-WARNA-
Gadis berjaket kulit dengan rambut yang sengaja di cat pirang itu berjalan masuk ke dalam sebuah rumah mewah, kakinya melangkah di atas lantai pualam putih bercorak abstrak sambil mendengus untuk kesekian kalinya.
"Papa sama mama mana, Bi?"
"Eh? Non Lyla sudah pulang? bapak belum pulang karena ada pertemuan tadi baru saja berangkat kalau ibuk kayaknya seperti biasa lagi arisan," jawab Bi Arumi membuat Lyla memutar matanya jengah.
always like that
Gadis itu langsung saja melangkah masuk menuju tangga yang menghubungkan ke lantai dua--tempat kamarnya berada--tapi langkahnya mendadak terhenti kala suara berat menyebut namanya dengan nada sedikit membentak.
"Lyla Gema Dharma!"
Ouh Fuck.
"Sudah berapa kali papa katakan untuk berhenti mencari masalah."
Lyla membalikan badannya lalu menatap sang papa, Hadi Dwhi Dharma—Walikota Jakarta—berdiri disana bersama asistennya dan mama Lyla, Maya Ika Dharma.
"Selamat malam papa dan mama," kata Lyla berusaha tersenyum lebar meskipun ia tau kalau kedua orang tuannya tidak akan mengindahkan ucapannya, lihat saja dari raut wajah marah itu dan bibir berkedut ingin meluapkan segala bentuk kata.
"Kamu berbuat apa lagi di sekolah, hah? mama juga dapat surat peringatan dari gurumu hari ini," omel mama sementara Lyla hanya menaikan alisnya dengan wajah menantang.
"Aku? nggak ngapa-ngapain, kok.." katanya dengan senyum, "Paling cuma masukin obat tidur ke kopi pak satpam supaya bisa bolos," sambung Lyla dengan nada enteng.
Papa menggeram marah, "Lyla!" gertaknya tapi Lyla sudah mulai terbiasa dengan ini.
"Mama malu punya anak sifatnya kayak kamu, kamu kapan nurutnya, sih?"
"Nggak tau tuh," ketusnya.
"Kalau kayak gini baru kalian perhatian sama Lyla, mending nggak usah sama sekali sok peduli kalau cuma nyuruh Lyla buat nggak malu-maluin keluarga."
Lyla tersenyum sinis, "Lyla jadi penasaran, sebenarnya Lyla beneran anak papa dan mama atau bukan, sih?"
"Kamu!"
"Papa dan mama nggak pernah ngajarin kamu nggak sopan kayak gini," bentak Papa tapi tak membuat Lyla tak gentar sedikit pun, gadis itu sangat tenang.
"Ini pasti karena bergaul sama teman-teman kamu yang berandalan itu, kan?!"
Lyla mengerut merasa tak suka, "Nggak usah bawa temen-temen gue," desis gadis itu lalu pergi begitu saja menuju pintu rumah dengan mengabaikan berbagai panggilan-panggilan dari kedua orang tuanya, ia muak.
00000
Lyla saat ini duduk sembari menatap langit malam di dekat pagar pembatas fly over, gedung-gedung pencakar langit menjulang seakan balapan siapa yang paling tertinggi. Hembusan angin malam yang sejuk seakan menyambutnya saat ini.
Gadis itu mengeratkan jaket kulitnya, ia bahkan belum sempat berganti baju karena terlibat pertengkaran 'biasa' dengan orang tuanya tadi.
mereka selalu tak mengerti...
Papa dan mama kalau pulang selalu seperti itu, tidak pernah menyambut dengan hangat dan malah memberikan omelan-omelan, amarah, dan bentakan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐀𝐑𝐍𝐀
Teen Fiction❝Menang ada bagi mereka yang berani.❞ Jade, Janine, Abby, dan Lyla adalah keempat siswi yang lahir dengan permasalahan yang berbeda lalu di pertemukan oleh takdir dalam satu sekolah yang sama. Jade Paramoedya, si keras kepala yang menjunjung tingg...