Bab 6

932 178 76
                                    

"Sepertinya kalian sudah keterlaluan." Semua pasang mata menatap penuh minat ke arah Sasuke.

Sasuke membuang nafas kasar, ia merasa harus meluruskan semua ini agar semua orang tidak mengolok-olok masalah yang begitu sensitif bagi sahabat pirangnya.

"Aku yakin kalian akan menyesali apa yang kalian katakan sebelumnya setelah tahu fakta sebenarnya." Semua orang di sana menunggu dengan serius kelanjutan ucapan Sasuke.

"Fakta?"

"Kakak Naruto sudah tiada, ia dulu meninggal dengan keadaan yang sama dengan kedua korban yang baru-baru ini kita temui. Untuk itu dia sangat ingin menangkap penjahat ini."

Namikaze Menma, ia adalah kakak dari Uzumaki Naruto yang tewas dengan keadaan mengenaskan. Lidahnya terpotong pisau dapur yang tergeletak tak jauh darinya. Potongan lidahnya pun menghilang. Tidak ditemukannya saksi mata dan jejak pelaku selama hampir dua tahun membuat kasus pembunuhannya di tutup karena kurang bukti. Pembunuhan tersebut terjadi sekitar 15 tahun yang lalu, dimana CCTV belum banyak terpasang seperti sekarang ini. Pihak keluarga mengira jika itu dilakukan oleh pesaing bisnis sang ayah, oleh sebab itu Naruto berganti marga agar tidak menjadi incaran saingan bisnis sang ayah.

Semua orang termenung mendengar penuturan Sasuke. Seolah tak ingin membuang waktu, Hinata berlalu begitu saja dari hadapan semua orang, menyisakan tanya di benak mereka semua.

Hinata berlari tak tentu arah, tujuannya hanya satu; Naruto. Walau bagaimana pun ia membenci pria itu, namun di lubuk hatinya yang paling dalam ia merasa telah melakukan kesalahan dengan melontarkan kata yang telah begitu menyakiti hati pria tersebut.

Hinata menghentikan langkahnya, ia telah membuang tenaga dengan percuma karena tak tahu tujuannya. Ia bersender di dinding dengan nafas terengah-engah, membuat beberapa orang heran menatapnya. Hinata menghentikan seorang polisi yang sedang berjalan melewatinya. "Maaf, apa anda melihat Detektif Uzumaki?"

"Tadi saya melihat Uzumaki-san menuju halaman depan."

"Terimakasih." Setelah membungkukkan badan, Hinata kembali berlari keluar kantor kepolisian. Menengok kanan - kiri, hingga atensinya menangkap sosok yang ia cari sedang duduk di bangku taman dengan sebatang rokok di tangannya.

Hinata menarik nafas dalam, ia berusaha mengenyahkan kegugupannya dan rasa gengsi yang ia punya. Berjalan perlahan ke arah dimana Naruto berada, hingga ia menghentikan langkahnya tepat di hadapan pria itu. Naruto mendongak dan menatap malas ketika tahu siapa orang tersebut, dia bergeming seolah Hinata tidak ada di sana.

Embusan nafas Hinata keluarkan, ia meremat kedua jari tangannya. "Bolehkah aku duduk disini?" Lagi.. Naruto hanya bergeming.

Hinata tidak peduli, ia anggap Naruto setuju, lantas mendudukkan diri di sana. Ia melirik ke arah Naruto, "Kau baik-baik saja?" Naruto menjawab dengan gumaman membuat Hinata merasa bingung. Lebih baik pria itu memarahinya seperti sebelum-sebelumnya daripada diam seperti ini.

Gadis itu terlihat gelisah, ia kembali menghembuskan nafasnya, "Aku ingin minta maaf." Ia sadar bahwa harus benar-benar mengesampingkan egonya, karena memang ia yang sudah bersalah di sini.

Naruto sedikit tersentak, namun ia kembali bersikap cuek, namun menjawab. "Untuk?"

"Masalah aku mengejekmu tadi sebagai pelaku. Aku bersumpah itu hanya lelucon, tidak bermaksud serius."

"Apa di saat genting seperti ini pantas membuat lelucon?" Naruto geram.

"Aku tahu aku salah. Aku sungguh-sungguh minta maaf padamu. Aku juga turut menyesal dengan apa yang telah terjadi pada kakakmu di masa lalu." Hinata terus menunduk dengan meremat tangannya semakin kencang.

The Case ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang