Seokjin menjemput Taehyung di terminal bus begitu dia mengetahui kemana anak itu pergi. Taehyung tampak kaget begitu melihat Seokjin berdiri dekat pintu keluar terminal.
"Hyung,bagaimana kau tau aku di sini?" tanyanya.
"Aku menelfon bibi Hwang dan dia memberitahuku kalau kau baru dari rumahnya,"
Taehyung terlihat merasa bersalah,
"Maaf hyung ponselku mati begitu aku naik bus, dan aku belum sempat mengabarimu," katanya,
"Jelaskan saja di mobil," kata Seokjin, berjalan mendahului Taehyung ke arah mobilnya di parkiran. Taehyung mengikutinya.
"Kau kemana saja seharian?" tanya Seokjin, saat mobil yang mereka tumpangi melaju menuju rumahnya.
"Aku ke makam eomma, dan aku mampir ke rumah bibi setelahnya," jawab Taehyung. Dia perlu banyak menjelaskan kepada Seokjin tentang kepergiaanya yang mendadak hari ini. Bibi Hwang adalah adik kandung dari ayah Taehyung.
"Bibi mengirimiku pesan dan mengingatkan kalau hari ini hari kematian eomma, aku hampir lupa dan karena itu aku pergi buru-buru ke sana. Aku menemui bibi setelah dari makam, dan aku juga hmmm, menanyakan soal appa," Taehyung bercerita, wajahnya nampak ragu menceritakannya pada Seokjin.
"Apa kau dengar sesuatu tentang paman?" tanya Seokjin, matanya tetap fokus ke arah jalan,
"Kata bibi dia tidak tau appaku dimana. Maaf hyung aku tak mengabarimu dulu, dan aku juga jadi bolos sekolah," Taehyung semakin merasa bersalah, mengingat dia juga membolos.
"Kau sudah siap menemui ayahmu?" tanyanya, kali ini dia mengerling Taehyung,
Taehyung mengeleng,
"Kata dokter Jung , aku harus mulai memaafkan kalau aku mau sembuh. Tapi aku tidak tahu bagaimana memulainya, dan juga aku masih takut, bahkan untuk kembali ke rumah. Aku juga merindukan appa, hyung."
Seokjin mengangguk mengerti.
"Lakukan dengan perlahan, tapi kau juga harus berhati-hati. Setidaknya beritahu aku dulu sebelum kau melakukan sesuatu," Seokjin berhenti, menarik nafasnya sebelum melanjutkan. "Aku bisa mengantarkanmu, juga bisa membantu, jangan pergi sendirian,"
"Hyung, maafkan aku. Aku hanya tak ingin terus merepotkanmu," jawab Taehyung,
Seokjin tidak menjawab, dia semakin memfokuskan matanya ke arah jalan.
"Apa kau sudah makan?" tanya Seokjin, setelah lama mereka tak ada percakapan.
"Sudah, sebelum pulang bibi memintaku untuk makan," jawab Taehyung.
"Baiklah," saut Seokjin, "Kau beli ponsel baru saja," katanya lagi.
"Hyung, tidak usah, aku masih bisa gunakan ponsel ini," Taehyung menatap ponselnya yang layarnya sudah retak.
"Bukankah ponsel itu yang membuat kau susah di hubungi, dan ini bukan pertama kalinya, hyung merasa kesulitan setiap ponselmu eror dan mati. Besok hyung belikan yang baru, setidaknya hyung bisa tau kau sedang dimana dan sedang apa," kata Seokjin.
"Hyung, kau sudah banyak membantuku, apa hal ini juga perlu? Aku tidak mau berhutang lebih banyak padamu,"
"Apa tidak bisa kamu menerimanya tanpa protes? Tidak bisakah kau membantuku juga agar aku tidak selalu mencemaskanmu?"
"Hyung, bukan itu maksudku, aku hanya merasa terus berhutang padamu,"
Seokjin hanya diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hero
Random"Sabarlah sedikit Jin hyung, biarkan Taehyung lebih terbuka padamu, dia pasti bisa melewati semua ini." . . . "Hyung, jangan tinggalkan aku juga ya?" kata Taehyung di antara isakannya. "Tidak, hyung akan selalu bersamamu," . . . "Hyung, ini aku Hose...