Ketika sinar matahari sudah merayap penuh pada tiap lorong jalan komplek perumahan, jarum jam yang menunjuk pukul setengah delapan pagi tidak membuat Taehyung panik. Sebagai anak yang pernah nakal, jam segitu sudah bangun dan berjalan ke kamar mandi saja, ayahnya sudah bersyukur. Apalagi jika jam segitu ia sudah ikat tali sepatu lengkap dengan tas ransel hitam, masker putih beserta bungkusan putih.
Ayah yang lagi duduk mengamati sambil minum kopi kesukaan pun jadi bangga.
"Abang rajin banget ya akhir-akhir ini." Ucap Ayah Kim senang, ia seruput lagi air hitam di gelas. "Berteman dengan Jungkook harusnya sudah kamu lakukan dari dulu, Bang."
Taehyung berdeham. Ia beranjak dari duduknya, memperbaiki letak tasnya di bahu lalu menarik bungkusan putihnya. "Abang pergi dulu." Ucapnya.
Ayah mengiyakan dengan mengangkat gelasnya, "hadiah buat Jungkook jangan lupa dikasih." Balas Ayah dengan mata melirik bungkusan di sisi tubuh Taehyung.
"Ya." Jawab Taehyung singkat kemudian dengan tenang memutar kenop pintunya.
Sengatan matahari adalah yang pertama Taehyung rasakan. Matanya agak kesilauan mengingat arah jalannya jelas melawan matahari. Biasanya, ia pergi sekolah dengan diantar Ayah yang tidak pernah jelas jam kantornya sebab ia suka seenaknya. Namun karena kinerjanya bagus, Bos Seokjin yang juga merupakan kawan lamanya jadi harap maklum saja. Sementara Taehyung yang merupakan anak sematawayang rasanya ingin terus memberi omelan kepada ayahnya yang doyan sekali ke kantor di atas jam sepuluh pagi. Maka berjalan di pagi hari dengan melawan matahari begini tidak tiap hari ia lakukan, kecuali ada keperluan penting.
Ya seperti mengantar jajanan pada Jungkook pagi ini.
Taehyung baru-baru ini suka beraktivitas seperti itu, semenjak ia tau bahwa Jungkook Si Tetangga punya sakit. Taehyung bukan orang yang cukup peka dengan keadaan seseorang, jadi kalau sebelumnya Tante Jeon tidak bilang bahwa Jungkook sakit mungkin Taehyung akan bersikap seperti biasanya. Walaupun menyebalkan, Taehyung sebenarnya tidak pernah berteriak kasar pada ayahnya baik ketika ia kesal maupun sedang bercanda. Ketika ayahnya mengeluh sesak napas di tengah malam pun Taehyung selalu paling depan untuk menangani ayahnya sekalipun ia harus mengorbankan jam tidurnya. Baginya, orang sakit harus diperlakukan senyaman mungkin oleh mereka yang sehat.
Lagipula perjalanan tak sampai tiga menit ke rumah Jungkook itu tidak pernah merepotkannya.
Kalau jam pagi begini, Tante Jeon biasanya sudah berangkat kerja. Jungkook bilang, ibunya selalu berangkat jam enam pagi. Jadi, waktu mau antar barang begini, Taehyung tidak pernah melewati pintu depan. Ia selalu lewat samping, yaitu sebuah ruang terbuka di tengah rumah Taehyung dan Jungkook yang tidak dibatasi pagar. Jadi Jungkook tidak perlu repot-repot lagi untuk turun dari kasur dan membukakan pintu. Di sana ada jendela kamar Jungkook yang selalu terbuka, supaya angin segar bisa masuk. Di depan jendela kamar Jungkook, sudah jelas ada jendela kamar ayah Taehyung yang jarang sekali dibuka kecuali Taehyung sedang malas tetapi ingin bertemu Jungkook.
Jendela adalah jalan komunikasi keduanya setelah ponsel.
Samar-samar Taehyung dengar suara musik berputar dari kamar Jungkook. Lagu yang agak jarang masuk ke telinga Taehyung tapi ia tau ini lagu siapa. Taehyung tidak kaget kalau Jungkook yang sangat positif itu menyukai lagu High Hopes oleh Panic! At The Disco.
Had to have high, high hopes for a living
Shooting for the stars when I couldn't make a killing
Didn't have a dime but I always had a vision
Always had high, high hopes
"Jungkook?"
KAMU SEDANG MEMBACA
High Hopes
FanficJungkook tidak pernah menggantungkan harapannya setinggi langit, seperti yang selalu ia ucapkan padanya. Sampai akhirnya Taehyung harus sadar dengan realita, ketika kamar yang biasa hangat dan wangi susu itu menjadi dingin dan berbau seperti rumah s...