Mereka berempat duduk melingkar di kafetaria rumah sakit tempat Seokjin dirawat. Jackson terpaksa pulang karena hari mulai petang, dia tidak bisa meninggalkan neneknya sendirian.
"Aku tahu harusnya yang menjelaskan semua ini Jin hyung, tapi kau tahu dia sangat keras kepala dan sombong, dia ingin mengatasi semuanya sendiri. Kupersingkat saja ya. Jin hyung selama satu tahun ini mendapat terror dari seseorang. Dia hanya bilang itu kepadaku, itupun saat terornya semakin parah. Aku sudah memintanya melibatkan Namjoon juga tapi dia menolak. Orang yang meneror itu adalah sahabatnya waktu kuliah. Namanya Ken."
"Karena kesalahpahaman di masa lalu, Ken menaruh dendam pada Jin hyung. Teror itu berubah memburuk di mulai dari khasusmu Kook. Kau ingat lukamu di tangan? Itu Ken yang melakukannya. Dia mencari tahu segalanya tentang Jin hyung dan orang terdekatnya. Lalu Taehyung di sekolah dan terakhir kecelakaan yang menimpa ayahmu itu Jim. Dia semua yang melakukannya. Aku rasa itu hanya beberapa kecelakaan yang aku ketahui dari Jin hyung. Aku rasa Jin hyung juga masih menutupi hal lainnya."
"Tapi dengan bodohnya, Jin hyung datang sendiri menemui Ken tanpa sepengetahuanku. Ya, Jin hyung bohong pada kalian untuk melindungi kalian. Tapi aku sudah bisa menduganya, aku sengaja melacak ponsel Jin hyung begitu dia keluar dari rumahku pagi buta. Dan benar Ken melukai Jin hyung,"
"Separah apa?" Jungkook tampak sangat khawatir. Dia sedikit lega, karena Seokjin tidak benar-benar membencinya. Tapi dia cemas karena belum melihat keadaan Seokjin secara langsung.
"Ken memukulinya. Tapi bukan itu masalah terbesarnya."
Jimin dan Jungkook memucat. Mereka saling pandang. Berusaha mengontrol rasa takutnya dengan terus fokus mendengarkan penjelasan Yoongi.
"Ginjal Jin hyung memburuk. Bahkan sebelum ada peristiwa ini," Namjoon yang menjawab.
"Aku tahu," kata Jungkook, menerawang. Dia memang sudah tahu kalau Seokjin punya masalah dengan ginjalnya. Dia sudah tahu juga kalau Seokjin rutin cuci darah.
"Dia harus operasi, tapi dia belum sadar karena pukulan itu. Ini sudah satu hari, kurasa kesehatan drop setelah peristiwa kemarin pagi," Namjoon menjawab lagi.
Jimin sudah menangis dari tadi. Dia tidak banyak bicara, bibirnya kelu.
"Apa yang terjadi dengan Ken?" tanya Jungkook dengan geram. "Kalian harus memenjarakannya, kalau bisa biarkan dia membusuk di penjara."
**
Jimin sudah sampai di flat kecil milik ayah Taehyung, dia menekan tombol bel rumah itu. Laki-laki paruh baya membukakan pintu untuk Jimin.
"Halloo paman, aku Jimin teman Taehyung, adakah Taehyung di rumah?"
Ayah Taehyung tampak senang dengan kedatangan teman anaknya itu.
"Ah dia ada, masuklah dan duduk, aku akan memanggilnya, dia di kamar,"
Jimin duduk, sambil melihat-lihat rumah kecil ayah Taehyung. Dia sempat mengerling di meja, beberapa bungkus obat dari rumah sakit tergeletak disitu. Hatinya tiba-tiba meringis nyeri.
Tak butuh waktu lama, Taehyung turun. Dengan wajah pucat dan lesu.
"Kau kemari?" katanya, dia tidak kaget Jimin yang datang. Sepertinya seseorang sudah memberitahu Jimin di mana rumahnya.
"Kau baik saja Tae?" tanya Jimin khawatir, dia berdiri menghampiri Taehyung, mengecek kondisi sahabatnya yang sempat menghilang tanpa kabar.
"Aku baik, duduklah lagi,"
"Taehyung-ah, maafkan aku baru bisa menemuimu, aku sama sekali tak tahu harus mencari tahu di mana rumahmu, tapi Yoongi hyung baru memberitahuku kemarin," jelas Jimin.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Hero
Random"Sabarlah sedikit Jin hyung, biarkan Taehyung lebih terbuka padamu, dia pasti bisa melewati semua ini." . . . "Hyung, jangan tinggalkan aku juga ya?" kata Taehyung di antara isakannya. "Tidak, hyung akan selalu bersamamu," . . . "Hyung, ini aku Hose...