01. Juniper Thyme

633 65 18
                                    

Lucu, ya? Ternyata nggak sia-sia selama ini gue jadi badut.

—Axeila Ivy Hawthorn.

***

"Gue capek banget, pengen mati aja. Apa gue bunuh diri aja, ya? Tapi dosa, gue nggak siap di cemplungin ke neraka. Apa gue nabrakin diri aja ya ke kereta api? Tapi, nggak dulu deh. Ntar viral lagi."

Ocehan gadis itu terhenti kala mendengar suara berisik dari belakangnya yang dipenuhi oleh semak belukar.

"Siapa tuh? Kalau penculik mau gue suruh bunuh gue aja biar gue nggak dosa," ujarnya pelan, kepalanya tertoleh kebelakang kala mendengar suara dari seseorang.

"Heh! Siapa lo? Penguntit ya?"

Gadis itu diam sejenak, menatap bingung sosok berjaket hitam di hadapannya.

"Om, kalau mau bunuh gue, bunuh aja. Gue takut dosa kalau bunuh diri, jadi lo aja yang bunuh gue biar gue nggak dosa," ujar gadis bersurai coklat terang tersebut ke arah pemuda yang ia panggil om.

Pemuda itu mengeryit samar, wajah gadis di hadapannya ini tampak samar karena hari sudah gelap. Detik berikutnya ia berdecak, tersadar akan panggilan gadis ini kepadanya.

"Gue masih muda anjir, malah dikira om-om."

"Gue bukan om lo dan gue bukan pembunuh. Lo siapa? Berani banget duduk di sini sendirian, mana cewek lagi. Gila, lo?"

"Kalau gue gila kayaknya lebih bagus. Pengen mati aja, pinjem pisau dong."

"Cewek sinting!"

Lima menit terbuang dalam keadaan hening, pemuda itu akhirnya memilih untuk duduk di samping sang gadis, menatapnya lama.

"Nama lo siapa?" tanyanya pelan.

"Axeila Ivy Hawthorn. Jangan lupa nanti taruh di sampul buku yasin," jawab sang gadis tanpa ekspresi. Tanpa sadar jawabannya membuat pemuda yang duduk di sampingnya menahan tawa.

"Sinting memang. Kenalin, gue Logan Rajendra, panggil aja Logan."

"Oke, Logam."

"Logan, anjir! Ngeselin juga ya, lo."

Axeila menatap ke arah Logan, kemudian mengangkat sebelah alisnya. "Lo seriusan bukan mau bunuh gue? Gue berterimakasih banget kalau lo mau bunuh gue sekarang," ujarnya datar.

Logan ikut menatapnya, kemudian menggeleng samar.

"Punya masalah hidup apa lo sampe pengen mati?"

"Biasalah."

Setelahnya hening. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing hingga tidak sadar ada sebuah pisau melayang ke arah mereka. Dengan sigap Axeila menahan pisau tersebut dengan tangannya hingga berdarah.

Kejadiannya begitu cepat, Logan bahkan tak sempat untuk berkedip. Jika telat sebentar saja, maka pisau itu akan menancap tepat pada punggung Logan.

"Tangan lo berdarah!"

Axeila menatap tangannya, kemudian mengangguk.

"Iya, ini darah," ujarnya enteng.

"Anjir, buruan ikut gue! Kita obatin luka lo." Logan menarik tangan Axeila, tapi langsung ditepis kasar oleh cewek itu.

"Lo kenal Bryan Arvyno?"

Pergerakan Logan terhenti, sontak manik hazelnya menatap Axeila. "Lo kenal Bryan?" tanyanya balik dengan wajah terkejut.

Axeila menggeleng, menunjukkan pisau yang tadi mengoyak kulit telapak tangannya.

"Ada ukiran nama Bryan Arvyno di sini, kalau lo kenal berarti punya temen lo."

DENILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang