Bab 5 : " aduhhhh .... koyak "

22 5 0
                                    

Hi ! SELAMAT MEMBACA

_____

Bunyi guruh yang kuat beserta hujan deras yang menghentam zink rumah menyedarkan Ghia dari lena tidurnya .
Tangisan anak itu pecah sebaik sahaja mendengar guruh yang memarahi bumi .

Dini yang sedang mentonton drama Korea di sebalik layar laptop-nya pun menoleh pantas ke arah anaknya setelah mendengar bunyi tangisnya .

Dia kemudiannya berjalan ke arah Ghia lalu memeluknya . Tangisan Ghia semakin kuat ketika bunyi guruh bersahutan di langit cakerawala . Dini cuba memujuknya supaya jangan menangis . Dia menepuk-nepuk belakang anaknya sambil menyanyi supaya anaknya itu berhenti menangis dan lekas tidur . Secara tidak sedar , Ghia tertidur di pelukan ibunya dengan sangat nyenyak . Mungkin sebab nyanyian merdu ibunya yang mendayun-dayun memukau kelopak mata untuk menutup .

Tidak lama selepas melabuhkan anaknya di atas katil , terdengar ketukan pintu dari luar biliknya . Belum sempat dia bangun untuk membuka pintu , neneknya masuk lalu berjalan menuju ke arahnya .

" Din , Ghia baik-baik saja kan ?".

"yaa .. tadi dia nangis tapi sekarang dah okey".

Nenek tahu , Ghia pasti akan menangis jika mendengar bunyi guruh yang sangat kuat . Wajar bagi bayi dan kanak-kanak jika mereka menangis apabila mendengar bunyi guruh yang menakutkan bagi mereka .

" nenek rindu sangat dengan Dita . Macam mana agaknya keadaan dia di rumah kawannya tu ? ". Wajahnya sayu mengenang cucunya yang satu itu .

Dini berasa bersalah kerana telah mengguris hati satu-satunya adik yang dia punya . Namun rasa irinya terhadap Dita masih lagi wujud .

" nenek ke dapur dulu ya ... nak masak bubur . Sejuk-sejuk ni sedap kalau makan bubur panas ", kata neneknya seakan ingin mengajak cucunya itu makan bubur bersama .

Bunyinya kedengaran agak menyelerakan . Dita juga turut ingin merasa keenakan bubur panas bersama neneknya .

***

Aroma bubur mulai menyebar di seluruh ruang dapur . Tekak sudah tidak sabar ingin merasa bubur yang baru dihidangkan dan masih panas . Kerana tidak sabar ingin merasa bubur ayam yang dimasak neneknya itu , Dini langsung menjamah bubur tersebut setelah semangkuk bubur ayam diletakkan di hadapannya .

" sedaplah nenek masak .... bubur panas ni memang sesuai dimakan ketika hujan lebat macam ni ".

Neneknya hanya tersenyum melihat kegembiraan Dini menyantap masakannya dengan sangat berselera . Kalaulah Dita yang berada di tempat neneknya , pasti hatinya menloncat-loncat kegirangan melihat senyum yang terukir indah di wajah kakaknya walaupun hanya senang dapat makan bubur buatan neneknya .

" Dini tak rindu adik kah ? ",

Dini menatap wajah neneknya , beberapa detik kemudian dia kembali menyuap bubur ke dalam mulutnya . Dia tidak ingin bercakap soal Dita .

" kenapa marah adik haritu? Kasihan dia ". Bertubi-tubi soalan keluar dari mulutnya .

DITA SANDRINAWhere stories live. Discover now