Dia Dalam Bahaya

15 6 0
                                    

Jennie kembali pada aktivitasnya semula. Chanyeol pun pergi untuk bekerja. Seohyun menyuruh mereka menjalankan aktivitas seperti biasa dan tidak mengkhawatirkan dirinya. 

Sembari menunggu Jennie dan Chanyeol pulang, Seohyun duduk di kamar dan menonton siaran televisi.

Klotak!

"Suara apa itu?" Seohyun mendengar suara barang jatuh dari luar ruangan. Rasa penasarannya membuatnya bangkit dari tempatnya saat ini dan pergi untuk mengecek. 

Dengan bantuan tongkat Seohyun melangkahkan kakinya perlahan turun dari lantai atas kamarnya menuju sumber suara.

"Tidak ada benda jatuh?" Matanya menatap sekeliling guna mencari benda yang mungkin saja terjatuh. Namun ia tak menemukan sesuatu. Seohyun mengendikkan bahunya mungkin ia salah dengar.

"Seohyun-ssi."

DEG!

Seohyun mematung mendengar suara itu. Secara perlahan ia memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang memanggilnya. "P-Paman Lee?" nada suara Seohyun bergetar.

Pria tinggi dengan jaket hitam itu menatap mata Seohyun penuh dengan dendam. "Wae?" jeda. "Apa yang membuatmu ketakutan seperti itu?" Dong Wook melangkah mendekati Seohyun.

Seohyun menjatuhkan tongkatnya dan melangkahkan kakinya mundur. "A-Apa y-yang k-kau inginkan!" tanya Seohyun gugup.

"Aku? Ah tidak banyak," Dong Wook mengambil pisau yang tertancap pada buah apel yang ada di ruang tamu. 

"Kau tau? Aku belajar sangat lama untuk mempelajari cara menggunakan benda ini," Dong Wook memainkan pisau yang dia pegang saat ini. Seohyun terus menerus berusaha menjauh dari Dong Wook. 

PRAANG! 

Suara pecahan kaca terdengar sangat nyaring yang tak sengaja Seohyun jatuhkan. "Akh!" Seohyun merintih kesakitan. Seohyun tak sengaja melukai kakinya. Pecahan piring itu berhasil merobek kulit lembut Seohyun.

"Ya? Apa yang kau lakukan?" Dong Wook menatap khawatir. "Kau baru saja melukai kakimu."

Tatapan mata Dong Wook yang awalnya begitu khawatir berubah seketika membuat senyuman smirk khasnya berhasil terbentuk sempurna. Senyuman seolah-olah akan membunuhmu detik itu juga.

"Akh!" Seohyun memaksakan kakinya untuk tetap mundur dan menyelamatkan dirinya.

"Ya~ Jangan menambah luka kakimu. Aku tidak mau melukaimu Seohyun-ssi."

Seohyun tidak menggubris perkataan dari pamannya itu, mau bagaimanapun juga dia harus menyelamatkan dirinya. 

"YA! KAU TAK MAU MENDENGARKAN PAMANMU INI?!" suara Dong Wook meninggi. 

Suara Dong Wook yang tertuju pada Seohyun berhasil membuat jantung Seohyun berdegup kencang. 

"Ah, Mian. Membuatmu terkejut," Dong Wook memalsukan senyumannya. Namun Seohyun tak menghiraukan itu. Ia tahu itu hanya sebuah senyum palsu. Pamannya itu hanya berpura-pura.

Seohyun melirik dapurnya yang berada dibelakang Dong Wook. Merasa ada peluang untuk menyelamatkan diri, Seohyun melempar vas bunga kearah Dong Wook, membuat Pamannya itu sontak menutup wajahnya.

Melihat itu Seohyun langsung memaksakan kakinya untuk berlari kearah dapur. Tangannya mengubrak-abrik lemari kaca dapur. 

“Apa yang kau cari, Seohyun-ssi?” Seohyun membalikkan tubuhnya dengan satu tangan memegang meja dan satunya lagi sibuk mencari barang dibelakangnya.

“Diam kau!”

Dong Wook memegang dadanya seolah terkejut. “Aigo~ kau membuatku takut.”

Seohyun mendecih kesamping. “Cih! Pembunuh sepertimu kenapa masih berkeliaran sampai saat ini? Kau seharusnya berada di penjara sama seperti istrimu.”

Cathedra : The Malery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang