Di dalam ruang ganti anak laki-laki, Junho hanya menggenggam seragam olahraga di tangannya, sambil sesekali melirik sekitar. Anak laki-laki itu sepertinya belum berniat untuk mengganti seragamnya, walaupun anak-anak yang lain sudah mulai keluar dari ruang ganti untuk menuju lapangan.Kembali untuk kesekian kalinya Junho mengarahkan pandangannya ke segala penjuru ruangan, untuk sekedar memastikan bahwa hanya tinggal dirinya yang tersisa disana. Setelah memastikan teman sekelasnya sudah benar-benar tak ada, Junho akhirnya mulai meletakkan seragam olahraganya dan membuka seragam sekolah yang tengah melekat di tubuhnya.
Namun ada yang aneh dengan tingkah bocah itu. Gerakannya saat membuka kemejanya begitu berhati-hati, dan sesekali ia akan terlihat seperti tengah menahan sakit.
Junho menghela nafasnya pelan, lalu memperhatikan luka lebam dan juga kulitnya yang memerah seperti terkena cambukan.
"Junho-ya, kau sudah...."
Ucapan Yoojun seketika berhenti kala pandangannya menangkap punggung polos sang teman yang tengah dihiasi oleh beberapa luka. Junho yang juga terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Yoojun pun dengan segera menaikkan kembali kemeja yang sudah hampir lepas dari tubuhnya itu.
"Y-yoojun."
Junho menyebut nama Yoojun dengan begitu lirih. Anak itu sepertinya takut jika sang sahabat melihat punggungnya tadi.
Yoojun yang tadinya termangu segera menatap Junho dengan senyum yang kembali terukir "Aku datang melihatmu, karena kau tak kunjung datang ke lapangan. Junho-ya, semuanya baik-baik saja, kan?"
"Eoh. A-aku baru saja akan mengganti seragamku. Aku tadi lama di toilet, jadi sedikit terlambat, Yoojun-aa."
Entah apa yang tengah Yoojun pikirkan sampai-sampai ia beberapa detik menatap Junho dengan pandangan yang sulit di artikan, namun segera berubah ceria detik berikutnya.
"Begitukah? Kalau begitu cepatlah! Aku akan menunggumu di lapangan."
Junho mengangguk kecil "Hm. Tolong katakan pada Xing sseam jika aku masih mengganti baju, ya!"
"Baiklah. Nanti aku akan menyampaikannya." Setelah mengucapkan kalimat itu, Yoojun berbalik untuk keluar dari ruang ganti dan kembali menyisahkan Junho dengan pandangan nanar ke arah pintu yang tadi Yoojun lewati.
.Setelah kejadian Yoojun menemui Junho di ruang ganti, bocah itu terus memperhatikan pergerakan sang sahabat secara diam-diam. Jujur, Yoojun melihat apa yang ingin Junho sembunyikan dari dirinya.
Luka-luka di bahu Junho, Yoojun melihatnya. Ia hanya berpura-pura tak melihat apapun saat Junho seperti menyembunyikan hal itu padanya.
Dari mana Junho mendapatkan luka-luka itu?
Bagaimana bisa dia mendapatkannya?
Siapa yang sudah melukai bocah itu?
Apa mungkin karena itu Junho tak datang sekolah selama beberapa hari?
Pertanyaan-pertanyaan seputar itulah yang memenuhi kepala Yoojun. Walaupun anak itu masih terbilang terlalu belia untuk memiliki banyak pikiran seperti orang dewasa, namun Yoojun nyatanya melakukan hal tersebut. Ia begitu kepikiran dengan luka-luka yang menghiasi tubuh Junho. Memikirkan betapa sakitnya kulit sang teman karena luka-luka itu membuat Yoojun meringis pelan. Ia saja seperti bisa merasakan rasa sakit yang Junho rasakan. Lalu bagaimana dengan anak itu yang benar-benar merasakannya?
Yoojun kembali memperhatikan Junho yang tengah berbincang dengan A Yeong di bangku bocah laki-laki itu.
Setelah pelajaran olahraga selesai, Yoojun ingin sekali rasanya menanyakan langsung kepada Junho mengenai luka-luka anak itu. Namun menyadari sikap Junho yang berniat menyembunyikannya dari ia dan A Yeong, membuat Yoojun kembali memiliki pikiran yang tidak-tidak mengenai keluarga temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The And For Our Story (VRENE)
عاطفيةSEQUEL OF IT'S YOU Pernahkah kalian memikirkan akhir yang bahagia setelah mengalami berbagai masalah kehidupan? Mungkin dalam drama akan di sebut sebagai happy ending, jika pemeran utamanya berakhir bahagia. Namun bagaimana dengan real life? Orang...