16. Notes

105 24 1
                                    

Halo semuanya, maafin aku karena udah lama nggak ngelanjutin lagi cerita ini dan kesannya menggantung kalian. Aku minta maaf banget, ya! akhir-akhir ini sedang banyak kerjaan yang harus banget di prioritasin terlebih dahulu tapi aku akan berusaha lagi untuk sering-sering update cerita ini dan terimakasih banget juga buat kalian yang udah sering support dan menunggu cerita aku ini, hehe love u all!

note : aku perlu membaca lagi beberapa chapter, jadi mohon maaf kalau bab kali ini rada nggak nyambung atau nggak jelas.

.

-WARNA-

Janine menyusuri jalan menuju perpustakaan, saat ini sedang berniat untuk meminjamkan beberapa buku tentang galaksi sebagai refrensi untuk ceritanya. Semenjak putus dari Dito, Janine kembali menekuni hobi lamanya—menulis cerita-cerita—saran dari Jade untuk melewati fase pasca putus adalah, 'menyibukan diri sendiri dengan hal yang kita suka.'

Jade yang bilang padahal dia sendiri single dari lahir. Entah dari mana mendapat pengalaman, tapi kemarin Jade banyak memberikan petuah-petuah lengkap pada Janine untuk melewati masa-masa galau dan cepat move on. Berbeda lagi dengan saran dari Abby, yang bilang untuk pelan-pelan saja dan nikmati prosesnya sementara Lyla hanya menyebutkan kata-kata seperti,

"Dasar payah."

"Laki-laki brengsek nggak perlu di tangisi."

"Cantik-cantik oon."

"Bodoh."

Meskipun si urakan Lyla bilang seperti itu, Janine dapat melihat dari matanya gadis itu hanya berpura-pura untuk tidak peduli.

Cih, dasar tsundere.

"Saya pinjam buku dua buku, bu."

Ibu penjaga perpustakaan menatap kedua buku yang Janine bawa lalu kembali mengalihkan tatapannya pada layar computer menyala dan mengetikan beberapa kata.

"Nama?"

Janine tesentak. Ibu perpustakaan berbicara dengan ketus disertai muka juteknya. Sebenarnya malas sekali kalau harus meminjam buku di perpustakaan sekolah karena wajah galak itu—tapi dari pada beli lebih baik pinjam saja, mengingat buku-buku di perpustakaan juga tak kalah lengkap.

"Janine.."

"Kelas?"

"IX IPA 2."

"Sebutkan judul bukunya."

Janine mengernyit, "Dua-duanya, bu?"

"Ck, yaiyalah. Kalau cuma satu ya kamu artinya minjem cuma satu," bibir berlipstik merah merona itu sedari tadi sibuk mengomel. Janine mendengus malas lalu menyebutkan judul-judul buku tersebut.

ooo

"Majunya pakai kaki kiri."

Gadis berambut pirang luntur itu menghela napasnya berkali-kali dengan tatapan malas.

"Kaki kiri gue nggak bisa, kenapa nggak kaki kanan aja!" protes Abby. 

Lyla mendengus kali ini, Abby sedari tadi salah terus padahal ini baru basic.

"Gue ulang, sekali lagi lo nggak bisa... gue kubur idup-idup di empang lele belakang sekolah."

Lyla berucap, sudah keberapa kali mengancam dengan ancaman yang berbeda-beda. Abby mendengus menatap pantulan dirinya di kaca—gadis itu agak susah dalam menggerakan tubuhnya karena benar-benar terasa kaku.

𝐖𝐀𝐑𝐍𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang