Sebuah motorsikal berwarna merah cerah masuk melalui pintu pagar rumah Puan Nitya . Motorsikal tersebut kemudiannya diparkir di belakang kereta mewah peribadi milik Puan Nitya .
Dita turun dari motorsikal tersebut . Halmet di kepalanya pun ditanggalkan . Dia lalu menyerahkan halmet tersebut kepada Angga .
" thanks sebab dah hantar aku sampai rumah", ucap Dita .Angga hanya terangguk-angguk sambil memandang wajah Dita .
" kau tak nak masuk kah ? Jom lah , nanti aku buatkan air untuk kau ", pelawa Dita .
" ehh takpa lah , susah-susah saja ", Angga menolak .
" jom lah , alang-alang hari ni hati aku baik nak buatkan air minuman untuk kau". Dita cuba menghasutnya .
" yelah yelah ". Angga menanggalkan halmetnya dan turun dari motorsikal . Dia kemudiannya mengekori Dita masuk .
Tanpa disadari mereka , seorang pemuda sedang mengintip kelakuan mereka dari kejauhan . Setelah Dita dan Angga masuk ke dalam , pemuda itu pun berlalu pergi .
" duduk lah . Aku nak naik atas kejap ".
Angga kemudiannya duduk melabuhkan punggungnya di sofa . Dia kemudiannya disapa oleh Dini yang kebetulan ingin menonton televisyen bersama anaknya .
" ehhh Angga . Dita mana?".
" dia kata nak naik kejap ", jawab Angga dengan sopan .
" ohh ... nak mandi lah tu ", balas Dini .
Beberapa minit kemudian , batang hidung Dita pun kelihatan . Dia berjalan perlahan menuruni tangga . Dia mengenakan baju jersi dan seluar pendek , rambutnya tidak diikat dan masih basah .
Angga terkesima melihatnya . Itulah pertama kali dia melihat rupa Dita apabila rambutnya dilepaskan . Rambutnya panjang dan kerinting , sesuai dengan wajahnya . Matching orang kata ." kejap ya , nak buat air . Akak nak juga ? Susu untuk Ghia juga ? ", tanya Dita setelah tubuhnya berdiri di hadapan kedua-duanya .
" takpa lah dik . Baru saja tadi Ghia minum susu . Kamu buat saja untuk Angga ", balas kakaknya .
Dia kemudian berpaling dan melangkah menuju ke dapur untuk membuat dua cawan air milo untuk dirinya dan Angga .
***
" emmm ..... kak , hari tu kata nak lawat kubur mak dan ayah . Jadi tak ? ", tanya Dita dengan wajah yang tidak sabar menanti jawapan dari sang kakak .
" oh ya ... lupa pula . Pergi lah bersiap dulu , pakai pakaian serba hitam ya ", jawab Dini .
Setelah bersiap , mereka pun meminta izin kepada neneknya untuk ke tempat pemakaman . Mereka berdua dihantar oleh pemandu peribadi Puan Nitya .
Tidak lama kemudian setelah mereka beredar dari kawasan rumah , sebuah motorsikal menuju ke rumah Puan Nitya . Pemuda yang menunggang motorsikal tersebut memarkirkan motorsikalnya di depan pagar rumah Puan Nitya . Halmetnya ditanggalkan , kemudian disangkutkan di cermin pandang sisi motorsikalnya . Kakinya melangkah masuk sambil mulutnya mengeluarkan kata ucapan 'assalammualaikum' . Kebetulan pintu pagar masih terbuka memperlihatkan bibik Nona yang sedang melihat ke arah Islan .

YOU ARE READING
DITA SANDRINA
Dla nastolatkówNO DESCRIPTION YET Nikmat cinta di antara lawan jenis jantina pasti berbeda dengan cinta di antara ahli keluarga . Hal ini kerana cinta pada keluarga memang sudah semula jadi wujud dalam diri kita .