Bab 19

781 161 43
                                    

Sudah beberapa hari ini Neji merasa heran dengan Hinata yang kerap kali terlihat pulang bersama Sai. Ada setitik rasa khawatir di hatinya mengenai hubungan mereka. Walaupun Hinata menyangkal tak memiliki hubungan khusus, namun ketika adikmu dekat dengan pria yang dahulu menjadi bahan rundunganmu di sekolah apa tidak terasa janggal?

"Diantar lagi oleh Sai?" Tanya Neji langsung ketika Hinata baru memasuki apartemen, bahkan gadis itu belum sempat membuka sepatunya.

"Hanya kebetulan bertemu," jawab Hinata tak mau ambil pusing. Ia membuka sepatu lalu mendudukkan diri di sofa.

"Bukankah terlalu banyak kebetulan?" Tanya Neji masih tidak yakin jika itu hanya sebuah kebetulan.

Hinata bergeming, ia mengingat kembali pertemuannya dengan Sai akhir-akhir ini. Mulai dari ia terjebak di halte dan Sai kebetulan lewat lalu mengajaknya pulang bersama. Setelah itu, ketika keesokan harinya ia datang ke kantor kepolisian lalu Sai menawarkan diri mengantar pulang, ia menerimanya karena masih belum membawa mobil. Sai juga anggota kepolisian jadi wajar jika ia bertemu dengan Sai di sana.
Lalu kemarin ia tak sengaja bertemu ketika di kafè setelah makan siang bersama Sakura.
Dan tadi, ia tak sengaja berpapasan di salah satu stan bazar makanan yang diadakan di alun-alun kota.

Apa benar hanya kebetulan? Tapi kalau disengaja untuk apa?

Merasa Hinata tak merespon, Neji mendekat lalu mendudukkan diri di samping Hinata. Ia menepuk perlahan pundak sang adik, "Hinata ... kenapa?"

Hinata terperanjat, "Eh, tidak. Mungkin itu perasaan kakak saja, mana mungkin Sai-san sengaja mendekatiku?! Lagi pula aku beberapa hari ini tidak menggunakan mobil, jadi kebetulan ada yang menawarkan aku ikut saja, kebetulan orangnya Sai-san."

Hinata berujar dengan setenang mungkin, ia tak ingin membuat Neji terus merasa khawatir di saat keadaan kakaknya itu justru lebih memperihatinkan dibanding dirinya.

Hinata menggenggam tangan Neji yang berada di sampingnya, "Aku bisa jaga diri. Justru kakak yang harus lebih memperhatikan diri sendiri, kakak tak perlu berpikiran macam-macam agar dapat kembali beraktifitas seperti biasa."

Neji bergeming sejenak, jika diingatkan seperti itu, ia merasa menjadi beban untuk adiknya. Niat hati ingin mengunjungi sang adik, ia malah mendapati teror yang kembali membuat batinnya terguncang. Bahkan pekerjaannya di London, untuk sementara ia limpahkan kepada Kou.

Neji hendak bersuara, namun denting bel membuyarkan fokusnya dan Hinata. Ia melirik Hinata, menanyakan melalui tatapan mata apa gadis itu memiliki janji temu dengan seseorang? Namun, gelengan kepala Hinata membuatnya bingung siapa gerangan yang bertamu larut malam begini?

Hinata segera berdiri dari duduknya, ia mengecek dari intercom siapa yang berkunjung di malam seperti ini.

Apa Naruto?

Namun ia mengernyit ketika wajah seorang pria lain yang ia dapatkan, pria yang sempat mengantarnya tadi, Sai.
Dengan berbagai macam pertanyaan di benaknya, ia segera membukakan pintu, "Sai-san?"

Sai tersenyum tipis, "Maaf mengganggu, aku hanya ingin menyerahkan ini!" Sai menyodorkan sebuah bungkusan berwarna merah kepada Hinata.

Hinata menepuk jidatnya, "Astaga ... bagaimana aku bisa melupakannya!?" Hinata kemudian menerima bungkusan tersebut lalu memiringkan badannya, "Silakan masuk dulu, di dalam juga ada kak Neji, barangkali kalian ingin berbincang!"

Sai masih mempertahankan senyumnya, ia mengangguk pasti sebelum memasuki apartemen Hinata.

"Kak Neji, ada Sai-san!" Seru Hinata dengan suara sedikit meninggi karena jarak antar keduanya cukup jauh.

The Case ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang