"Apa nona sempat melihat sepatu tersangka?" Tanya Naruto dengan ragu.
Yugito bergeming sejenak, ia berusaha menggali ingatannya pada saat kejadian itu. "Sepatu ..." gumamnya dengan terus berpikir. Hingga akhirnya ia tersentak ketika sekelebat ingatannya menangkap memori tersebut. "Aku kurang yakin dengan warnanya karena posisinya membelakangiku, tapi aku melihat simbolnya, simbol macan hitam."
Naruto tersentak mendengar deskripsi tersebut, namun ia kembali memperlihatkan wajah ramahnya, "Baiklah terima kasih dan ... saya minta anda tinggal dulu bersama kerabat untuk berjaga-jaga."
"Apa pembunuh itu akan membunuhku?" Yugito kentara panik.
"Anda tenang saja, aku akan menempatkan rekanku untuk berjaga dari kejauhan dan jika ada yang mencurigakan tolong segera hubungi saya."
Setelah Yugito pergi meninggalkan tempat itu bersama temannya, Naruto mengeluarkan ponsel dan mengirimkan pesan pada Sasuke untuk menemuinya di kedai ramen yang tak jauh dari kantor kepolisian.
.
Naruto mengaduk-aduk minuman di dalam gelas dengan pikiran entah kemana, Detektif itu kini tengah menunggu kedatangan sahabatnya di kedai ramen sesuai janji mereka. Lamunan nya terhenti ketika sebuah tepukan pelan di bahunya membuat ia tersadar.
"Ada apa sampai harus bertemu di sini?" Sasuke duduk di hadapan Naruto sembari melepas mantelnya.
"Aku akan menggeledah apartemen Sai." Ujar pria bersurai kuning itu dengan mantap tanpa keraguan.
"Kau yakin?" Tentu Sasuke tahu yang dimaksud Naruto, pasti Naruto berniat melakukannya seorang diri tanpa melibatkan yang lain.
"Aku harus melakukannya jika ingin semua ini tuntas, dan aku minta tolong padamu untuk mengawasi Yugito. Aku khawatir nyawanya terancam karena sempat melihat pelaku."
Sasuke mengangguk mengerti, tentu ia akan selalu membantu Naruto sampai pelaku yang sebenarnya tertangkap. Selain karena tugas pun karena janjinya pada sang sahabat bahwa ia akan membantu Naruto mencari pelaku pembunuhan Menma.
.
Naruto menengadah menatap bangunan tinggi di depannya. Hundred Stay, apartemen mewah yang ditinggali oleh rekannya sekaligus orang yang ia curigai--Sai. Membuang napas berat, ini hal terberat baginya. Jika buktinya ada di sana, ia harus menangkap rekan kerjanya sendiri. Sejenak ia ragu, tapi ia tak boleh goyah hanya karena mereka memiliki hubungan pertemanan yang baik.
Naruto mengangguk seraya mengepalkan tangannya tanda siap untuk memasuki gedung apartemen tersebut. Dengan langkah lebar, Naruto memasuki gedung apartemen lalu menaiki lift hingga lift berhenti di lantai 5 di mana unit apartemen Sai berada.
Naruto berjalan menunduk dengan topi hitam yang semakin ia tarik ke bawah agar wajahnya tertutupi. Berhenti di unit 521, Naruto lantas mengambil sebuah alat di saku jaket miliknya. Sebuah alat pendetektor dengan lampu infra merah diandalkan untuk menyisir tombol kunci pintu tersebut. Hingga ia mampu melihat jejak sidik jari di beberapa angka yang tertera. Naruto mematikan alat tersebut, lalu memasukkannya kembali ke dalam saku jaket. Ia mencoba peruntungannya untuk menebak urutan dari angka tersebut. Hingga dua kali percobaan, ia salah memasukkan kode tersebut. Naruto mendesah kecewa, jika salah lagi, bisa-bisa kunci pintu itu terblokir dan Sai akan tahu jika ada orang yang bermaksud untuk masuk secara paksa.
Naruto bergeming sejenak, memikirkan kode apa yang benar. "Tanggal lahirnya salah ... tanggal masuk ke kantor kepolisian juga salah ... apa yang harus aku lakukan?" Gumam Naruto dengan terus berusaha mengingat hari dimana ia ke sini bersama Sai. "1 ... 3 ... 6 di akhir."
Naruto tersentak ketika menyadari sesuatu, "Semoga dugaanku salah." Dengan tangan gemetar Naruto terus menekan angka-angka yang tertera di sana. Denting tanda pintu terbuka membuat Naruto menatap tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Case ✔️
Mistério / SuspenseCollaboration of Saliyyu and Cahayapu Naruto seorang detektif handal di kepolisian Jepang, harus menangani kasus pembunuhan berantai yang sudah terjadi sekitar lebih dari sepuluh tahun lalu. Hinata seorang dokter forensik di rumash sakit kepolisian...