Never letting you; First kiss

2.1K 253 21
                                    


Tapi ada satu hari, dimana dia mengajakku untuk membolos.

"Sunghoon, kau belum pernah membolos 'kan?" Heeseung berbisik padaku ditengah-tengah pelajaran Pak Hoseok.

Aku menoleh dan hanya menggeleng. Membolos? Mana mungkin aku pernah.

"Mau membolos?" Tanyanya yang terdengar seperti ajakan.

Apakah hari ini harinya? Pertama kali aku membolos? Aku penasaran dengan rasanya. Kemudian aku mengangguk, membuatnya tersenyum.

Heeseung menggenggam tanganku, "Sekarang." Katanya.

Aku menggeleng cepat. Bagaimana jika nanti saja? Saat istirahat kita pergi dan tidak kembali ke sekolah.

Heeseung sepertinya tahu isi hatiku, "Melarikan diri saat jam pelajaran dan saat istirahat berbeda rasanya, saat jam pelajaran lebih menyenangkan." Katanya.

Kemudian tanpa aba-aba, dia bangkit dan membawaku pergi dari kelas. Meninggalkan teriakan dan sahutan-sahutan menggema nyaring dikelas sana.

Dia benar. Saat berlari di koridor adalah moment lainnya yang menjadi favoritku saat bersama Heeseung. Rasa puas mendominasi diri. Tawa Heeseung menjadi lainnya selain hentakan kaki pada bumi saat kami berlari.

Heeseung, tolong bawa aku pergi sejauh mungkin bersamamu.

Saat diparkiran, kami mencuri sepeda—entah milik siapa. Aku berharap, Heeseung tahu dan akan meminta maaf saat mengembalikan nanti.

Dia membawaku ke taman hiburan. Tempat dimana banyak orang, yang membuatku takut. Namun, Heeseung menggenggam tanganku lebih kuat, menarikku masuk dan membawaku bersenang-senang disana.

Ada saat tiba-tiba Heeseung melepaskan tanganku, kemudian berdiri di belakangku. Yang dilakukannya adalah menyisir seluruh rambut panjangku yang sebelumnya terurai dengan tangannya, mengikatnya menjadi kucir kuda. Mungkin dia menyadari aku yang tanpa sadar beberapa kali menyeka rambut yang menghalagi wajahku.

Kemudian dia tersenyum padaku, "Tenang saja, Walau rambutmu tidak diurai kau tetap cantik." Katanya membuat pipiku terasa panas. Lalu kembali menggengamku dan kami berlari mencoba menelaah sudut lain dari tempat ini.

Hal yang paling aku suka adalah saat Heeseung menggenggam tanganku. Aku pikir Heeseung juga menyukainya, karena ia selalu melakukannya. Tapi ternyata nyatanya, dia melakukan itu hanya khawatir karena tanganku selalu dingin. Aku juga tidak tahu, aku baru sadar jika tanganku dingin saat membandingkan dengan tangannya.

Sementara hal yang paling disukainya, katanya melihat wajahku. Lalu aku menimpali jika aku tidak suka dilihat dengan sengaja seperti itu, membuatku tidak nyaman. Tadi dia malah bilang akan lebih sering melakukannya. Menyebalkan.

Kami hanya menaiki wahana kecil, dan membeli beberapa camilan manis. Uangku tertinggal, tapi bersyukur tidak dengan Heeseung.

Heeseung sepertinya adalah seseorang yang sosial butterfly. Dia berbicara banyak hal dengan para penjual yang stand-nya kami datangi. Aku pikir mereka saling mengenal, aku sempat kagum karena Heeseung kenal dengan banyak orang disini, tapi ternyata tidak, dia hanya sok akrab.

Di tengah-tengah keramaian, dia melepas genggaman kami. Lalu berjalan perlahan menjauh, meninggalku sendirian disana.

Aku keringat dingin. Beberapa orang yang berlalu lalang menabrakku. Mungkin aku menghalagi? Tapi aku tidak bisa bergerak. Kemana aku harus melangkah?

Dikejauhan Heeseung masih memandangku. Aku tidak mengerti apa yang ia lakukan.

Saat ada satu orang berpostur gemuk menabrakku, aku jatuh. Heeseung berlari mendekat dan membantuku berdiri, lalu membawaku ke tepi.

Dia membersihkan telapak tangan dan lututku yang ditempeli butiran pasir. Aku menangis. Aku takut tadi. Lalu Heeseung memelukku dan mengusap pipiku yang dijatuhi air mata dengan ibu jarinya.

"Kenapa kau meninggalkanku?!" Tanyaku yang tidak terlihat marah karena masih di akhir-akhir tangis.

Alih-alih menjawab, dia malah bertanya. "Jika aku benar-benar meninggalkanmu, apa yang akan kau lakukan?"

Aku diam tidak menjawab. Selain karena bingung, aku juga marah karena tadi. Apa maksudnya dia akan benar-benar meninggalkanku? Setelah apa yang kami lewati bersama? Padahal dia tahu, aku hanya punya dia untuk segalanya.

"Jawab aku, Park Sunghoon."

"Menunggumu kembali..."

Heeseung menghembuskan nafasnya. "Aku tidak tahu jika kau benar-benar takut pada keramaian dan orang-orang baru, aku hanya menebak-nebak. Maafkan aku." Kemudian dia memelukku lagi, kali ini lebih erat, namun baru sejenak aku mendorongnya menjauh.

"Kau meninggalkanku hanya untuk melihat jika aku benar-benar takut pada keramaian?!"

"Bukan seperti itu, Sunghoon-ah..."

"Bagaimana bisa kau mempermainkan sebuah ketakutan seseorang?"

Heeseung kembali meraih dan memelukku, walau aku sudah berusaha mendorong dadanya, faktanya memang tenaganya lebih kuat. Bagaimana bisa aku selemah ini, padahal aku juga laki-laki.

Dia berbisik ditelingaku sementara aku menenggelamkan wajahku di ceruknya.

Membisikkan suara hangat yang menenangkan. "Maafkan aku. Tolong. Aku hanya ingin kau belajar untuk menghadapi ketakutanmu—maaf karena mungkin caraku salah. Saat aku tidak ada, aku ingin kau mampu melawan ketakutanmu pada keramaian. Hidupmu bukan tentangku, hidupmu tentang dirimu sendiri." Tangannya perlahan mengusap kepala bagian belakangku.

Dia benar. Tapi, memangnya kemana dia akan pergi hingga mengatakan dirinya tidak ada?

Hari hampir gelap. Satu jam lagi, kelas terakhir akan bubar. Maka dari itu, aku mengatakan pada Heeseung jika kita harus kembali. Aku harus pulang tepat waktu dan mengambil tasku, aku tidak bisa pulang dengan tangan kosong.

Namun ditengah-tengah keramaian lagi, Heeseung kembali melepas genggaman ini.

Aku terkejut, bukankah belum lama ini ia sudah berjanji?

Mengira akan meninggalkanku, ternyata bukan itu alasan genggaman ini ia lepas. Ia menarik tengkuk-ku dan menempelkan bibirnya pada bibirku, melumatnya kecil dan kadang sedikit mengigit.

Aku terkejut, ini ditengah-tengah keramaian. Tapi, entah mengapa, pacu jantungku memelan dan merasakan ketenangan yang hangat. Heeseung melakukannya dengan sangat lembut.
















Fin.

Aku kepikiran bikin season 2 disingkat gitu, dalam 1 chapter juga, mau gak? Disingkat, jadi sama kayak ini, cerita Sunghoon doang, dialognya dikit. *tapi sad ending, alias angst :")

*Makanya aku unpub, soalnya angst...

Kalo mau, vote aja ya👍🏻

Jangan hapus book ini, aku kan mau lanjutin di book ini.

See you~ jaga kesehatan!

[✓] Idyllic - heehoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang