"Bagaimana bisa uangmu hilang?"
Jungkook sibuk menyesap susu pisangnya ketika pertanyaan Taehyung keluar, otaknya berputar ke mana-mana. Ia ingat-ingat semua hal yang ia lakukan dari keluar rumah sampai masuk minimarket. Ia ingat ia bawa uang pas, lalu dikantungi di kantung celana trainingnya tadi.
Taehyung yang sabar menunggu jawaban dari Jungkook pun mengalihkan perhatiannya ke arah jalanan. Hujannya masih deras, jadi Taehyung berencana mengemudi dengan santai. Lagipula kelihatannya rumah anak ini tidak jauh juga. Ia melirik lagi ke arah Jungkook yang kini menatap jendela luar mobilnya. Mereka sedang melewati jembatan sekarang, jembatan pendek saja tapi cukup menyenangkan untuk dijadikan tempat melepas lelah sebab di bawahnya mengalir air sungai yang bisa dibilang cukup jernih serta beberapa rumput-rumput hijau. Kadang kalau lagi beruntung, ada bunga liar yang mekar di sana.
Nah, Jungkook memperhatikan pinggir jembatan itu dengan serius sampai alisnya berkerut.
Nampaknya terjadi sesuatu padanya saat berada di situ.
"Ah, kayaknya jatuh di sini deh, Kak." Sahut Jungkook tiba-tiba.
Taehyung menoleh, menghentikan mobilnya begitu dirasa tidak ada siapa-siapa di belakang. "Di sini?" tanyanya memastikan, mesin mobilnya ia matikan.
Anggukan Jungkook terlihat sangat yakin. "Aku sempat rogoh ponsel di sini, Kak. Ponselku satu tempat sama uang jajan, kayaknya jatuh pas ponselku keluar."
Taehyung membuat gestur O di bibirnya sembari mengangguk, mendengarkan.
"Aku keluar ya, Kak?"
"Lho gak usah."
"Kenapa?"
"Hujan deras begini, lagi pula hanya seribu won."
Jungkook menoleh ke arah Taehyung, punggungnya menyandar di kursi mobil. Tatapan bete nan sebal melayang sampai alis Taehyung naik sebelah lagi.
"Salah?"
Bibir Jungkook tertarik kedua sisinya, membentuk garis datar yang tampak sekali tidak suka dengan jawaban Taehyung.
"Kakak anak orang kaya sih jadi remeh sekali bilang kalau itu hanya seribu won."
Taehyung tidak tersinggung, sumpah. Namun, gaya bicara anak ini bikin ia heran sendiri. Seribu won saja, kenapa harus dipermasalahkan seperti ini?
"Aku gak kaya, Jungkook."
"Kaya, buktinya mobil kakak Ford Mustang terus dompetnya Gucci begitu. Mahal itu, Kak." Potong Jungkook cepat. Bola matanya beralih ke arah jaket Taehyung yang tak berdaya di kursi belakang. "Jaketnya bahkan merek Puma."
Taehyung keheranan, oke untuk dua merek sebelumnya memang mahal untuk jaketnya ia rasa masih masuk harga terjangkau dan merakyat.
"Tapi ini punya ayahku."
"Berarti ayah Kakak kaya!"
"Tetap aja bukan aku yang kaya."
"Tapi Kakak remehin banget uang seribu won."
"Enggak gitu."
"Jadi gimana?"
Taehyung bingung sendiri, ia jarang berdebat remeh seperti ini. Ia cukup pendiam di kalangan teman-temannya, biasanya ia menarik diri ketika mereka mendebati hal-hal remeh. Debat terpanjangnya adalah dengan Min Yoongi, itupun hanya masalah set bola Taehyung ke arah Yoongi yang notabenenya adalah Wing Spiker, terasa begitu pendek dan tidak enak dipukul. Mereka berdebat nyaris dua puluh menit sampai harus dipisahkan pelatih karena tidak menemui titik terang. Hari itu mereka dipisahkan dan tidak boleh latihan bersama sampai menemui solusinya.
Masalahnya, Taehyung yang didebati masalah uang seribu won pun jadi bingung mau membalas apa.
"Apa ya..." Taehyung mulai meraih kemudinya, menyandarkan kedua tangannya di sana kemudian dagunya bertumpu pada kemudi bagian atas. "Aku tidak menganggapnya remeh sih."
"Uangmu hilang, mungkin ada yang lebih butuh. Jadi Tuhan jatuhkan."
Jawaban yang tidak terduga itu kontan buat Jungkook diam. Mulutnya terdiam, menjepit sedotan susu pisangnya. Ia menatap Taehyung yang matanya kini teralih ke arah butir hujan yang menjatuhi kaca mobilnya.
"Kakak... sudah kuliah ya?"
Taehyung menoleh. "SMA, kelas tiga."
"Wah sudah mau lulus ternyata, pantas pintar."
Lagi-lagi logika yang tidak Taehyung mengerti. Anak ini masih SMP atau bagaimana? Kenapa pola pikirnya seperti ini?
"Kamu?"
"Homeschooling, Kak." Jawab Jungkook sambil terkekeh, tampilkan cengiran gigi kelinci dan wajah yang lucu.
"Ah," Taehyung mengangguk, kemudian menegakkan tubuhnya. "Ayo pulang kalau begitu, rumahmu di mana?"
Membawa jawaban kepada Jungkook yang mulai condong tubuhnya ke depan, menunjukkan arah rumahnya dengan tangan yang menggambar di udara. Sempat buat Taehyung berpikir sebentar kemudian ia mengangguk mengerti ketika Jungkook beritau beberapa patokan rumah.
Dan mesin mobil Taehyung menyala lagi. []
---
Dari sekian banyak kebetulan yang pernah terjadi pada seorang Kim Taehyung, baru hari ini ia menemukan kebetulan seperti ini.
Yaitu rumah seorang Jeon Jungkook, yang ternyata berada persis tepat di sebelah rumahnya sendiri. Taehyung berhasil dibuat menganga kala Jungkook menyuruhnya berhenti tepat setelah ia melewati rumahnya sendiri. Menghentikannya pada sebuah rumah tanpa tingkat berwarna putih tulang dengan halaman rumput hijau di sana. Perumahan mereka tidak punya pagar, jadi Taehyung bisa lihat dengan jelas rumah Jungkook dan rumahnya bersisian hanya sebatas rumput.
Rumah mereka tidak berdempetan, ada space yang cukup lebar tersisa. Bisa diisi pagar jika mau tapi kelihatannya baik Ayah Taehyung maupun orang rumah Jungkook tidak mau ambil pusing.
"Kak, makasih ya sudah diantar. Besok kita ketemu lagi di minimarket ya?"
Ucapan Jungkook bikin Taehyung sadar dari acara mengamatinya, matanya beralih menatap Jungkook yang sudah pasang posisi untuk buka pintu. Taehyung tidak menjawab, malah memilih melirik ke arah belakang. Mencari sesuatu sampai tubuhnya harus melesak di antara dua kursi. Jungkook agak bingung, jadi ikut melirik ke belakang.
Oh.
Payung.
"Pakai, hujannya masih deras nih."
Jungkook menggeleng, "tinggal lari aja, Kak." Rumahnya hanya beberapa meter dari sini, basahnya paling tidak seberapa.
"Jauh itu masih."
"Gapapa."
Taehyung menyerah, akhirnya ia berikan jaket setengah basahnya untuk tutupi kepala Jungkook.
"Bawa aja, rumah kita sebelahan kok. Balikin besok aja." []
TBC
A/N :
Hai semua, selamat hari sabtu malam, jangan lupa bahagia :3
with a lots of boba,
deanagape

KAMU SEDANG MEMBACA
High Hopes
FanficJungkook tidak pernah menggantungkan harapannya setinggi langit, seperti yang selalu ia ucapkan padanya. Sampai akhirnya Taehyung harus sadar dengan realita, ketika kamar yang biasa hangat dan wangi susu itu menjadi dingin dan berbau seperti rumah s...