06. Haters

146 31 3
                                    

-WARNA-

ooo

Pagi ini kilatan cahaya matahari menembus tirai transparan kaca jendela dari dapur rumah keluarga Ajie Pratyono, Papa Jade. Jade menatap dua potong roti bakar diatas piringnya yang berisi dengan selai srikaya yang baru saja di panggang mama menggunakan mesin pemanggang roti baru yang dibelinya kemarin dari pasar elektronik karena sedang diskon-padahal mesin yang lama juga masih bagus tapi dasarnya ibu-ibu kalau diskon pasti langsung diraup.

"Kenapa nggak dimakan? Sebentar lagi mau masuk sekolah."

Mama bertanya dengan nada ramah seperti biasa.

Jade menoleh sebentar lalu menatap rotinya dan mengambil satu lalu memasukan ke dalam mulutnya, ia tak terlalu menyukai srikaya, itu alasannya.

"Jade.."

Panggil papa tiba-tiba membuat Jade hanya berdeham sebagai balasan, ia tak marah lagi dengan papa-hanya saja ketika pagi terlalu malas untuk berbicara banyak.

"Mau jalan-jalan hari ini? sebagai tanda kita berbaikan."

Tawaran papa membuat gadis itu mendongak lalu mengangguk, "Aku yang pilihkan tempatnya, ya?"

Papa tersenyum tipis lalu mengangguk, "Iya, Jade yang pilihkan."

ooo



"Jade!"

Pekikan seseorang terdengar dari ujung lorong menyambut kedatangannya, ini suara Abby.

Jade menengok dengan setengah kaget lalu menunggu Abby yang berlari kecil kearahnya sambil menenteng tas gitar yang ukurannya hampir sama dengan ukuran tubuhnya.

"Apa? berisik banget lo."

Abby mengabaikan ucapan Jade, dia menatap dengan raut wajah yang panik namun juga terkejut.

"Lo nggak bakal ngira ini," ucapnya dengan setiap penekanan membuat Jade mengerutkan dahinya tipis, ia masih tak mengerti.

"Apa?"

"Jadi gu-"

"Pagi para monyet-monyet."

Perkataan Abby terpotong karena sapaan gadis dengan mata sipit yang saat ini datang dengan senyum manisnya, tapi kali ini ada yang beda. Ia bersama satu orang gadis lagi berdiri di belakangnya dengan tatapan datar.

"Lo ngapain disini?!" sentak Jade pada gadis itu-Lyla tersenyum remeh dengan tatapan datarnya enggan menanggapi seruan Jade.

"Lo ngapain bawa berandalan kesini, sih Je?!" tanya Jade melotot pada Janine.

Abby hanya berdiri di belakang Jade menatap heran kepada Janine, karena tidak biasanya Janine bersama Lyla sedekat ini.

"Jade, gue jelasin nanti tentang Lyla dan jangan ngomong kayak gitu," ucap Janine berupaya melerai tapi Jade dengan sifat kepala batunya tetap tidak peduli.

Dia tak menyukai Lyla sejak awal apalagi sejak ia membuat Abby menangis kemarin dan kenapa pula sekarang ia dekat-dekat dengan Janine? Ingin mencuci otak Janine? Lyla harus di waspadai.

"Gue dan Abby nggak suka dia dekat-dekat sama kita, Je!"

Janine mengusap wajahnya kasar, sungguh Lyla tak seperti yang orang-orang katakan. Janine ingin membela tapi lagi-lagi terhenti karena tatapan Lyla yang seakan membuatnya tetap diam.

"Gue juga nggak sudi disini sama bocah cengeng kayak dia," tunjuk Lyla pada Abby yang semakin bersembunyi dibelakang Jade, "Dan anak baru sotoy dan sewot kayak lo."

𝐖𝐀𝐑𝐍𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang