13. Kembalinya Avegro

201 42 3
                                    

hayyiee ! ayo ramaikan vote and komennyaa 😭 abis baca tekan bintang ngga susah kok, apalagi kalau komen kan hehe.

leggoo !

___________________________

Menyimpulkan suatu permasalahan hanya dari satu perspektif saja merupakan tindakan yang gegabah. Kita akan mengabaikan apa yang seharusnya didengar, dan malah mendengarkan yang seharusnya tidak didengar.

ㅡ Fardan Algarex.

***

Axeila menoleh saat mendengar suara pintu terbuka, setelah tadi mempersilakan inti Junithy pulang, belum ada siapapun lagi yang memunculkan diri.

"Astaghfirullah, Geo!"

Anetta, dengan wajah sembab melangkah dengan cepat menghampiri Geovano yang tersenyum lembut ke arahnya. Ya, sudah lebih dari setengah jam anak kedua dari pasangan Anetta dan Bumantara itu siuman.

"Kamu kenapa bisa jadi kayak gini, nak? Vy, siapa yang buat adikmu jadi begini?"

Axeila tidak langsung menjawab, melainkan melirik Geovano yang mengusap pelan lengan sang ibunda.

"Geo dikeroyok preman, Bun. Tapi, sekarang udah nggak apa-apa, kok," ujar Geo dengan mata menyipit. Menatap sang adik yang sedari tadi diam saja. "Kamu kenapa, Rez?"

"Kaget aja abang berantem."

Geovano tertawa pelan. "Untung aja aku diselamatin sama ketuanya Junithy tadi, Bun. Kalau enggak mah, udah koid kali, ya?"

Reflek Anetta memukul pelan lengan atas sang anak, menatapnya kesal. "Jangan ngomong sembarangan kamu, Bang! Ketua Junithy siapa? Junithy apa?" tanyanya tidak mengerti.

Geovano nyengir, melirik ke arah Axeila agar gadis itu mau menjelaskan.

"Junithy itu Juniper Thyme geng motor, Bun. Nama ketuanya Aldendra Agananta, dia yang udah nyelamatin Geo," ujar Axeila pelan.

"Geng motor yang kamu ikuti itu, Vy?"

Axeila mengangguk.

"Bilangin terima kasih sama siapa tadi?"

"Alden," jawab Axeila.

"Nah! Iya, Alden. Makasih karena udah nyelamatin Geovano," ujar Anetta seraya tersenyum tipis.

"Kak, aku curiga kalau preman itu sengaja dikirim buat nyelakain aku, deh."

Axeila, Anetta dan Arezvan mengerutkan dahinya bingung.

"Maksud kamu?" tanya Axeila.

"Ya ... Agak aneh aja, gitu. Masa tujuh preman dateng-dateng langsung nyerang? Padahal waktu itu yang lagi lewat bukan cuma aku, tapi pada kabur abis liat preman itu," jelas Geovano yang merasakan adanya kejanggalan sejak insiden ia dikeroyok.

Axeila terdiam. Berusaha mencerna penjelasan dari sang adik. Lantas memorinya kembali berputar pada obrolannya dengan Zerlyn.

"... Nyawa harus dibayar dengan nyawa."

Axeila tersentak. Jika benar Zerlyn yang melakukan ini dengan niat membalaskan dendamnya, maka Axeila tidak akan terima. Mencelakakan dirinya lebih baik daripada keluarganya yang terancam. Tapi, apa benar Zerlyn pelakunya?

***

"Darimana aja, lo?"

Kaisaka mendengus, tidak menjawab pertanyaan dari Kenzie yang menghadang jalannya di pintu masuk.

DENILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang