Setelah obrolan mereka malam itu, Taehyung jadi lumayan tau banyak soal Jungkook.
Untuk ukuran baru bertemu, Jungkook sangat aktif berbicara. Ia suka membuka topik dan Taehyung bersyukur akan hal itu. Anak itu seperti tau bahwa dirinya bukanlah orang yang tepat untuk membangun sebuah percakapan. Mereka mengobrol cukup lama sampai jam sembilan malam.
Herannya, Taehyung tidak merasakan kalau obrolan mereka bisa bertahan selama itu. Ia dan Jungkook sama-sama tidak sadar bahwa jam berjalan secepat itu sebab mereka terlalu tenggelam dalam pembicaraan masing-masing. Sekalipun hanya Jungkook yang banyak bicara dan Taehyung beralih menjadi pendengar yang baik, mereka nyaman dengan kondisi itu. Lepas jam sembilan itu, Taehyung pulang dalam keadaan lagi-lagi diceng-cengi Ayah yang ternyata sedang menyeruput coklat hangat di meja dapur sembari menunggu anak lelakinya kembali.
"Cie, Kim Taehyung anak Ayah sudah punya teman baru. Asik ya."
Taehyung hanya menghela napas, ia juga heran kenapa bisa jadi begini. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa ia akan berteman dengan sosok Jeon Jungkook.
Si bocah bermata doe berumur tujuh belas tahun, yang sangat suka dengan susu pisang. Ia suka menonton pertandingan voli, ia suka kartun yang sama dengan ayahnya, yaitu Haikyuu serta ia bercita-cita menjadi pelatih Tim Nasional Voli Laki-Laki Korea nanti. Taehyung sudah mengira, hidup anak itu bakal di dunia voli saja seperti ayahnya. Oh ya, Jungkook ini juga benar anak tunggal. Ayahnya sudah pergi lebih dahulu karena kecelakaan tunggal sementara ibunya adalah seorang cake artist di sebuah café kecil yang didirikan sejak tahun lalu bersama rekannya. Jam pulangnya tidak menentu, kadang malam pun kadang pagi. Terkadang ia bermalam di café ketika sedang ramai karena tenaga kerjanya masih kurang sehingga ibunya sering melakukan double job di sana. Entah itu menjadi pelayan dadakan atau kasir.
Dari pertemuan nyaris satu setengah jam, Taehyung sudah dapat informasi sebanyak itu dari Jungkook. Nampak terlihat sekali bahwa anak itu cukup nyaman dengannya sampai bisa seterbuka itu. Apalagi Taehyung adalah pemain voli yang cukup aktif sampai jadi tim unggulan di sekolahnya, tentu sangat nyambung dengan Jungkook yang menyukai voli bukan hanya sekedar sebut.
Taehyung berkedip. Ah, mungkin perasaannya saja soalnya ia jarang ketemu dengan manusia seperti Jungkook yang sangat terbuka perasaannya.
Satu hal unik lagi, Jungkook ini punya pengharum ruangan berbau susu vanila. Jadi di rumahnya hampir semua titiknya memiliki wangi susu yang cukup menenangkan dan tidak berlebihan. Semuanya atas dasar keinginan Jungkook tentunya.
"Mama selalu pesan eksklusif dengan temannya, karena ia tau mencari pengharum wangi susu itu sangat susah."
Taehyung sampai tidak bisa lupa dengan wangi rumah Jungkook yang begitu unik. Rasa yang menenangkan dan hangat itu hanya ia dapatkan di rumah Jungkook.
Sebelum pulang juga, ia dan Jungkook sempat bertukar nomor ponsel. Jungkook bilang, ada banyak hal yang ingin ia obrolkan dengan Taehyung. Taehyung yang awalnya agak ragu karena ia bukan tipikal yang suka main ponsel sambil chatting-an, pada akhirnya tetap memberikan nomornya pada Jungkook sebab ia rasa anak itu pasti kesepian karena sendirian di rumah.
Hai, Kak! Ini Jungkook, jangan lupa disave ya. Terima kasih untuk waktunya hari ini xixi jaga kesehatan ya Kak! Kakak pasti butuh banyak tenaga dan energi untuk hari esok.
Itu adalah pesan pertama Jungkook yang tampil di layar ponsel Taehyung waktu ia sedang menyikat gigi di kamar mandi. Ucapan itu berbalas dengan pesan-pesan pendek dari Taehyung yang Jungkook tanggapi dengan semangat sampai Taehyung rasa ia bisa mendengar suara anak laki-laki itu dari kamarnya sendiri. Beberapa hari terakhir ini, ponselnya jadi ramai karena chat Jungkook yang cukup banyak sampai terkadang Taehyung bingung harus merespon bagaimana.
Jungkook ternyata aktif bercakap baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kecuali hari ini.
Taehyung menatap layar ponselnya, Jungkook belum ada mengiriminya pesan hari ini.
Ia diam, berpikir mungkin Jungkook sedang sibuk atau lupa. Taehyung tidak mau ambil pusing sebab ada hal lain yang harus ia pusingkan yaitu pertandingan sekolahnya yang sudah tinggal menghitung minggu lagi. Latihannya kadang mengambil waktu libur supaya lebih intensif. Taehyung tidak pernah mempermasalahkan itu sebab ia suka main voli.
Namun, hal itu buat ia tidak bisa mengunjungi rumah Jungkook lagi setelah kunjungan terakhirnya.
Pulang latihan, ia langsung pulang lalu tertidur di kamarnya lepas bersih-bersih karena ia lelah sekali. Pulangnya jadi lebih malam dari biasanya karena latihannya itu. Kadang ia pulang cepat karena ada hari libur latihan, tetapi Taehyung lebih memilih diam di kamar untuk menyimpan tenaga sambil bermain PS-4nya. Kadang ia ada pikiran untuk mengajak Jungkook mampir ke rumah dan bermain bersamanya supaya anak itu tidak sendirian terus.
Ya, kita tau bagaimana seorang Kim Taehyung bukan? Itu hanyalah visi semata karena ia rasa canggung juga kalau ia mengajak Jungkook. Ya walaupun mereka sudah cukup mengenal satu sama lain untuk beberapa waktu terakhir ini.
Pada akhirnya yang Taehyung lakukan hanyalah nongkrong di jendela kamar ayahnya dan memanggil Jungkook dari sana. Ia sadar betul jendela kamar yang tertutup dan persis berada di hadapan jendela kamar ayahnya itu tidak akan terbuka begitu saja jika hanya ia panggil tiga kali.
"Jungkook, apa kau sehat-sehat saja?"
Tidak ada jawaban.
Ayah menatapnya dari pintu kamarnya sendiri. Melihat anak laki-lakinya duduk di atas kursinya, memangku tangan di kusen jendelanya dan nampak tidak bosan menatapi jendela kamar Jungkook yang tertutup. Ayah nampak agak terbiasa melihat Taehyung yang beberapa waktu terakhir ini suka mampir ke kamarnya setelah ia ceritakan bahwa jendela kamar Jungkook ada tepat di depan jendela kamarnya.
"Abang, besok coba ke rumah Jungkook aja, gimana? Ayah tidak tega lihat kamu seperti anak remaja galau ditinggal pacar begini."
Mulut Taehyung maju beberapa senti, tidak ada pikiran berbalik untuk menatap ayahnya.
"Menurut Ayah, Jungkook ke mana?"
Ayah Kim diam sebentar, berpikir.
"Mungkin Jungkook keluar kota?"
"Perjalanan keluar kota macam apa yang makan waktu sampai dua hari?"
Ayah Kim angkat bahu. "Astaga Kim Taehyung anak Ayah, jangan seperti anak galau begitu dong. Tenanglah, Jungkook pasti akan mengabarimu nanti."
"Besok kau latihan tidak?"
Taehyung menggeleng.
"Coba mampir ke rumah Jungkook saja."
Taehyung berbalik, menatap ayahnya. "Kata Ayah Jungkook keluar kota?"
"Kau percaya dengan mulut Ayah?"
Hening sebentar, Taehyung membelakangi ayahnya lagi.
"Iya besok aku ke sana." []
TBC
A/N :
Haloo, Dean is here!
Selamat tambah umur untuk Indonesia-ku yang ke #76! Wish all the best for our beloved country ya! Cepat sembuh juga untuk negeri kita beserta dunia
, kalian jangan lupa untuk selalu taat prokes dan jaga kesehatan yaa.Love u all <3
With lots of boba,
deanagape.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Hopes
FanfictionJungkook tidak pernah menggantungkan harapannya setinggi langit, seperti yang selalu ia ucapkan padanya. Sampai akhirnya Taehyung harus sadar dengan realita, ketika kamar yang biasa hangat dan wangi susu itu menjadi dingin dan berbau seperti rumah s...