Tangan itu gemulai menari diatas kertas, menarik garis dari satu sisi ke sisi lainnya untuk membuat jejak huruf pada hamparan carik putih diatas meja.
Gulita malam membentang dengan titik-titik bintang pada langitnya. Membisikkan rindu pada sang sabit yang tersenyum turut bahagia.
Bunga Lily putih dalam vas sudah layu, sepertinya besok Sunghoon harus membuangnya. Bunga yang sebelumnya cantik segar itu, pemberian dari Heeseung di hari Valentine kemarin.
Katanya, pacarnya itu kehabisan untuk membeli bunga Mawar putih, salah satu bunga cantik putih lainnya adalah Lily, karena itu Heeseung membelinya, asalkan itu berwarna putih, sebagaimana polos dan suci-nya seorang Park Sunghoon bagi Lee Heeseung.
Padahal, Sunghoon tidak masalah dengan bunga dan warna apapun, tidak diberi bunga-pun ia baik-baik saja. Heeseung ada disisinya saja, itu sudah cukup bagi Sunghoon.
Tentang apa yang Sunghoon tulis malam ini, hanya sebuah perasaan kecilnya untuk hari ini.
Sunghoon tersenyum disela-sela ia menulis, mengingat bagaimana kejadian hari itu.
Hari pertama ia bertemu dengan Heeseung.
Bukan, bukan saat lelaki Lee itu menjadi siswa baru dikelasnya.
Ada pertemuan lain sebelum hari itu, kalian tidak pernah mengetahuinya. Bahkan mungkin, Heeseung saja tidak pernah menyadarinya. Maka dari itu, aku akan memberitahu kalian dengan dikutipnya chapter ini.
Saat itu—Sunghoon ingat dengan baik, hari senin.
Setiap senin, Perpustakaan kota buka satu jam lebih awal. Sunghoon menyempatkan untuk mampir, berniat mengembalikan buku yang ia pinjam minggu kemarin, agar ia tidak perlu mengembalikan saat pulang sekolah, dengan itu ia bisa pulang ke rumah tepat waktu seperti biasanya, terlalu malas untuk menjawab interogasi dari Ibunya.
Sunghoon berdiri didepan perpustakaan kota yang belum buka, menunggu Nyonya Choi— Penjaga perpustakaan untuk datang membukanya.
"Pagi Sunghoon, untuk apa kamu datang sepagi ini?" Tanya seorang wanita yang baru tiba lalu langsung membuka pintu besar perpustakaan dengan kuncinya.
Sunghoon membungkuk sejenak, "Pagi... Untuk mengembalikan buku." Jawab Sunghoon dengan garis bibir yang terangkat. Nyonya Choi hanya ber-oh begitu melihat satu buku tebal dalam pelukan Sunghoon.
Saat pintu terbuka, Sunghoon lebih dulu masuk.
Ia selalu suka aroma perpustakaan, apalagi aroma buku tua yang menurutnya unik. Ia heran, mengapa beberapa orang tidak menyukainya.
Sunghoon dibuat terkejut saat kakinya melangkah ke jajaran rak paling pojok. Ada seorang pemuda tengah tertidur dilantai. Sunghoon bertanya-tanya, orang itu benar-benar tidur atau pingsan? Atau saja mati? Haruskah ia memanggil Nyonya Choi?
Berjalan mendekat perlahan, lalu berjongkok disebelahnya. Dari penampilannya, sepertinya orang ini seorang siswa. Pikir Sunghoon.
Satu telunjuk tangannya terulur mendekati lubang hidung si orang asing, Masih bernafas.
Aneh, bagaimana bisa orang ini tertidur disini? Sejak kapan? Apa sejak kemarin? Apa orang ini tidak punya rumah?
Haruskah ia membangunkan?
Tangannya beralih menepuk-nepuk satu sisi si asing, membuahkan pergerakan kecil yang sepertinya tidak ingin diganggu. Orang ini benar-benar tidur.
"Hey... Bangun..." Kata Sunghoon pelan. Hanya mencoba agar suaranya didengar si asing, tidak mau membuat bising dipagi hari.
"Ah, Ma... Lima menit lagi!" Teriak orang itu—membuat Sunghoon terkejut—sambil membalikkan badan memunggungi Sunghoon.
Sunghoon tidak tahu harus apa. Kemudian ia menunggu lima menit untuk kembali membangunkan orang asing ini.
Mencoba melihat nametag yang ada pada kemeja seragam orang ini, disana bertuliskan nama Lee Heeseung.
Telunjuknya menekan-nekan lengan bagian atas si asing, "Sudah lima menit." Tapi tidak ada pergerakan. Sepertinya orang bernama Lee Heeseung ini semakin lelap.
Kemudian satu ide lewat di kepalanya. Sunghoon mencubit hidung Lee Heeseung, menghentikan pernafasannya agar orang ini bangun. Dan cara itu berhasil.
"Eungh... Apa-apaan?"
Sunghoon berdiri, lalu melangkah sedikit menjauh. Apa ia lancang?
Kemudian si orang asing bangkit dan duduk, mengucek matanya. Lalu bangun dan berdiri, memandang Sunghoon dengan wajah bantalnya. "Ah, jam berapa sekarang?"
Sunghoon tercekat, ia tidak memiliki keberanian untuk bersuara.
"Aku tertidur kemarin, saat aku bangun hari sudah malam dan perpustakaan sudah tutup. Lalu aku kembali tidur dilantai, sebelumnya aku tidur di meja." Jelas Heeseung dengan suara khas orang bangun tidur.
Apa dia tidur pulas? Bagaimana bisa? Dia semalaman tidur dilantai.
Heeseung membungkuk sejenak, "Terimakasih sudah membangunkanku, Nona." Katanya lalu berjalan melewati Sunghoon.
To Be Continued.
ini bukan season 2, cuna kayak extra aja wkwk :")
tapi tbc ya, ada 1 chapt lagi soon :3
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Idyllic - heehoon
FanfictionKemana.... Heseung akan membawa Sunghoon? [ warn. ] ! crossdressing ! short chapter ! bahasa baku © saturasinus , 2O2O