Seokjin hanya sebentar ke kantor, dia kembali dan menyiapkan bahan makanan sebelum adiknya pulang. Pintu rumah mereka terbuka, dan Seokjin dengan senang menyabutnya.
"Makan siang sudah siap ," katanya,
"Hyung," Taehyung masuk rumah tampak panik,
"Ada apa Tae?"
Jungkook menyusul di belakang, dia memegangi tangan kirinya, darah merah segar nampak sudah memenuhi baju seragam Jungkook.
"Kau kenapa?" tanya Seokjin tak kalah panik, mendudukan Jungkook di sofa,
Taehyung kembali dengan mengambil air dan handuk, dan kotak obat. Dia akan membersihkan luka sayatan panjang di lengan Jungkook,
"Bukannya harus dibersihkan di air mengalir?" tanya Seokjin.
Seokjin menarik Jungkook ke arah wastafel, dan membersihkan lukanya disana. Taehyung panik jadi mengambil apa yang ada difikirannya.
"Hyung, pelan-pelan," kata Jungkook, meringis perih.
"Ambilkan handuk bersih," suruhnya pada Taehyung,
Taehyung mengambilnya, dia menaikan sedikit bahu Jungkook ke atas dada agar aliran darahnya terhenti. Setelah dibersihkan, Seokjin membebatnya dengan kasa dengan sebelumnya dia mengoleskan antibiotik.
"Ayo ke dokter," ajak Seokjin, meraih kunci mobilnya,
"Tidak usah," kata Jungkook, "Lukanya tidak dalam, besok juga kering,"
Seokjin memaksa Jungkook tapi Jungkook tetap menolak,
"Lalu kenapa bisa begini?" tanyanya kepada Jungkook dan Taehyung,
"Hyung, ada orang mencurigakan di depan rumah kita, kita mendekatinya dan menanyakan apa yang sedang dia lakukan, lalu dia lari begitu saja. Jungkook mengejarnya, dan kemudian dia menodongkan pisau," jelas Taehyung, namun di potong Jungkook,
"Aku melawannya, tapi dia melukai tanganku," gantian Jungkook yang menjawab,
"Dimana orang itu?"
"Kabur,"
"Kalian bisa memastikan kalau orang itu memang ingin melukaimu?" tanya Seokjin,
"Hyung kami tak tahu tepatnya, sepertinya dia panik karena ketahuan kami mendekati rumahmu," kata Taehyung, menatap ngeri tangan Jungkook.
Jungkook menyenderkan badannya ke sofa, "Aku tidur di sini ya?" katanya.
Taehyung setuju. Dia tak mau membiarkan Jungkook sendirian di rumah. Dia takut adiknya itu jadi sasaran orang aneh lagi. Atau jangan-jangan orang itu masih disekitar sini menargetkannya.
Seokjin masih berfikir keras mendengar cerita mereka. Lalu tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk membuat wajahnya memucat.
"Hyung, aku rasa ini kebetulan, ya mungkin saja niat orang itu mau melakukan sesuatu di rumahmu, mencuri atau hal lain, tapi dia panik karena ketahuan oleh kita," kata Jungkook. Mencoba menenangkan Seokjin yang nampak tegang.
"Entahlah," jawab Seokjin sekenanya, "Aku harus menelfon seseorang, kau ganti bajumu ya, ambil saja di kamarku," katanya, lalu meninggalkan Taehyung dan Jungkook di ruang tamu untuk menelfon.
"Apa sesuatu yang buruk akan terjadi?" tanya Taehyung khawatir melihat raut wajah Seokjin yang meninggalkan mereka. Ingat Taehyung sangat sensitif dan perasa, dia merasakan kepanikan yang tidak pernah dia lihat sebelumnya di wajah Seokjin.
"Ini kebetulan, percayalah, kita tidak akan kenapa-napa," jawab Jungkook.
**
"Pengawal? Ah yang benar saja, kau tidak perlu melakukannya Hyung," protes Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hero
Разное"Sabarlah sedikit Jin hyung, biarkan Taehyung lebih terbuka padamu, dia pasti bisa melewati semua ini." . . . "Hyung, jangan tinggalkan aku juga ya?" kata Taehyung di antara isakannya. "Tidak, hyung akan selalu bersamamu," . . . "Hyung, ini aku Hose...