Taehyung sedang berbaring di kamarnya sambil melempar-lempar bola voli kesayangannya. Berkali-kali melambungkan bola warna kuning dan biru itu ke langit-langit kamarnya. Kamarnya gelap, tetapi cahaya bulan dari jendela kaca di atas kepalanya memberi penerangan walau redup.
Hari ini banyak hal yang terjadi, mulai dari ia yang memilih absen latihan voli sampai insiden ditampar Ayah. Ayah sudah tidur di kamarnya dua puluh menit yang lalu dan ketika jam sudah menunjuk pukul setengah sebelas malam, Taehyung belum bisa tidur. Besok ia harus datang ke klub dan meminta maaf pada teman-temannya karena absen. Ia seorang setter tim, ia yang memberi bola. Ketidakhadiran dirinya jelas jadi lubang besar sekalipun ada pengganti. Ia sempat kabari kawannya, Min Yoongi, kalau ia tidak akan hadir dan Yoongi mengerti.
Awalnya ia tidak berniat pulang sebab kawannya Park Jimin, ajak dirinya mampir sebentar di basecamp. Ya, tempat biasa Taehyung menikmati lintingan rokok sambil minum kopi seperti bapak-bapak. Ia jadi doyan semenjak Jimin memperkenalkan benda candu itu kepadanya saat dirinya tengah banyak pikiran. Beban yang ia bawa main voli saja tidak mampu hilang, seperti menguap di udara ketika ia hisap dan buang asap rokoknya ke udara.
Enak sekali.
Taehyung menikmatinya. Setiap hari satu bungkus rokok tanpa absen. Kurang dari itu mulutnya akan terasa pahit.
Namun, semakin lama bayang ayahnya terus menghantuinya. Perasaan bersalah kian membesar sampai akhirnya Taehyung berniat menghabiskan kotak rokok terakhirnya hari ini. Namun sayang sudah keburu ditangkap basah Ayah dan bonus tamparan pedas yang untungnya tidak menanggalkan gigi-giginya. Taehyung sempat kompres bekas tamparan Ayah dengan es batu, sekarang sudah agak mendingan.
Lagian mulut tetangga kenapa juga sebocor itu.
Taehyung heran sendiri. Ayahnya biasa tidak pernah percaya omongan tetangga sebab Taehyung tidak berteman dengan tetangga. Anak laki-lakinya kebetulan adalah seseorang yang tidak suka bersosialisasi. Hal itu semakin didukung dengan wajahnya yang tidak ekspresif dan terkesan cuek. Padahal Ayah susah payah masuk ke perumahan ini sebab banyak anak seumuran Taehyung yang bisa diajak berkawan. Namun, Taehyung sama sekali tidak menggubris hal itu sampai dengan hari ini. Jadinya ia hanya punya kawan di luar komplek, itupun bisa dihitung jari.
"Aduh."
Taehyung mengaduh, berhenti melempar bolanya. Mulutnya tiba-tiba terasa pahit. Ia bangkit dari kasurnya, menghela napas sembari memeluk bola volinya di perut. Sorot matanya agak datar, punggungnya bungkuk sedikit. Ia menoleh, kepada meja belajar yang ada dua botol kecil permen karet xylitol rasa stroberi dari Ayah.
Kalau mulutmu pahit, makan ini saja sebagai pengganti rokok, oke?
Begitu kata Ayah ketika Taehyung menerima dua botol permen itu setelah makan malam. Taehyung pada dasarnya tidak terlalu candu dengan rokok, jadi akan mudah baginya untuk berhenti karena ia baru satu - dua bulan mencoba. Maka Taehyung beranjak dari kasurnya dan mengambil botol permen itu. Dua buah permen ia kunyah, rasanya enak juga. Kebetulan Taehyung suka semua yang berbau stroberi, jadi lidahnya nyaman sekali dipakai mengecap permen ini.
Ya berdoa sajalah agar giginya baik-baik saja nanti.
Taehyung lirik jam dindingnya, masih sebelas kurang dua puluh menit. Ia pun lantas beralih mengambil jaket windbreaker hitamnya di belakang pintu kamar. Kunci mobil tepat di sebelah kirinya. Ia mau midnight drive sekalipun besok sekolah. Rencananya mau mampir ke minimarket terdekat, ada keinginan mau beli susu dan beberapa cemilan juga. Sebelum tutup pintu kamar, Taehyung ambil sticky notes di mejanya.
Taehyung mau jalan-jalan bentar, nanti balik jam setengah dua belas.
Begitu ia tulis. Ia pun keluar dari kamarnya, berjalan pelan ke pintu kamar ayahnya dan meletakkan notes itu di sana. Setelahnya Taehyung beranjak turun tangga dengan santai sembari mengenakan masker putihnya. Rambut birunya ia sisir ke belakang sembari berjalan masuk ke garasinya. Ford Mustang merah milik ayahnya hadir di sana. Taehyung masuk ke sana setelah tekan tombol buka garasi. Mesinnya ia nyalakan dan suara mesin yang halus terdengar. Beruntungnya Taehyung sebab punya garasi yang tidak berisik-berisik banget saat dibuka, jadi ia bisa keluarkan mobilnya dengan tenang tanpa harus takut ayahnya terbangun. Ketika garasi dipastikan tertutup dan semua aman terkendali, Taehyung pun melaju di jalan komplek perumahannya dengan tenang. []
TBC
A/N:
Haloo semua, happy sunday dan selamat libur satu hari sebelum Senin. Jangan lupa makan-minum ya!
Ini aku bawa update baru yg singkat dari High Hopes setelah kemarin kakaknya, si BMW, udah up duluan malem-malem hehe jangan lupa disimpen, dikasih bintang juga boleh pun kalian mau isi kolom komen juga gak apa.
Thanks for visiting!
with a lot of boba,
deanagape.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Hopes
FanfictionJungkook tidak pernah menggantungkan harapannya setinggi langit, seperti yang selalu ia ucapkan padanya. Sampai akhirnya Taehyung harus sadar dengan realita, ketika kamar yang biasa hangat dan wangi susu itu menjadi dingin dan berbau seperti rumah s...