Taehyung menggubris masuk dengan terburu-buru ketika mendapati ruang tempat Jungkook dirawat.
Ia terdiam ketika mendapati Jungkook dalam keadaan tidak sadarkan diri di atas ranjangnya, ditemani oleh sosok Ibu Jeon beserta Ayah Kim di sana. Taehyung yang masih lengkap dengan seragam sekolahnya, mendapatkan tatapan terkejut dari ibu Jeon.
"Ya Tuhan, Taehyung-ah... kenapa datang jam segini?" Tanya Ibu Jeon pelan. "Ini masih jam sekolah."
Taehyung tidak menjawab, memilih melangkah perlahan mendekati Jungkook.
Ayah Kim menangkap gestur tidak menyenangkan dari Taehyung, anak lelakinya itu seperti dalam keadaan linglung dan tangan yang agak kaku namun kentara gemetar. "Abang?" Panggilnya.
Lagi-lagi, Taehyung tidak menjawab. Matanya masih jatuh terpaku pada sosok Jungkook yang wajahnya pusat pasi, lengkap dengan selang di hidung serta di tangan. Hati Taehyung mencelos, seperti melihat Jungkook telah melewati pengalaman yang sangat mengerikan sebab ia tidak pernah melihat Jungkook berakhir dalam keadaan seburuk ini. Napas Taehyung agak tersengal, antara kelelahan berlari dan berusaha melesakkan rasa sesak di dada. Diam-diam mengutuk dirinya sendiri sebab ia tau, salah satu penyebab Jungkook seperti ini adalah karena dirinya.
"Abang baik-baik saja?"
Taehyung masih diam, tidak tau harus menjawab apa.
Ia tidak tau dirinya kenapa, sebab dia tidak pernah baik-baik saja ketika melihat Jungkook dalam keadaan sakit. Ia tak pernah suka dengan bau rumah sakit yang kadang melekat di pakaian Jungkook, ia tak pernah suka pada bau obat-obatan yang menyamarkan bau susu di kamar Jungkook serta ia tak pernah suka bagaimana satu tekanan dalam kepala Jungkook dapat menyebabkan dirinya jatuh sakit seperti ini. Taehyung tidak tau ia baik-baik saja atau tidak, sebab ia sadar betul bahwa nyaris semua kebahagiannya ia muarakan pada Jungkook yang begitu ia sayang. Ia rasa betul bahwa Jungkook sebagai adik tak kandungnya. Ia tidak pernah berpikir sedikitpun untuk menyakitinya. Ia tau betul bahwa tanpa perlu melakukan kesalahan apapun, pada dasarnya Jungkook sudah sakit.
Memikirkan itu saja rasanya membuat rasa sesak di dalam dada Taehyung makin meluap, paru-parunya seperti membesar melebihi kerangka dadanya seolah memaksa keluar untuk mencari ruang udara yang lebih besar. Membuat kedua bola matanya panas, memberikan tekanan untuk mengeluarkan air dari sana.
Taehyung tidak baik-baik saja.
Ayah Kim melihat anak lelakinya yang hanya diam dalam keadaan kalut, ia bisa lihat perubahan ekspresi anaknya yang begitu kentara. Ia paham apa yang tengah Taehyung rasakan, ia paham bagaimana anak itu tengah menelan semua rasa sesalnya. Ibu Jeon juga menatapnya, khawatir, sebab tidak pernah melihat anak lelaki sematawayang Ayah Kim ini dalam keadaan sebegitu kalutnya.
Maka ketika ia lihat Ayah Kim merangkul anaknya, memberinya satu pelukan penuh sembari mengelus punggungnya, Ibu Jeon terkejut ketika mendengar isak kecil dari mulut anak lelaki bersurai biru yang setengah mati menahan dan menenggalamkan wajah di bahu ayahnya.
"Maafkan Taehyung..."
Suara itu terdengar sangat lirih dan begitu terasa pedihnya, sebab itu keluar dari mulut Kim Taehyung, yang tidak pernah sedikitpun memperlihatkan kesedihannya di hadapan orang-orang.
"Gapapa Abang, gapapa. Tenang ya."
Ayah Kim mengecup puncak kepala anak lelakinya yang sangat terasa mencengkram kemeja bagian punggungnya.
"Jungkook tidak akan senang kalau melihat Abang seperti ini. Kuatlah,
Kuatkan dirimu untuk Jungkook, ya." []
---
"Jungkook pendarahan lambung, sebelumnya ia sempat muntah darah lagi dan nampaknya melukai kerongkongan sampai amandelnya jadi ia mulai kesulitan menelan makan, selain itu juga karena dipicu stress. Untungnya Ayah baru mau berangkat kerja tadi ketika Ibu Jeon mendatangi Ayah, soalnya Jungkook tidak sadarkan diri ketika mereka hendak berangkat ke rumah sakit."

KAMU SEDANG MEMBACA
High Hopes
FanfictionJungkook tidak pernah menggantungkan harapannya setinggi langit, seperti yang selalu ia ucapkan padanya. Sampai akhirnya Taehyung harus sadar dengan realita, ketika kamar yang biasa hangat dan wangi susu itu menjadi dingin dan berbau seperti rumah s...