatian, tapi tetap saja keadaan sekarang ini cukup berbeda.

"Jadwal latihan?" Timpal A Yeong, karena Sunghoon terus terdiam.

"Eoh. Sunghoon itu atlet Ice Skating. Bukannya aku sudah pernah memberitahu mu?"

A Yeong ber-oria ketika memorinya mengingat ucapan Hani pada hari pertamanya sekolah mengenai Sunghoon dan Yoojun.

"Jika tak bisa, kau tidak perlu memaksakannya. Kami bertiga bisa mengerjakan tugasnya, Sunghoon-ssi."

Sunghoon tertegun. Bukan karena ucapan A Yeong, melainkan senyuman yang ditunjukkan gadis itu.

"Aku juga akan pergi. Beritahu saja dimana tempatnya." Ucap Sunghoon datar, sebelum beranjak dari duduknya untuk meninggalkan ruang kelas.

Saat hendak menanggapi ucapan Sunghoon, A Yeong seketika tak jadi mengangkat suara ketika maniknya berpapasan dengan netra Yoojun yang tengah berdiri di ambang pintu.

Keduanya lagi-lagi saling memandang dalam diam, seperti saat pertemuan pertama keduanya beberapa minggu lalu.

Tatapan yang diberikan Yoojun kali ini pada A Yeong juga terasa berbeda dengan sebelumnya. Sorot mata remaja yang sedikit bicara itu seakan memiliki arti, namun A Yeong tak bisa membacanya.

The And For Our Story (VRENE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang