16. Berulah

159 31 1
                                    

heyyo guys ! sebelum baca chapter ini jangan lupa vote, spam komen, and share DENILA ke temen-temen kalian, yaa? semakin banyak vote maka semakin cepat aku update :D

ada yang mulai ngerti alurnya gimana? wkwk

___________________________

Bukankah sudah sifat alami manusia? Mereka menutup mata, seolah menjadi yang paling tersakiti padahal mereka yang tidak mau melihat kebenaran. Manusia ... memang seperti itu, bukan?

ㅡ DENILA.

***


Logan berdecak kesal kala melihat Rangga yang sedari tadi berjalan kesana-kemari sehingga membuatnya pusing, padahal ia sudah menyuruh pemuda itu untuk duduk dan menceritakan apa yang terjadi.

"Lo bisa diem, nggak?" tanya Logan jengkel.

"Berisik!" sentak Rangga dan mempertahankan aktivitasnya sejak sepuluh menit yang lalu.

Logan menggerutu, mengambil sebungkus chiki kemudian memakannya dengan brutal, sesekali melemparkannya pada Rangga. "Kalau ada masalah tuh bilang! Jangan bikin gue ikutan pusing!" serunya.

Rangga menghela napas pelan, duduk bersandar pada sofa kemudian memejamkan matanya. "Gue kepikiran soal Axeila," ujarnya pelan.

"Kenapa sama Axeila? Sok serius amat lo!" cibir Logan.

"Bacot lo! Dengerin gue dulu, nggak usah komentar!"

"Iya, buruan!"

Rangga menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya dengan perlahan.

"Makin kesini, gue yakin ada hal yang ditutupin sama Axeila. Maksud gue, soal kenapa anak Tygres yang khususnya Kaisaka bisa kenal dia. Gue juga ngeliat sikapnya aneh waktu denger kabar Avegro balik. Sebenernya ada apa?"

"Gue jadi mikir kalau adeknya Axeila dikeroyok preman ada hubungannya sama dua geng sialan itu," lanjutnya.

Logan mendengarkan dengan seksama, lantas menganggukkan kepalanya. Senantiasa memperhatikan Rangga yang masih berbicara.

"Alden juga keliatan nggak keberatan waktu Axeila masuk ke Junithy. Awalnya gue pikir karena Axeila jago bela diri waktu nyelametin lo dari pisau Bryan. Tapi, kayaknya bukan itu aja, deh. Apa dia tau sesuatu?"

Percakapan mereka terhenti kala melihat Devian yang tiba-tiba masuk ke dalam markas, pemuda itu melemparkan sebuah kunci motor pada Logan.

"Nitip. Gue ngantuk, mau tidur dulu."

Setelah berujar dengan nada datar, Devian melanjutkan langkahnya menuju salah satu kamar yang berada di markas inti, tidak peduli pada Logan dan Rangga yang menatapnya heran.

"Kenapa dialognya Devian nggak ada yang penting, ya?" tanya Rangga dengan dahi berkerut.

Logan tertawa pelan sembari menggeleng. "Lo ngerasa kalau aura Axeila itu bukan kayak cewek biasa, nggak, sih?"

"Maksud lo?"

"Cewek biasa nggak akan mungkin terlibat sama geng motor kayak gini, apalagi sama Avegro. Lo nggak lupa 'kan kalau dulu Seviro pernah kena kasus pengedaran narkoba sama penculikan?"

Rangga tampak mencerna semua ucapan Logan, kemudian mengangguk pelan. "Gue masih inget. Parah, sih. Padahal waktu itu kita masih SMP kelas tiga. Udah hampir empat tahun yang lalu tuh kejadiannya," ujarnya ringan.

DENILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang