Langit malam telah ditutupi dengan awan gelap, sehingga cahaya rembulan tertutup olehnya, sayup-sayup gemuruh angin terdengar ditelinganya.
Lisa berlari menuju sebuah cahaya terang didepan sana, keringatnya mengalir dari pelipis hingga ke dagu. Rasa lelahnya seakan sirna, tergantikan oleh rasa takut yang luar biasa. Deru napasnya memburu, Lisa kelelahan setelah berlari ditempat itu lagi.
Ia kembali ke tempat itu, tempat nan gelap, sepi dan menakutkan yang hanya diisi oleh pepohonan tinggi disekitarnya. Lisa membawa kakinya berlari dengan sisa tenaga yang masih ada, keringat membasahi wajah lelahnya. Malam yang sunyi, ditemani oleh suara jangkrik dan pepohonan yang saling bergesekan ketika angin menyapa.
Alam kembali membawanya ketempat yang sama, membuat ia tersesat dan kebingungan seorang diri. Deru angin yang berhembus terasa semakin kencang, menerjang tubuh ringkihnya hingga Lisa hampir terseret olehnya jika ia tak berjongkok. Lisa menutup mata dan telinganya karena tak ingin melihat atau mendengar apapun yang kembali membuat ia begitu ketakutan.
Malam semakin larut, langit semakin gelap, bulan pun sudah berada ditengah-tengah. Bulan purnama yang begitu terang, cahayanya menyorot sesuatu. Lisa tak berani lagi melihat kearah sana, ia hanya bisa menelan salivanya dengan susah payah seraya mencoba bangkit dari posisinya untuk kembali berlari dengan tubuh yang sudah bergetar begitu ketakutan.
Tetapi semesta tak mendukungnya, ia kembali melihat makhluk aneh yang sedang berdiri dibawah cahaya rembulan, sedang mengangkat tangannya hingga terlihat cakar-cakar yang begitu tajam. Manik bulat Lisa melebar, napasnya semakin memburu dengan kaki yang melemas ditempat. Ingin rasanya Lisa berlari sekuat tenaga, tetapi ia tak cukup mampu melakukannya seakan makhluk itu menahan tubuhnya agar tak dapat bergerak.
Air mata Lisa menetes tanpa bisa ia bergerak pergi, maniknya begitu terbuka lebar seakan ingin terlepas dari tempatnya. Makhluk aneh itu kemudian memalingkan wajahnya kearah Lisa sehingga tubuh gadis itu semakin bergetar ketakutan dengan detak jantung yang memompa dengan cepat.
Makhluk aneh itu mengulurkan tangannya pada Lisa dan berjalan semakin mendekatinya, hingga dalam sekejap mata ia sudah berada tepat didepan wajah Lisa. Lisa tak tahu bagaimana makhluk itu bisa secepat itu berada didepannya.
Ia menyentuh salah satu sisi wajah Lisa dengan jemari telunjuknya, kuku panjang itu bergerak diwajah lelah Lisa. Tubuh Lisa begitu kaku tak dapat digerakkan, ia hanya bisa menangis dengan manik yang melebar sejak tadi.
"Berikan jiwamu."
Lisa menggeleng cepat dengan derai air mata yang membuat makhluk itu murka dan segera menarik salah satu tangan Lisa. Ia mengambil belati tajam dan kembali menoreh pada telapak tangan Lisa. Di minumnya darah yang keluar dari telapak tangan Lisa hingga ia menjilatnya, Lisa begitu ketakutan dan ia ingin muntah melihatnya.
Telapak tangannya terasa begitu perih di aliri darah segar, tetapi makhluk itu justru meminumnya.
"Jiwamu sudah dijanjikan sebagai tumbal."
"Untuk mendapatkan wajah yang cantik, harus ada yang dikorbankan."
Krett!
Lisa sontak terbangun dari mimpi buruknya, dadanya terlihat naik turun disertai dengan keringat panas dingin yang menghiasi dahi, pelipis hingga lehernya. Mata gadis itu terlihat melotot dan merah, bibirnya begitu kering dan pucat seakan ia habis berlarian.
Manik bambi itu belum juga tertarik untuk menoleh pada siapa yang datang, ia terlalu sibuk pada dunianya. Hingga pada akhirnya sebuah tangan terulur untuk menyentuh bahunya, Lisa terperanjat.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT [Taelice Oneshot]
FanfictionDon't trust too much. Don't love too much. Don't hope too much. Because that "too much" can hurt you so much. update according to mood Inspired from anywhere.