hayyiee ! ayo ramaikan vote and komennyaa 😭 abis baca tekan bintang ngga susah kok, apalagi kalau komen kan hehe.
leggoo !
___________________________
Permintaan maaf hanya akan membuat sakit karena kehancuran itu semakin terasa.
—Kaisaka Putra Dewangga.
***
Hujan sudah berhenti lima belas menit yang lalu, kini Axeila sudah selesai mandi dan mengganti pakaiannya yang basah kuyup setelah tadi menerobos derasnya hujan bersama Edgar.
Sedangkan pemuda itu masih setia menemani Axeila menyeruput secangkir teh hangat dengan tubuh yang terbalut selimut tebal, tampak sangat menggemaskan dan itu membuat Edgar betah berlama-lama memandanginya.
"Lo nggak balik, Ed?" tanya Axeila seraya meletakkan cangkir tehnya keatas meja.
Edgar mengulum senyum, tangannya terulur guna mengacak gemas surai Axeila. "Iya, ini mau balik. Ngusirnya halus banget ya, Xei?" tanyanya dengan nada jenaka.
Axeila mendelik, segera kepalanya menggeleng. "Eh gue nggak ngusir!" serunya panik, takut jika nanti Edgar salah paham atas kalimatnya.
Edgar tertawa lepas, kemudian meraih ransel hitamnya dan kunci motor yang berada di atas meja. "Iya, ngerti kok. Gue balik dulu, ya? Titip salam buat tante Anetta sama Geo," ujarnya kemudian berdiri.
"Arez! Bang Edgar balik dulu, ya? Temenin kak Ivy disini, jangan ditinggal!"
"IYA! AREZ LAGI DIDAPUR!"
Setelah berpamitan, Edgar keluar dari pekarangan rumah Axeila menggunakan motor sport nya. Hatinya goyah, sudah tiga tahun berlalu dan ia masih belum bisa masuk ke hati Axeila.
"Lo beruntung. Semasa hidup dan mati lo, lo selalu dapat tempat istimewa di hati Axeila. Setelah tiga tahun lo pergi, dia bahkan masih sekacau itu karna lo." batin Edgar.
Edgar melajukan motornya dengan kecepatan penuh, tidak peduli pada genangan air hujan yang ia lewati menyebabkan celananya kembali basah. Tujuannya kini hanya satu.
Tygres.
***
Axeila menatap ke sekeliling ruangan, markas tempat inti Junithy berkumpul itu ternyata lebih besar dari dugaannya, dan bodohnya ia baru menyadari hal itu sekarang.
"Tutup mulutnya, nanti keselek lalat."
Axeila dengan reflek mencubit lengan Logan yang berada di sampingnya membuat pemuda yang tadi menjemputnya itu meringis.
"Sakit tau!" serunya.
Axeila tidak menggubris, kakinya melangkah masuk dan menemukan Rangga yang sedang bermain ponsel dalam posisi telungkup.
"Rangga!"
"Paan?"
Axeila mendengus, merebut paksa ponsel Rangga kemudian memasukkannya ke dalam saku celananya. Rangga yang merasa ketenangannya terganggu pun segera mengubah posisinya menjadi duduk dan menatap tajam sang pelaku, hanya beberapa detik, rautnya yang semula mengeras sontak berseri melihat siapa yang berada di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENILA
Teen FictionMenjadi ratu dari geng Juniper Thyme tak membuat hidup Axeila tenang. Justru, ia kini kembali diingatkan oleh kejadian tiga tahun silam dimana ia harus merasakan pahitnya kehilangan. Berhadapan dengan tiga geng motor yang terkenal, tidak termasuk da...