Vote dan komen jgn lupa, jgn cuma jd pembaca gelap:")
Happy reading!!
▪︎
▪︎
▪︎
Semua ini salah, semuanya diawali dengan kesalahan, dimana hari itu aku datang menemuinya, mengemis pertolongan padanya. Aku bahkan menawarkan diri untuk menjadi seorang penghangat ranjangnya, atau bahasa kasarnya seorang pelacur.
Aku menawarkan tubuhku padanya demi uang, dengan hubungan yang sama-sama diuntungkan tentu saja. Aku melakukannya karena keadaan memaksa. Dia menyetujuinya namun dengan syarat aku tak boleh melibatkan perasaan, dan kami tak memiliki hak untuk mencampuri urusan masing-masing. Dia hidup dengan dunianya dan aku hidup dengan duniaku, bahkan ketika dia memiliki hubungan spesial dengan wanita lain diluar sana, aku tak berhak marah.
Ini bukan kisah tentang sugar baby dan sugar daddy, melainkan kisah tentang pernikahan kontrak yang dia ajukan. Dia tak ingin menjadikan aku hanya sekedar sugar baby nya, dia juga mengambil keuntungan dari pernikahan kontrak kami. Pasalnya, dia juga terjebak dalam situasi rumit sepertiku, hanya saja permasalahan kami jelas berbeda.
Dia adalah pewaris tunggal dikeluarganya, Ayahnya sudah meninggal tiga tahun yang lalu yang lantas meninggalkan surat wasiat bertuliskan kalau seluruh harta warisan keluarga Kim akan diwariskan padanya, namun jika usianya akan memasuki 27 tahun belum menikah juga, maka seluruh warisan itu akan disumbangkan ke panti asuhan. Dia tentu saja tak ingin kehilangan hartanya secara cuma-cuma, terlebih dia tak memiliki kekasih yang serius untuk diajak menikah, katakanlah kalau dia tak pernah menaruh perasaan pada sederet mantan kekasihnya.
Maka hari itu, hari dimana aku menawarkan diri, dengan senang hati dia menerimanya dan ucapannya masih berputar dengan jelas dikepalaku.
"Kita akan menikah kontrak, aku berhak meminta hakku kapan saja aku mau. Namun, jangan pernah sedikitpun berpikir untuk melibatkan perasaan, dan jangan sampai kau hamil."
Yeah, itu jelas sekali. Suaranya yang berat menambah kesan dingin yang tertanam didalam dirinya.
Namun hari ini, hatiku diselimuti dengan gemuruh kekhawatiran disaat sebuah benda pipih yang ku pegang menunjukkan garis dua berwarna merah. Aku tahu ini salah, tetapi apa yang harus aku katakan padanya karena saat ini aku tengah mengandung?
Aku bingung sekaligus takut, pasalnya pernikahan kami sudah berjalan selama satu tahun lebih dan didalam kontrak itu juga tertulis kalau aku tak boleh mengandung. Bahkan kontraknya hanya tertulis selama dua tahun.
Dalam dinginnya udara malam, dilengkapi dengan gemuruh angin kencang dan derasnya hujan, aku meringkuk diri dibalik selimut, menunggu kepulangannya. Biar bagaimana pun, aku tetap harus memberitahu padanya sebab yang ku kandung ini juga darah dagingnya, walau pernikahan kami hanya tertulis dalam surat kontrak.
Selama menunggunya, pikiranku mengawang jauh memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kedepannya. Dan disaat itu aku terperanjat karena seseorang memeluk tubuhku dari belakang, mengendus aroma tubuhku dan mengecupi punggungku tanpa henti. Entah sejak kapan dia pulang, aku tak menyadarinya karena terlalu sibuk dengan pikiranku.
Aku berbalik untuk menatap wajahnya, aku tersenyum namun hanya sesaat. Entah mengapa aku tak bisa menyembunyikan perasaanku, aku hanya takut.
"Kenapa wajahmu murung seperti itu?" Suaranya menginterupsi yang membuat aku sontak menggeleng, ku gigit bibir bawahku pertanda aku gugup. Namun dia sangat mengenalku, maka dari itu dia membawaku duduk dari pembaringan dan menatap lekat kewajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT [Taelice Oneshot]
Fiksi PenggemarDon't trust too much. Don't love too much. Don't hope too much. Because that "too much" can hurt you so much. update according to mood Inspired from anywhere.