-WARNA-
Huft...
Helaan napas berkali-kali keluar dari mulut gadis pirang itu.
Matanya terfokus menatap layar ponsel dengan jari yang terus memperbesar dan memperkecil tampilan layar—poster audisi nyanyi.
"Abby."
Abby mematikan layar ponselnya lalu menoleh.
Ibu Mesa—guru pembina esktrakulikuler vokal SMANBAYA—berjalan mendekat dan mengambil tempat di samping kursi—saat ini sedang berada di ruangan kesukaan Abby, ruangan musik—seperti biasa ruangan ini hampir seperti markas bagi Abby.
"Kamu sudah lihat poster lomba yang Ibu kirim kemarin malam?"
Abby memasang senyum tipis lalu mengangguk.
"Gimana? kamu ikut ya? siapa tau ini membuka jalan mimpi kamu loh, By."
Ucap Bu Mesa dengan tatapan penuh harap, "Lagian kamu juga sangat berpotensi, suara kamu unik dan Ibu yakin sekali musik mu akan laku."
Abby masih memasang senyum tipis, mengusap telapak tangannya. Ini berat sekali.
"Abby pikirin dulu, bu."
Bu Mesa menghela seraya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan senyum sambil merengkuh pundak siswi yang sudah ia anggap anaknya sendiri selama dua tahun ini.
Abby gadis manis degan sejuta mimpi, selalu tersenyum dan punya kepribadian periang dan selalu fokus dengan tujuannya itu yang Bu Mesa kagumi dari seorang Abby.
Bukannya sama sekali tidak mengenal betul gadis pirang itu, mata hijau yang selalu menampakkan kebahagiaan siapa sadar kalau sering juga menampakkan kabut kekosongan.
Bu Mesa bahkan pernah mendapati Abby yang datang sejam sebelum nomor giliran lomba nyanyinya berlangsung, gadis itu datang dengan kulit penuh lebam dan air mata yang mengering di sudut mata—tapi Abby tetap tersenyum dan bilang ia tidak apa-apa, syukurlah saat itu mendapat juara dan lagi-lagi seorang Abby berhasil mengharumkan nama SMANBAYA lagi.
Bu Mesa memilih diam dan tidak mempertanyakan mengapa.
"Jangan lama-lama, nak. Ibu tunggu jawaban Abby lima hari lagi."
.
Abby membawa gitarnya, sebenarnya terlalu malas saat ini untuk masuk dan mengikuti pelajaran di kelas.
Banyak yang dipikirkan Abby saat ini, dilema tak berkesudahan selalu menyerangnya membuat kepalanya pusing tak karuan dari tadi malam.
Gadis itu memutar haluan langkahnya kearah bangku taman belakang sekolah yang tampak sepi, duduk sembari memandangi tali sepatu putihnya yang lepas tanpa berniat mengikatnya kembali semula.
Kalau cerita dengan Jefian?
Abby menggeleng sendiri, Jefian tidak akan membantu. Semua orang tidak akan membantu.
Tidak ada yang tau masalahnya dan belum tentu juga akan mengerti apa yang ia rasakan sekarang, kebanyakan orang hanya penasaran bukannnya benar-benar ingin membantu.
Huft..
Puk
"Gue cariin kemana aja lo?"
Suara ini suara Jade, Abby tersenyum menoleh pada gadis dengan rambut hitam bergelombang panjang itu.
"Tumben di kuncir?"

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐀𝐑𝐍𝐀
Novela Juvenil❝Menang ada bagi mereka yang berani.❞ Jade, Janine, Abby, dan Lyla adalah keempat siswi yang lahir dengan permasalahan yang berbeda lalu di pertemukan oleh takdir dalam satu sekolah yang sama. Jade Paramoedya, si keras kepala yang menjunjung tingg...