Ini hari Jum'at malam dan Sabtu besok Taehyung libur latihan. Seperti biasa, ritual Taehyung sebelum tidur adalah melempar-lemparkan bolanya sampai hampir menyentuh langit-langit kamarnya. Di tengah kegiatan itu, ia juga memikirkan besok mau melakukan apa. Sudah dua hari juga sejak Jungkook tidak mengiriminya pesan apa-apa. Taehyung juga tidak mau bertanya banyak hal setelah pesan terakhirnya juga belum dibalas oleh Jungkook.
"Apa kunjungi saja ya?"
Taehyung berpikir, mungkin besok ia coba kunjungi Jungkook saja. Hitung-hitung mengecek keadaan anak itu juga. Ayahnya juga menyarankan hal yang sama. Lagipula, Jungkook sering ditinggal sendirian. Bagaimana kalau ia ternyata pingsan di rumahnya selama dua hari.
Taehyung diam. Bolanya nyaris jatuh menghantam muka.
"Ah tidak mungkin begitu."
Ia menepis pikiran negatifnya sembari melayangkan lagi bola kuning-biru itu ke udara. Beralih memikirkan apa yang harus ia bawa besok untuk Jeon Jungkook.
Keesokan harinya, tepat setelah ia keluar dari Ford Mustang merah milik ayahnya, Taehyung jadi tau kenapa Jungkook menghilang selama dua hari.
Ia yang tengah berjalan mendatangi rumah Jungkook dengan sebungkus susu pisang, yang tanpa pikir panjang ia borong semua, dibuat terkejut ketika melihat Jungkook dan ibunya tengah berjalan bersama memasuki rumah mereka lepas sebuah taksi putih melewati dirinya. Taehyung lihat Jungkook tengah dipapah oleh sang ibu.
Taehyung kontan dibuat berlari kecil, mendatangi kedua orang tersebut.
"Jungkook?"
Jungkook dan ibunya menoleh, mendapati Taehyung berada di belakang mereka ketika Ibu Jeon tengah memasukkan kunci ke dalam lubang pintu.
"Ah, Taehyung-ah."
Ibu Jeon menyapa Taehyung dengan senyuman lebar. Senyum yang Taehyung yakini turun ke Jungkook dengan sempurna, sebab senyum ibu dan anak itu sama cerahnya. Taehyung dekati Jungkook yang masih diam menatap Taehyung, berusaha sebaik mungkin menarik ujung bibirnya agar tersenyum. Tatapan matanya sayu dan ia terlihat agak sulit mau berdiri tegak.
"Jungkook kenapa, Tante?" Tanya Taehyung pelan.
Taehyung dapati bola mata doe itu agak sedikit kurang binarnya. Ia lihat dua belah bibir Jungkook nampak tidak semerah biasanya. Wajah anak itupun nampak agak pucat dari biasanya.
"Jungkook sakit?" Sambung Taehyung lagi.
"Ah," Ibu Jeon menggantungkan bicaranya. Ia lirik sebentar Jungkook yang masih nampak lemas dan belum mau berbicara apa-apa. "Iya, Taehyung-ah. Maaf ya."
Taehyung meletakkan bungkusan susu pisang yang ia bawa, tubuhnya beralih meraih Jungkook yang masih dalam papahan ibunya. Ia rangkul anak laki-laki itu, berusaha memapah Jungkook. Jungkook tidak menolak, tapi ia masih terkejut dengan tindakan Taehyung yang tiba-tiba.
"Biar saya bantu, Tante."
Ibu Jeon tersenyum, "terima kasih, Taehyung-ah. Harusnya tidak perlu repot-repot begini." Tawa renyah keluar dari bibir Ibu Jeon yang mulai mendorong pintu rumahnya. "Ayo masuk."
Dipersilakan begitu, Taehyung pun bergerak masuk dengan langkah pelan. Menyesuaikan diri dengan langkah Jungkook. Hangat serta wangi susu yang sudah hampir seminggu tidak Taehyung cium pun masuk ke dalam rongga hidungnya.
"Mau digendong?" Tanya Taehyung pada Jungkook.
Jungkook menggeleng pelan, senyum tipis nampak di wajahnya. "Tidak usah, Kak. Masih kuat." Suaranya lemas dan begitu lirih seperti tengah menahan sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
High Hopes
FanficJungkook tidak pernah menggantungkan harapannya setinggi langit, seperti yang selalu ia ucapkan padanya. Sampai akhirnya Taehyung harus sadar dengan realita, ketika kamar yang biasa hangat dan wangi susu itu menjadi dingin dan berbau seperti rumah s...