15. Curiously

153 30 2
                                    

-WARNA-

Abby menatap pantulan dirinya di kaca, memerhatikan setiap lekukan wajahnya lalu perlahan memasang senyum terbaiknya hari ini dengan mengangkat tangan dan jari-jari mengepal,"Semangat!"

"Harus senyum dari pagi biar harinya bagus."

Teringat kembali petuah sang nenek.

Abby memakai cardigan merah mudanya lalu menarik kedua bagian lengan hingga benar-benar menutupi seluruh lengannya sampai ke setengah telapak tangan lalu mengambil tas sekolahnya.

Kali ini tidak membawa gitar, ia lebih memilih menyembunyikan gitar putih usangnya di bawah kolong kasur dari pada nanti memancing emosi ayahnya dan berujung di hancurkan oleh ayah lagi seperti buku beruangnya.

Gadis itu berjalan menuruni tangga menuju ruang makan, menatap sekitar ternyata hanya ada bunda dan Joan saja disana sedang bercengkrama sambil sesekali tertawa-tawa.

Abby tersenyum kecut tapi sesuatu lebih menarik perhatiannya dari pada itu, buku beruangnya teronggok begitu saja di dalam tempat sampah dapur. Abby menatap nanar kembali merasa sakit, gadis itu hendak mengambil tapi tertahan karena ucapan dari bunda yang lagi-lagi mencubit hatinya.

"Sudah jadi sampah buat apa lagi kamu pungut."

"Tapi bun, ini masih bisa Abby perbaiki seluruh mimpi Abby ada disini."

Abby berucap dengan tatapan nanar tapi buku beruang itu lebih penting dari apapun sekarang. Bunda berdecak kesal sementara Joan hanya diam memerhatikan dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Mimpimu itu sampah dan lebih baik di buang dan kubur dalam-dalam."

Deg

Abby menunduk, ucapan bunda bagai belati menusuk relungnya.

Sampah?

Bunda beranjak dari kursi lalu merangkul Joan yang tampaknya sudah siap untuk berangkat ke sekolah.

"Bunda mau anter Joan, jika mau sarapan masih ada sisa ayam goreng di atas meja makan kalau nggak mau ya terserah kamu."

Bunda membawa Joan pergi melewati Abby yang masih terdiam begitu saja.

Abby melirik sendu kearah buku beruang yang sudah rusak itu lalu mengambilnya dari sana dan menaruh buku itu di atas meja belajarnya, nanti setelah pulang sekolah akan ia perbaiki sebisa mungkin.

ooo

"Gue ikut pensi."

Uhuk!

Abby tersedak kuah bakso lalu mengerjap-ngerjapkan matanya berusaha mencerna kata-kata yang di lontarkan Lyla.

Lyla tadi baru saja datang dan tiba-tiba sudah berdiri di hadapan Abby lalu mengucapkan itu.

"Hah?"

Lyla berdecak, "Ya udah, nggak ja-"

"EH!"

Abby memekik sembari mengejar langkah Lyla dengan berdiri di hadapan gadis itu sambil merentangkan tangan dengan gelengan cepat.

"Jangan gituuu, pundungan banget ah elah."

Lyla memutar matanya malas.

"Lo serius, Ly?" tanya Abby sekali lagi meyakinkan.

Lyla berdeham malas, "Sekalian ada koreo nya...tapi."

Abby terperangah mengerjapkan matanya tak percaya, ini beneran Lyla? nggak sia-sia dong minta tolong sama Javier dan 'orang dalam' waktu itu.

𝐖𝐀𝐑𝐍𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang