11. Manusia dan Waktu

200 46 6
                                    

hayyiee ! ayo ramaikan vote and komennyaa 😭 abis baca tekan bintang ngga susah kok, apalagi kalau komen kan hehe.

leggoo !

___________________________

Jangan pernah berpikir manusia dapat mengendalikan waktu kematian.

ㅡBryan Arvyno.

***

Axeila menatap ke sekeliling ruangan, menghela napas berat beberapa kali, rasanya hari ini sungguh melelahkan. Tangannya terangkat guna mengambil gelas kaca berukuran sedang kemudian menuangkan minuman bersoda ke dalamnya dan meminumnya sekali tenggak.

"Lo haus apa doyan?"

Axeila mendengus, sudah dua kali ia gagal menyembur orang yang mengagetinya akibat ia lebih dulu menelan cairan bersoda itu. Manik coklatnya menatap Bryan yang duduk di depannya.

"Kenapa lo bohong?"

Axeila mengangkat sebelah alisnya mendengar pertanyaan Bryan yang santai namun menuntut. Bahkan pemuda itu tersenyum tipis padanya.

"Maksud lo?"

"Gue tau lo kenal Kaisaka," ujar Bryan pelan. Mendengar itu, Axeila mendelik dan nyaris saja berteriak kaget.

"Ha?"

"Lo nggak bisa bohongin gue, Xei. Gue tau lo kenal Kaisaka dan gue tau apa hubungan lo sama dia."

Axeila merasa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat akibat kalimat yang dilontarkan oleh Bryan.

"Darimana lo tau, Bry?"

Bryan tersenyum tipis, mengambil kaleng soda kemudian meminum isinya sedikit.

"Fardan Algarex, inti Tygres. Lo tau?"

Dengan kaku Axeila mengangguk.

"Dia sahabat gue, tapi nggak ada yang tau soal ini," ujar Bryan santai.

Mendengar itu membuat Axeila terbelalak, jika Bryan mengenal Fardan ... maka tak ayal baginya untuk mengetahui seluruh masalalunya yang suram.

"Itu semua bukan salah lo, Xei."

Mendengarnya membuat mata Axeila memanas. "Kalau bukan karena gue, dia nggak akan pergi secepat itu, Bry," ujarnya pelan.

"Lo bukan Tuhan yang bisa nentuin kapan dia hidup atau mati. Lo itu manusia biasa yang cuma bisa pasrah sama takdir, kenapa lo selalu nyalahin diri sendiri, Xei? Jangan pernah berpikir kalau lo yang ngendaliin waktu kematian."

Tanpa bisa dicegah, tangisan Axeila pecah begitu saja. Bryan yang melihat itu reflek membawa Axeila kedalam pelukannya, menepuk pelan punggung gadis itu agar merasa tenang.

"Kaisaka selalu berpikir gue penyebab kematian 'dia', gue ... gue juga sama hancurnya Bry, tapi kenapa mereka bersikap seolah-olah cuma mereka yang hancur? Gue juga sakit, gue juga hancur waktu tau dia pergi."

Bryan mengusap lembut surai Axeila, mendengarkan segala unek-unek gadis itu yang sudah lama ia pendam. Awalnya Bryan sedikit terkejut mendengar pengakuan Axeila yang tidak mengenal Kaisaka, sedangkan dari cerita Fardan, Axeila dan Kaisaka dulunya merupakan teman baik, sebelum kejadian pahit itu merusak segalanya.

"Lo-"

"HEH APA-APAAN LO MELUK AXEILA SEMBARANGAN?! MINGGIR!"

Mendengar teriakan Rangga membuat Bryan dengan cepat menggeser badannya dari Axeila, menatap sengit Rangga yang merusak suasana. Padahal sedikit lagi Bryan akan mengetahui alasan kematian dari sosok itu.

DENILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang