"Tumben tepat waktu?"
Taehyung angkat kepala, baru sadar ada ayahnya tengah berdiri di hadapannya dengan secangkir kopi di tangan. Ayah Kim menatapnya dengan kacamata baca serta baju tidur yang melekat bersama satu hal yang unik, yaitu sandal tidur Ayah Kim yang ada gambar karakter anime Haikyuu di sana.
Iya, sandal yang susah payah ia custom serta perlu waktu untuk menunggunya tiba.
Menggemari karakter anime Haikyuu yang bernama Kuroo Tetsurou adalah salah satu keunikan ayahnya, yang bahkan anaknya sendiri saja tidak menyangkanya. Bahkan ayahnya mengatakan bahwa Taehyung dengan si Kuroo ini mirip, apalagi skill menerima bola dan blocking yang sangat baik itu. Walaupun Taehyung adalah seorang setter di dalam klubnya, ternyata ia cukup berbakat juga di luar kemampuannya dalam memberi bola.
Tidak cocok dengan karakter Ayah, itu adalah ejekan dari Taehyung tiap kali Ayah Kim membahas apapun soal Haikyuu padanya.
"Ah, hujan, Yah." Jawab Taehyung sekenanya, sibuk meletakkan sepatu pada tempatnya.
Taehyung pelan-pelan berjalan di lantai, mendatangi ayahnya. Bikin de javu juga sebenarnya. Agaknya ingatan tadi siang masih terasa di dalam kepalanya, masih terbayang tamparan pedas Ayah yang buat bekasnya sedikit berdenyut sekarang.
"Mobil aman?"
Taehyung mengangguk.
Ayah melemparkannya handuk putih. "Itu maskernya dilepas dulu, Abang."
Dipanggil Abang bikin Taehyung agak senang, sebab tandanya Ayah sudah tidak marah dengannya. Taehyung meraih handuk itu dengan santai, lalu melepaskan masker putih di wajah.
Wah, anak Ayah gagah sekali, pikir Ayah. Ia lihat anaknya itu menepuk-nepukkan wajahnya di sana.
Taehyung sebenarnya tidak terlalu basah sebab bolak-balik juga dengan mobil, tetapi semenjak pertemuannya dengan Jungkook membuat dirinya harus membasuh wajahnya sendiri dengan air hujan untuk menyadarkan diri bahwa ia tidak sedang dalam keadaan setengah sadar. Kebetulan yang ia alami hari ini ternyata terlalu nyata.
"Ayah tadi lihat dari jendela, kok mobilmu melewati rumah dulu tadi?"
Mata Taehyung menatap Ayah dengan wajah heran. Ayah menatapnya balik sambil menyesap kopi.
Eh, Ayah liat itu juga?
"Abang ngapain mampir di rumah keluarga Jeon?"
Hening sebentar, Taehyung terdiam dengan handuk putih di tangan. Ia bahkan belum sempat menjawab pertanyaan pertama. "Ayah kenal... tetangga sebelah?" tanyanya agak patah-patah.
Kali ini Ayah Kim melemparkan Taehyung tatapan sinis, masih dengan segelas kopi di tangan kanan. Tidak kaget dengan jawaban anaknya itu. Helaan napas berat pun lepas. "Demi Tuhan, Kim Taehyung. Kau anakku tapi kenapa tidak mewarisi sifat supel Ayah? Kau tau 'kan Ayah hampir kenal semua orang di blok ini?"
Ah, Taehyung lupa bahwa ayahnya adalah sosok yang sangat suka bersosialisasi, supel dan juga ramah. Orang-orang di perumahan ini mungkin tidak ada yang tidak mengenalnya, begitupun sebaliknya. Ia nyaris kenal semua orang yang ada di perumahan ini. Saking supelnya, kadang Taehyung tidak kuat berdiri lama-lama di sebelah Ayah saat ia sedang bertemu rekannya ketika mereka makan di luar.
Energi Ayah terlalu kuat sampai menghisap energiku.
"Bertetanggalah, Bang. Keluar rumah dan cari kawan."
"Kan sudah di sekolah?"
"Teman sekolah beda dengan tetangga, Abang. Tetangga itu akan jadi orang yang selalu berada di sebelahmu selama mereka tidak pindah."
Taehyung diam, ya benar juga kata Ayah. Namun, bukankah esensinya sama saja? Intinya 'kan mencari teman.
"Lagipula belum ada satu tahun kita di sini, kau pasti belum kenal siapa-siapa 'kan?"
Taehyung menatap ayahnya. Bulu mata yang cukup panjang mengikuti kelopaknya berkedip.
"Ya tentu saja, kau keluar rumah untuk kenalan dengan tetangga saja tidak mau, bagaimana mau kenal siapa-siapa?"
Kebiasaan sekali, Ayah doyan memojokkan dirinya di saat-saat seperti ini. Mengecilkan anaknya dalam lingkungan sosialisasi Sang Ayah yang luas.
Napas Taehyung lepas dengan lelah, dirinya bahkan tidak persilakan duduk dalam perdebatan ini. "Iya, Yah. Ayah 'kan ketua divisi promosi olahraganya KVA*, ya jelas temannya banyak."
"Aduh, Abang. Jangan bawa-bawa itu dong, Ayah jadi besar kepala."
"Ya sudah begitu."
Balasan Taehyung dibalas tawa oleh Sang Ayah, Taehyung tidak tersinggung sama sekali sebab sudah biasa.
"Kalau begitu, Abang kenal dengan keluarga Jeon?"
"Hanya anaknya, dua puluh menit yang lalu."
"Oh, Jungkook ya?"
"Ayah tau---"
"Ya, tentu saja, Kim Taehyung anak Ayah."
Taehyung diam lagi, bibirnya mengatup rapat agak sedikit mengerucut.
"Tadi ketemu di minimarket, uangnya hilang."
"Jadi Kim Taehyung anak Ayah membayarinya?"
Anggukan Taehyung terlihat. Ayah Kim tersenyum lebar, melipat tangan di depan dada tanpa meletakkan gelas kopinya.
"Bagus, memang Kim Taehyung anak Ayah."
"Terima kasih Ayah." Taehyung berjalan setelah sekian lama berdiri, merasa perdebatannya sudah selesai. "Taehyung ke kamar dulu ya, Yah?" Ia lewati ayahnya itu dengan santai.
Ayah mengangguk, berjalan mengekori anak semata wayangnya. "Jaket Abang mana?"
"Sama Jeon."
"Oh, kenapa tidak diberi payung?"
"Anaknya tidak mau, Yah."
"Oke."
Taehyung menoleh sebelum membuka pintu kamarnya, ia menatap Sang Ayah. "Ayah jangan lupa tidur."
Ayah Kim balas menatap lepas memperbaiki posisi kacamata. "Tenang saja, tidur yang baik, besok sekolah."
Sebuah anggukan membalas, Taehyung masuk lalu menutup pintu. Membuat Ayah Kim tersenyum lebar. Setidaknya anak lelakinya ini akan punya teman baru cepat atau lambat.
"Lihat saja, nanti kalian pasti dekat."
Ayah Kim pun berbalik mendatangi kamarnyasembari menyenandungkan lagu dalam kartun Haikyuu yang ia sukai. []
TBC
A/N :
*KVA = Korea Volleyball Association
Hi everyone! Have a nice today yaa, jgn lupa jaga kesehatan dan tetap bahagiaaa xixixi
with lots of boba,
deanagape.

KAMU SEDANG MEMBACA
High Hopes
Fiksi PenggemarJungkook tidak pernah menggantungkan harapannya setinggi langit, seperti yang selalu ia ucapkan padanya. Sampai akhirnya Taehyung harus sadar dengan realita, ketika kamar yang biasa hangat dan wangi susu itu menjadi dingin dan berbau seperti rumah s...