Mereka berdua adalah remaja.
Yang sedang berusaha tumbuh dalam dunia yang perlahan-lahan mulai menunjukan taringnya.
Mereka berdua, masih muda, dengan segala kepolosan dan naifnya berpandang pada dunia. []
---
Sudah satu minggu,
Taehyung tidak pernah mendapatkan balasan dari setiap chat yang ia kirim pada Jungkook.
Ketika ia mencoba mendatangi rumah anak itu, pintunya selalu terkunci rapat dan Jungkook seolah menulikan telinganya terhadap setiap panggilan yang keluar dari mulut Taehyung. Jendela kamar Jungkook pun seperti tidak pernah terbuka. Ketika Taehyung mencoba meraih Ibu Jeon untuk berbicara dengannya, Ibu Jeon hanya memberi senyum iba dan mengatakan bahwa Jungkook perlu waktu untuk sendiri.
"Tante minta maaf atas nama Jungkook ya, Taehyung-ah. Tolong tunggu ia beberapa waktu lagi ya."
Taehyung tidak mengerti, kenapa amarah Jungkook bisa bertahan selama ini. Ia tidak mengerti kenapa semua usahanya untuk menemui Jungkook seperti sedang ditahan Tuhan.
"Ayah paham, Bang. Gapapa ya, tunggu Jungkook sebentar lagi. Ia pasti akan mau kembali ke Abang kok."
Lantas kalau tidak, bagaimana?
Taehyung tidak mengerti tetapi ia berusaha sebaik mungkin untuk tidak terkesan seperti seseorang yang terus menerus meneror Jungkook. Ia bukan orang seperti itu, maka ia akan menunggu.
Pagi, Kook. Aku harap harimu baik. Jangan lupa sarapan, kabari aku kalau ada apa-apa ya?
08.10Kook, aku minta maaf ya.
10.30Jangan lupa makan ya.
12.36Taehyung menatap layar ponselnya, ada belasan balon chat yang tidak terbalas pun tidak terbaca. Taehyung lesu. Ia letakkan lagi ponselnya di atas meja. Matanya beralih keluar, kali ini menatap langit biru yang cerah. Alunan lagu Kodaline terdengar dari earphone-nya, mengindahkan suasana kelas yang sedang ramai karena jam istirahat. Taehyung tidak lapar, maka ia memutuskan untuk menetap di sana. Ia diam, masih terpaku pada langit di luar sana. Angin yang masuk melalui celah jendela yang ia biarkan sedikit terbuka pun menyapu helai rambut biru di atas dahinya. Suasana yang sama seperti saat ia masih baru bertemu dengan Jungkook, ia juga tengah mendengarkan lagu yang sama. Namun kali ini, hatinya berbeda. Ia tidak sedang dalam keadaan datar yang memikirkan Jungkook yang sekolah dari rumah.
Ia sedang memikirkan, apakah Jungkook mau kembali lagi padanya?;
Apakah ia akan dimaafkan?
"Bang?"
Taehyung berkedip. Ada Hyunjin, duduk di depan mejanya.
"Gue panggil dari tadi gak dengar, ternyata lagi melamun."
"Oh, maaf."
Taehyung melepaskan earphone-nya, mematikan lagunya.
"Ada apa?"
Kali ini suara Yoongi mengejutkannya, anak itu tiba-tiba muncul dari belakang tubuhnya.
"Galau banget keliatannya."
Hyunjin mengiyakan pernyataan Yoongi dan buat Taehyung menghela napas.
"Ga---"
"Jangan bilang gapapa, lo gak pernah diam kayak gini soalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
High Hopes
FanfictionJungkook tidak pernah menggantungkan harapannya setinggi langit, seperti yang selalu ia ucapkan padanya. Sampai akhirnya Taehyung harus sadar dengan realita, ketika kamar yang biasa hangat dan wangi susu itu menjadi dingin dan berbau seperti rumah s...