Prolog

2.7K 217 27
                                    

WARNING !! MATURE !!

Buat yang tidak suka dengan kekerasan, darah, diharapkan untuk tidak membaca ini. Harap bijak untuk memilih bacaan.


.

.


Kelopak mata itu terbuka pelan, rasa pening di kepalanya membuat dirinya sedikit kesulitan untuk mengingat apa yang sudah terjadi padanya. Wanita itu menggeliat pelan setelah sepenuhnya mendapatkan kesadaran. Perih dan sakit yang ia rasakan di sekujur tubuh nya yang kini penuh dengan luka menganga.

Matanya mencoba untuk menatap sekeliling ruangan tempatnya berada, ia masih berada di tempat yang sama, di kamar miliknya. Di tempat dimana neraka hidupnya dimulai sejak kemarin malam. Tak banyak yang bisa ia lakukan, kaki dan tangannya terikat kuat sampai meninggalkan luka yang terlihat jelas.

Wanita itu tersentak ketika samar-samar ingatannya sebelum kehilangan kesadaran terekam satu per satu membuat ingatannya tampak begitu jelas.

Kemarin, ia kembali ke rumahnya bersama seorang pria tampan berperawakan gagah, tinggi, tegap, auranya yang dingin berbeda dengan pria lain membuatnya terlihat bersinar di bawah remangnya sinar lampu penerangan di sebuah club malam. Jangan lupakan tatapan mata kelamnya yang tajam membuatnya begitu terpana sejak pandangan mereka bertemu.

Mendekat ke arah pria tampan yang duduk seorang diri di club dengan cara menggoda dan menawarkan diri untuk disentuh. Wanita yang bernama Tayuya itu adalah seorang kupu-kupu malam yang menjajakkan diri di sana.

Berhasil menggaet targetnya, mereka pergi dari club menuju rumahnya yang berada dipinggiran kota atas kehendak si pria.

Malam yang panas pun berlangsung hanya beberapa menit membuatnya mendesah kecewa hingga ia melontarkan kata yang mampu membuat pria itu murka. "Kau tampan dan gagah, tapi kenapa staminamu sangat payah tuan!?" Kata itu, jika ia bisa mengulang waktu, ia berharap tak melontarkan kata terlaknat itu. Kata yang mengantarnya pada jurang kematian di depan mata.

Wanita itu kembali menangis ketika mengingatnya. Penyiksaan yang ia dapat dari manusia keji itu benar-benar  membuatnya tak memiliki harapan untuk tetap hidup, hanya kematian yang diinginkannya sekarang. Ia kembali merasakan ketakutan ketika mendengar pintu di ruangan itu terbuka. Terlihat sosok yang bak malaikat maut baginya itu kembali datang menghampiri.

Pria itu berjalan pelan ke arah sang wanita dengan senyum menawan di bibirnya, senyuman yang mungkin menjadi salah satu penyebab dirinya terjebak dalam situasi saat ini. Wanita itu berusaha menggeser tubuhnya, walau tak berguna karena pria itu kini sudah berada tepat di depannya. Rintihan dan tangis ketakutan terdengar dari mulut wanita itu ketika melihat sebilah pisau di genggaman tangan nan dingin itu.

"Bukankah sudah ku katakan bahwa aku tidak menyukai seseorang yang berisik." Tangisan itu tidak mereda, bahkan bertambah jelas saat ujung pisau itu kini seolah menari di atas pipi tirusnya. Sampai akhirnya ia menjerit setelah sang pria menggoreskan pisaunya di wajah kacau miliknya, membuat darah mengalir dari pipinya dan turun menetes ke lantai dingin tempatnya mengaduh.

Decakan kesal terdengar dari sang pria, "Kenapa kau malah menjerit?!" bak mendapat sebuah ide yang bagus, kini pria itu terkekeh ringan. "Aaa, aku tahu cara agar kau tak lagi berisik dan benar-benar diam." Pria itu mengangkat pisau tajam itu, membuat wanita itu semakin terbelalak ketakutan.

Beberapa saat kemudian, jeritan pilu terdengar memenuhi ruangan sempit itu. Sang Pria menyeringai senang pada segumpal daging tak bertulang. Sepotong lidah sang wanita telah berada di tangan dingin berbalut sarung tangan seputih es miliknya yang sangat kontras dengan warna darah yang mengalir hingga ke lengan.

Seolah puas dengan hasil karyanya, ia menyimpan lidah tersebut ke dalam sebuah kotak kecil lalu memasukkan kotak tersebut ke dalam saku celananya. Tak berhenti sampai di sana sebuah lakban hitam ia pasangkan dengan rapi di atas bibir penuh darah milik sang wanita. Ia tersenyum dan mengecup singkat bibir yang tertutup lakban hitam dengan darah yang mulai merembes di setiap sisinya.

"Selamat tinggal sayang."

.

.

.

Hai ini cerita collab pertamaku dengan  Cahayapu Dengan genre yang berbeda dari yang biasa aku bikin.

The Case ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang