11. Live Music

121 26 2
                                    


-WARNA-

ooo


Aroma roti yang baru saja matang bercampur dengan harum biji kopi menjadi satu berhembus menyatu dalam hembusan angin senja, café ini cukup jauh dari sekolah meskipun letaknya di dekat jalanan kota yang terbilang lumayan ramai berhimpit beberapa toko-toko mode berjejer.

 Termasuk café yang lumayan tersembunyi dari hiruk-pikuk ramainya perkotaan karena akses masuk yang hanya bisa melewati gang sempit di ujung jalan.

Cewek bermata sipit dengan pipi tembam itu melirik keluar jendela café sembari menyeruput sedikit demi sedikit matcha latte yang tadi baru saja diantarkan ke mejanya. 

Matanya melirik sesekali kearah jam yang melingkar di pergelangan tangan dengan dengusan berkali-kali.

Kenapa lama?

Janine mengaduk-aduk minumannya merasa bosan, sudah selama satu jam menunggu tapi sosok yang di tunggu sedari tadi belum juga nampak. 

Kemarin Dito sendiri yang membatalkan secara sepihak beralasan ada sesuatu yang benar-benar tidak bisa ditinggal barangkali sejenak.

Janine mengambil ponselnya lalu mengetikkan tiap huruf dan mengirimkan pesan singkat kepada sang pacar hanya untuk menanyakan dimana sekarang, apa tidak jadi lagi atau berapa lama lagi.


Dimana? aku udah di sini tapi kamu belum datang-datang.|

Dit? nggak jadi ya? |

Dito.|



Janine menggeram frustasi menunggu pesan yang tak kunjung terbalas, gadis itu menelepon berkali-kali tapi tak jua diangkat. Marah dan khawatir menjadi satu. Perasaannya saat ini.


"Picture I'm living through for now~"

"Trying to remember all the good times~"

"Our life was cutting through so loud~"

(Tori Kelly-Paper Hearts)


Ada live music?

Alunan melodi mengalun indah, Janine seakan terbius dengan suara sang penyanyi beserta melodi yang mengiringinya.

Lagu ini belum pernah ia dengar? suaranya juga familiar.

Janine menatap ke depan terbius dengan setiap nada yang mengudara seakan melupakan rasa sesak, khawatir, dan marahnya.

Gadis cantik dengan rambut pirang disana bernyanyi sambil tersenyum manis dengan jari-jari lentik yang memetik setiap senar di gitar putihnya yang usang.

Janine terperangah kala gadis pirang itu mendongak dengan wajah gembiranya.

Abby?

Gadis pirang itu selalu tersenyum sepanjang ia menyanyikan lagu membuat yang menonton ikut merasakan euforia saat mendengarkannya, sang penyanyi berhasil membawakan lagu itu dengan penjiwaan yang baik.

Sorot mata Abby berkilau saat beradu pandang tanpa sengaja pada Janine, Abby lagi-lagi tersenyum sekaligus kaget ketika melihat presensi temannya ada di sana namun, kembali professional dalam membawakan lagunya.

𝐖𝐀𝐑𝐍𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang