High Hope XVI

805 105 6
                                        

Hari ini tandingnya jam sebelas, timku kedapatan urutan delapan.

08.12

Taehyung menatap layar ponselnya, ada tampilan chat terakhirnya yang belum dibalas Jungkook kemudian beralih lagi ke layar utama. Jam menunjukkan pukul 09.12, satu jam setelah Taehyung mengirimkan pesan itu dan masih tidak ada balasan. Taehyung agak heran, sebab semalam Jungkook bilang ia akan datang dengan tanda seru yang sangat banyak. Namun, sampai saat ini tanda-tanda keberadaan Jungkook di kursi penonton belum juga ia lihat.

Mungkin masih di jalan.

Taehyung menghela napas panjang, Hyunjin yang ada di sebelahnya kontan menoleh. Ia yang sibuk mengunyah pisang, keheranan. Tim mereka sedang duduk di bangku penonton, melihat tim urutan satu dan dua yang sedang sibuk adu mekanik. Asik sekali sebab ini salah satu tim unggulan yang begitu dibanggakan kota sebelah. Selain itu juga karena giliran mereka masih dua jam lagi, jadilah mereka memilih untuk tetap duduk di sana sampai paling tidak waktu mereka untuk tampil sisa satu jam saja. Hyunjin masih sibuk dengan kunyahan pisangnya ketika Minho menepuk pundaknya untuk menunjuk salah satu jump-serve terbaik yang pernah ia lihat di depan mereka.

"Lo liat njir, itu dia lompatnya tinggi banget mana pukulannya kencang." Ucap Minho semangat.

Taehyung yang mendengar ucapan Minho yang cukup keras, ikut menatap ke arah telunjuk Minho.

"Anjir service ace banget dah tuh!" Seru Hyunjin heboh, pisangnya hampir jatuh kalau ia tidak buru-buru menangkapnya.

Taehyung melirik kedua kawannya yang tidak pernah bosan dengan jump-serve berujung service ace, karena itu memang menyenangkan untuk dilihat. Apalagi yang melakukan servis adalah salah satu pemain kesukaan mereka dari kota sebelah, yang sampai lengkung tubuhnya ketika melakukan servis saja dihapal oleh keduanya.

"Makin melengkung biasanya tarikan tubuhnya untuk melakukan pukulan, makin bagus." Sahut Taehyung.

Hyunjin menoleh, "tapi untuk punya kontrol seperti itu ke tubuh, terlebih waktu servis yang momennya hanya sepersekian detik, itu sulit loh Bang. Gue nyoba aja masih susah, kadang servisnya terlalu kencang sampai keluar lapangan."

"Gak apa, sampai di titik lo aja udah bagus kok. Pelajari aja lebih baik ke depannya." Taehyung jeda sebentar, melipat tangan di depan dada. "Lo masuk tim kita aja udah bagus, Jin."

Hyunjin tertawa, "aduh ada apa nih kok tiba-tiba abang yang paling hemat bicara ini memujiku begitu?" Tubuhnya condong ke arah Taehyung. "Lagi bagus ya suasana hatinya?"

Taehyung melirik Hyunjin kemudian mengalihkannya.

"Eh salah ya?" Tanya Hyunjin lagi. Ia melirik tangan Taehyung yang mulai memasukan ponselnya ke saku. "Oh, belum di-chat pacar ya Bang? Aduh tenang aja, dia pasti datang kok." Sambung Hyunjin lagi diiringi tawa renyah.

"Masih di jalan itu, Bang. Santai aja." Hyunjin melahap sisa terakhir pisangnya. "Pacarku juga masih di jalan Bang, pacar abang pasti begitu juga."

Taehyung lelah membenarkan ke rekan-rekannya bahwa sosok yang selalu Taehyung balas chatnya, yang kadang menelponnya waktu istirahat makan siang bahkan yang buat Taehyung rela bolos jam pelajaran karena sosok itu mendadak sakit adalah anak laki-laki tulen dengan mata doe yang lucu dan surai lembut serta wangi susu bernama Jeon Jungkook. Maka dari itu, tiap rekannya sebut Taehyung suka uring-uringan karena 'pacar'nya, ia hanya mengiyakan.

Taehyung sudah mengalihkan perhatian sepenuhnya pada permainan di lapangan yang entah sudah berapa lama---sebab ia selalu terdistraksi untuk mengecek ponselnya---ketika manager klub mereka, Irene, datang memanggil mereka untuk bersiap-siap.

High HopesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang