High Hopes XVII

978 107 10
                                    


Taehyung melepas earphone-nya ketika pintu lift tertutup dan kembali membawanya naik ke ruangan Jungkook.

Keadaannya masih sama seperti kemarin, Taehyung menyelesaikan pertandingan semifinalnya dengan sangat baik. Timnya berhasil mencapai final dan membuat mereka berhadapan langsung dengan raksasanya kota Seoul, di mana hal ini merupakan kali pertama mereka bisa mencapai titik ini. Kemenangan mereka ketika mengalahkan si posisi dua kota pun dibilang sebagai kemenangan tak terduga, sebab sekolah Taehyung nyaris tidak pernah mencapai posisi semifinal dalam tiap pertandingan antar sekolah ini. Maka ketika ia sanggup membawa timnya untuk terus memompa adrenalin dan semangat mereka menuju final, pihak sekolah menjanjikan sebuah rombongan besar untuk datang langsung dan menyaksikan final mereka.

Tekanannya sungguh besar, tetapi Taehyung tidak pernah kalah dengan tekanan lapangan seperti itu sebab ia yakin timnya pasti mampu. Kalaupun hasilnya nanti berkata tidak, masih ada pertandingan lain yang bisa mereka sambangi sebab bisa masuk final saja rasanya sudah seperti mimpi.

Maka Taehyung yang kembali dalam keadaan tubuh pegal-pegal ini, masih cukup waras untuk melanjutkan perjalanannya ke rumah sakit. Mengingat Jungkook akan pulang besok pagi dan Taehyung sangat ingin menjaga anak itu sampai pagi. Kebetulan Ibu Jeon pun mau tidak mau kembali bekerja sebab rekan kerjanya sudah kewalahan bekerja sendirian, mengingat café tempatnya bekerja makin hari makin padat pengunjungnya.

Taehyung tentu dengan sukarela mengajukan diri untuk menjaga Jungkook.

Ia tidak pernah keberatan.

Tidak pernah.

Apalagi dengan bungkusan makanan yang ia bawa, yang rencananya akan ia nikmati bersama Jungkook sembari menceritakan kemenangan fenomenal sekolahnya hari ini. Taehyung berjalan cepat ketika pintu lift terbuka, mendatangi pintu ruangan itu sekali lagi.

Namun suara brak kencang dari dalam kamar, kontan membuatnya terkejut.

Taehyung buru-buru membuka pintunya, ia nyaris melepaskan bungkus makanannya. Matanya membulat ketika melihat Jungkook jatuh dari kasurnya, dalam keadaan tangan menutup mulutnya. Ada cairan yang keluar dari sela-sela jarinya, kuning dan menetes sampai lantai. Penyangga infusnya jatuh tepat di belakang tubuhnya.

"Jungkook!"

Taehyung meraih tubuh Jungkook. Ia menyisir rambut Jungkook yang basah keringat ke belakang, menarik wajah Jungkook agar ia leluasa menatapnya. Wangi asam yang keluar dari mulut Jungkook terasa tajam. Mata Jungkook berair dan ia nampak menahan sesuatu. Taehyung yakin Jungkook ingin mengeluarkan isi perutnya lagi. Lantas ia bergerak cepat, mencari tisu dan wadah yang sekiranya dapat Jungkook pakai.

Taehyung paham sekali kondisi Jungkook saat ini, ia masih lemah sebab semalam ia demam tinggi setelah dikunjungi dan kakinya jelas tidak sembuh sehari.

Maka ketika wadah plastik yang Taehyung beri, hadir di depan wajahnya, Jungkook mengeluarkan lagi kumpulan cairan asam di mulutnya. Terasa sangat perih sebab Taehyung dengar suara yang begitu tercekat sampai tetesan air mata Jungkook jatuh dengan sendirinya. Wajah anak itu agak memerah sebab ia paksa ototnya untuk mengeluarkan isi perutnya.

Suara tarikan hidung yang berair membuat Taehyung menyadari bahwa Jungkook sudah selesai dengan kegiatannya.

Ia pun menarik kembali wadahnya, lalu meraih bungkus tisu basah di sebelahnya. Ia tarik dua lembar, lalu dipakainya mengelus wajah Jungkook. Jungkook yang masih belum bertenaga, menatap sayu sosok Taehyung di hadapannya. Begitu telaten dan tidak jijik sama sekali dengannya.

"Masih mual?"

Taehyung bertanya di sela kegiatannya, kali ini ia meraih tangan Jungkook yang masih ada sisa-sisa. Membersihkannya dengan telaten dan lembut. Jungkook tidak menjawab, memilih untuk terus memperhatikan Taehyung dan kegiatannya.

High HopesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang