12. Sebuah Rencana

213 52 6
                                    

hayyiee ! ayo ramaikan vote and komennyaa 😭 abis baca tekan bintang ngga susah kok, apalagi kalau komen kan hehe.

leggoo !

___________________________

Seseorang yang menyebabkan kehilangan, tentu saja harus hilang.

ㅡKaisaka Putra Dewangga.

***

Derap langkah kaki terdengar menjejaki lantai keramik disepanjang rumah sakit, bau khas obat-obatan begitu menusuk indera penciuman. Ketika pintu dibuka, hal pertama yang dilihat adalah postur tegap sang ketua Junithy yang berdiri disamping brankar dengan sosok Geovano yang terbaring kaku dengan selang oksigen di hidungnya.

Axeila menahan isakannya, menutup mulut dengan tangan kanan kemudian mendekati Geovano yang masih memejam. Ada begitu banyak lebam di wajah tampan sang adik, seketika Axeila merasa nyeri menyerang dadanya, ia merasa gagal.

"H-hei ... bangun, Geo."

Bibir gadis itu memucat, tangannya mengusap lembut surai hitam adik pertamanya.

"Kenapa bisa sampai kayak gini, Den?" tanya Axeila kepada Alden yang menatapnya datar.

"Gerombolan preman nyerang dia, jalanan disana juga lagi sepi."

Axeila terdiam, mengusap lembut punggung tangan kiri sang adik yang bebas dari jarum infus.

"Makasih banyak udah selamatin adek gue, Den," ujar Axeila dengan lirih.

Alden mengangguk, melirik William yang berdiri memperhatikan interaksi yang berada di hadapannya.

"Darimana lo?"

"Markas Junithy," jawab William tanpa mengalihkan pandangannya dari Axeila.

"Ngapain?"

William tidak langsung menjawab, melainkan menatap bingung kearah Alden yang seperti sedang menginterogasinya.

"Tumben lo nanya," ujar William sembari terkekeh kecil.

Alden terdiam, kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu ruangan, melirik Axeila sebentar kemudian menatap William cukup lama.

"Gue cabut duluan. Nanti anak-anak pada kesini."

William mengangguk, tak banyak bertanya. Baginya, Alden mengucapkan beberapa kata sebelum pergi adalah keajaiban, karena biasanya sang ketua itu akan langsung pergi seenaknya.

"Will," panggil Axeila.

Dengan cepat William mendekat, pemuda itu bergumam pelan. "Hm?"

"Kapan Geo bakal bangun? Gue nggak bisa biarin bunda tau keadaan Geo kayak gini."

"Geo bakalan bangun secepatnya, jangan khawatir," ujar William dengan senyuman tipis, menatap Axeila kemudian menoleh saat mendengar suara pintu terbuka dari luar.

"Hai! Gimana keadaan adek lo, Xei?"

Logan yang lebih dulu mendekat segera memposisikan diri di samping Axeila.

"Kayak yang lo lihat, Gan."

Rangga mendekati ranjang Geo, meringis pelan kala menyadari ada begitu banyak lebam di wajah itu.

"Dia diserang sama siapa? Kenapa jadi begini banget? Lo tau, Will?"

"Nggak tau. Gue cuma dikabarin sama Alden kalau Geo dibawa ke rumah sakit, dan kebetulan gue juga lagi sama Axeila."

DENILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang